membentak anak merusak milyaran sel otak mereka
dampak buruk membentak anak

Membentak Anak Merusak Milyaran Sel Otak Mereka, Ini Penjelasannya

Membentak anak tidak akan memberikan Anda alasan kenapa si kecil melakukan hal tersebut. Nyatanya membentak atau berteriak adalah tanda bahwa situasinya tidak terkendali dan kita (orangtua) tidak tahun bagaimana mendekati anak.

Tahukah Anda bila membentak anak itu sama seperti Anda diklakson (dengan keras) oleh mobil yang hendak lewat. Kebiasaan membentak anak atau berbicara dengan nada tinggi menunjukkan bahwa orangtua tidak bisa mengatasi situasi.

Mungkin karena orangtua sedang lelah, stres oleh pekerjaan, sibuk dengan kegiatan tertentu atau memiliki masalah yang belum terpecahkan. 

Sayangnya perilaku ini berdampak buruk untuk anak-anak; membentak anak merusak milyaran sel otak mereka. 

Tim psikiater dari Harvard Medical School mengatakan bila pelecehan verbal, seperti membentak dan menghina, akan mengubah struktur otak anak-anak secara signifikan dan permanen. 

Peneliti menganalisa otak 51 anak yang menerima perawatan psikiatri, dan membandingkannya dengan 97 anak sehat. 

Mereka menemukan bila pengabaian, hukuman fisik dan disiplin verbal menyebabkan pengurangan signifikancorpus callosum, semacam ‘kabel’ sel-sel saraf yang menghubungkan dua belahan otak. 

Memicu gangguan perilaku

Riset Ming-Te Wang dari University of Pittsburg, AS, menemukan bila sering membentak anak sebagai bentuk disiplin, memiliki banyak risiko bagi perkembangan psikologis mereka. Termasuk kemungkinan berkembangnya perilaku agresif, atau sebaliknya, rasa malu yang berlebihan (minderan). 

Peneliti menganalisa 976 keluarga dan anak-anak mereka selama dua tahun. Mereka menemukan bahwa kebiasaan membentak anak setiap hari sebagai “gaya edukasi” orangtua menyebabkan munculnya masalah perilaku pada remaja 13 tahun, atau gejala depresi pada usia 14 tahun. 

Selain itu, peneliti menemukan bahwa alih-alih mengecilkan masalah, membentak cenderung memperburuk ketidaktaatan. Mereka juga melihat “kehangatan” orangtua - cinta dan dukungan emosional – tidak mengurangi dampak psikologis di diri anak. 

“Artinya, tanda yang ditinggalkan dari membentak tidak bisa dibersihkan dengan pelukan atau isyarat cinta,” tulis peneliti dalam uraiannya. 

Hormon kortisol tinggi

Kenapa membentak anak merusak milyaran sel otak mereka? Saat orangtua membentak, anak akan merasa takut yang merangsang produksi kortisol (hormon stres) berlebih. 

Hormon stres yang berlebih ini bisa memutus sambungan neuron (sel-sel otak). Juga menyebabkan percepatan kematian neuron. 

Kerusakan sel otak inilah yang menyebabkan gangguan proses berpikir, sulit mengambil keputusan, sulit menerima informasi dengan baik dan akhirnya memicu gangguan perilaku. 

Kenapa anak sangat terdampak oleh bentakan

Melansir psychology-spot, anak-anak yang masih sangat kecil belum mampu membedakan antara teriakan dan kasih sayang. 

Mereka tidak mengerti jika orangtua meninggikan suara bukan berarti tidak mencintai mereka. Tidak mengetahui perbedaannya bisa menciptakan perasaan cemas dan stres yang kuat. 

Faktanya, dari hasil penelitian diketahui bahwa perubahan struktur otak disebabkan oleh pelepasan kortisol yang berlebihan, selama tahun-tahun awal kehidupan.

Anak-anak dan remaja yang tumbuh di lingkungan di mana teriakan adalah makanan sehari-hari, juga dua kali lebih mungkin memiliki aktivitas listrik otak yang tidak normal. Dalam beberapa kasus ini bahkan disamakan dengan orang yang menderita epilepsi. 

Bagaimana menghentikan kebiasaan membentak anak?

Psychology-spot menyarankan: 

  1. Asumsikan bahwa membentak identik dengan kehilangan kendali. Teriakan bukan strategi atau pendidikan disiplin, tetapi tanda bahwa situasi di luar kendali. 
  2. Ketahui situasi yang paling sering menyebabkan Anda berteriak, misalnya saat sarapan, sebelum berangkat sekolah atau di malam hari. Mengetahui waktu ini memungkinkan Anda menemukan akar penyebab perilaku Anda. 
  3. Luangkan waktu untuk menenangkan diri. Penting bagi orangtua untuk waspada pada tanda-tanda akan hilang kendali. Sebelum Anda membiarkan emosi meledak, luangkan waktu sejenak untuk menenangkan diri. 
  4. Jangan menciptakan harapan terlalu tinggi. Kerap kali frustasi muncul akibat ketidakcocokan antara harapan dan realitas. Oleh karena itu penting untuk menyadari bahwa dia hanyalah anak kecil dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Anda, tetapi masih perlu menjadi dewasa. (jie)