berdiskusi menstruasi pertama kepada anak
edukasi menstruasi pertama kepada anak

Tips Bagaimana Mendiskusikan Tentang Menstruasi Kepada Anak

Menstruasi merupakan proses alamiah yang akan dilalui setiap wanita. Namun begitu orangtua perlu membekali anak gadis dengan informasi yang benar sebelum ia mengalami menstruasi pertamanya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dr. Dwi Oktavia Handayani, M. Epid menjelaskan setiap anak perempuan idealnya mendapat pengetahuan mengenai menstruasi sebelum mengalami menarke (menstruasi untuk pertama kalinya).

“Pengetahuan ini sangat penting agar anak perempuan dapat menjaga kebersihan dan kesehatan organ intim kewanitaan selama masa menstruasi, serta tetap bisa beraktivitas dengan nyaman,” kata dr. Dwi Oktavia.

Sayangnya, data UNICEF Indonesia menyatakan satu dari empat anak di Indonesia tidak pernah mendapatkan informasi tentang menstruasi sebelum mereka mengalami menarke. Satu dari enam anak perempuan terpaksa tidak masuk sekolah selama satu hari atau lebih saat menstruasi. Alasan utamanya karena takut mengalami bullying apabila darah haid tembus (bocor) ke rok.

“Hanya 5 dari 10 anak perempuan yang tahu apa yang harus dilakukan selama menarke. Dan hanya 5 dari 10 anak perempuan yang mengganti pembalut tiap 4-8 jam, sisanya mengganti 2 kali sehari,” terang dr. Dwi Oktavia dalam seminar virtual dalam rangka Hari Kebersihan Menstruasi, Kamis (27/5/2021).

Anak perempuan yang tidak pernah melakukan pembicaraan tentang menstuasi cenderung merasa takut, malu dan bingung saat mensturasi pertama. Orangtua, baik ibu atau ayah, perlu meluangkan waktu membicarakan kesehatan reproduksi, pada anak mereka (baik peremuan dan laki-laki).

Anna Surti Ariani, SPsi, MSi, Psi, Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia Wilayah Jakarta, menjelaskan bahwa >90% anak perempuan percaya kepada orangtua dan guru sebagai sumber informasi.

“Ada manfaat jika ibu membicarakan masalah menstruasi pada anaknya. Kesehatan reproduksi remaja lebih baik, menunda hubungan seksual pertama misalnya dengan tidak melakukannya di waktu SMP, mengurangi risiko masalah kesehatan mental terkait seksualitas, dan relasi antara ibu dan anak lebih dekat,” urai psikolog yang akrab disapa Nina ini.

Hal-hal yang dibicarakan

Bila anak Anda belum menstruasi:

  1. Menstruasi wajar dialami perempuan
  2. Seperti apa menstruasi itu
  3. Apa yang perlu dilakukan saat menstruasi
  4. Bukan hanya mengalami menstruasi, tubuh juga akan berubah
  5. Terkadang ada perubahan mood sebelum dan selama menstruasi

Bila anak sudah menstruasi:

  1. Perlu membawa pembalut cadangan
  2. Apa yang harus dilakukan jika ‘bocor’
  3. Cara mencatat siklus menstruasi dan mengapa perlu
  4. Apa yang bisa dilakukan jika terasa sakit
  5. Bagaimana menjaga kebersihan ekstra saat menstruasi
  6. Apakah keputihan wajar dan bagaimana mengatasinya

Anak takut darah

Salah satu tantangan orangtua menjelaskan masalah menstruasi adalah bila anak takut darah.

Pada kondisi fobia darah, Nina menyarankan, orangtua perlu memberi pengertian lebih awal, misalnya dengan mengatakan bila: mama juga tiap bulan mens, tetapi tidak sakit.

“Atau, menekankan ada pengalaman yang akan dialami tiap wanita ketika ‘harus’ mengeluarkan darah. Tetapi hal tersebut tidak negatif, sesuatu yang wajar, dialami sekitar 7 hari,” sarannya.

Berikut tujuh tips berbicara menstruasi pada anak remaja :

  1. Ibu paling diharapkan sebagai sumber informasi. Orangtua perlu membekali diri dengan pemahaman yang tepat tentang menstruasi, temasuk mitos dan fakta seputar haid.
  2. Bicara menstruasi tidak tabu. Pembicaraan tentang menstruasi penting untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja perempuan.
  3. Lakukan berulang kali. Jangan berpikir topik ‘menstruasi’ bisa dibicarakan dalam 1 kali pertemuan. Bicarakan hal menstruasi sejak ada tanda-tanda awal pubertas (anak menjadi lebih moody, payudara membesar, dll), atau sebelumnya.
  4. Bersikap positif. Isu-isu pubertas – termasuk menstruasi – bisa merupakan topik yang sensitif buat remaja.
  5. Utamakan diskusi. Orangtua sebaiknya lebih banyak bertanya dan mendengarkan jawaban anak, alih-alih menceramahi. Ibu juga bisa berbagi pengalaman pribadi secara positif. Jika tidak siap menjawab pertanyaan, katakan butuh waktu untuk berpikir. Setelahnya cari informasi dan jawablah.
  6. Jelaskan secara konkret menggunakan gambar anatomi tubuh. Tunjukkan juga pembalut dan ajari cara menggunakannya.
  7. Jelaskan juga kepada anak laki-laki. Tujuannya agar anak laki-laki dapat lebih menghargai dan memahami perempuan. Anak laki-laki diharapkan tidak mengejek atau mempermalukan anak perempuan saat sedang menstruasi, namun dapat membantu, misalnya menutupi teman perempuannya yang mengalami ‘bocor’, atau membawakan minuman hangat untuk teman yang lesu karena menstruasi. (jie)