Dave Hendrik

Dave Hendrik

Kulitnya kinclong wajahnya merona, hingga banyak yang bertanya-tanya: Dave Hendrik minum atau disuntik vitamin apa? “Aslinya seperti ini,” ujar presenter dan pemadu acara di radio Diary Dave. “Mungkin karena aku rutin olahraga.

Sudah 6 tahun belakangan ini Dave menyempatkan diri olahraga rutin. “Aku bukan orang yang akrab dengan olahraga.Lewat usia 30, mulai sadar bahwa badan perlu bergerak.” Minimal 2x seminggu, pagi hari ia jalan kaki atau lari-lari kecil. Kadang berlatih kardio 30-40 menit di pusat kebugaran. Belakangan, ia mencoba Ride, bersepeda dalam ruangan diiringi musik yang membuat semangat.

Buat Dave, olahraga bukan untuk menjadi kurus, melainkan saatnya menikmati me-time. “Jalan kaki sendirian sambil berkontemplasi dan berkeringat, itu enak lho!” ujar kelahiran Jakarta, 13 Agustus 1977. Sejak rutin olahraga, emosinya lebih stabil, “Penyaluran rasa jenuh atau kesal yang baik buatku itu olahraga.”

Sekarang langsing. Rahasianya? “Mindful eating, sudah 2-3 tahun terakhir.”  Bobotnya turun 12 kg dalam 3 bulan. Dulu, Dave termasuk obes dan dokter menyarankan untuk mulai membatasi makan. Ia tumbuh dewasa dengan pikiran bahwa untuk menjadi kurus, harus menghindari makanan tertentu, berhenti makan pada jam tertentu, atau tidak mencampur satu bahan makanan dengan yang lain, “Repot banget.”

Sejak mengikuti pola makan mindful eating, Dave hanya berpikir, “Bagaimana cara saya makan.” Ia makan dengan sadar dan lebih dinikmati; tidak sambil menyambi. “Makan ya makan, benar-benar dinikmati. Akhirnya porsi pasti berkurang.”

Tak ada pantangan makan, “Kalau mau makan cendol makan saja, tapi tunggu lapar.” Ia hanya makan saat lapar dan kalau sudah kenyang berhenti. “Tidak kenal jam. Selesai syuting jam 3 pagi, lapar, ingin nasi goreng, ya aku makan saja.” (nid)