mengelola stres ibu selama pandemi
mengelola stres ibu selama pandemi

Ibu Wajib Kelola Stres Selama Pandemi, Cegah Pelecehan Anak

Kebahagiaan Ibu menjadi salah satu kunci sukses proses perkembangan motorik hingga emosional anak. Namun, tekanan dan kecemasan yang dialami ibu semakin meningkat di masa pandemi, terutama dari segi finansial, kesehatan dan peran ganda ibu dalam mengurus rumah tangga serta perkembangan anak.

Ibu memiliki peran yang sangat penting untuk anak dan keluarga. Pengasuhan yang sehat agar anak dapat tumbuh menjadi generasi maju harus dimulai dari ibu yang sehat juga secara mental.

Faktanya selama pandemi COVID-19 ini banyak ibu yang berjuang untuk bisa membagi peran mengasuh anak-anak sekaligus harus membagi perhatian untuk hal lain, misalnya sebagai karyawan atau wanita yang merintis usahanya sendiri.

Permasalahan ekonomi dan kesulitan dalam menangani pengasuhan serta kegiatan sekolah anak dari rumah, dapat berdampak buruk bagi kesejahteraan mental ibu, seperti munculnya gejala depresi dan kecemasan.

Anna Surti Ariani, SPsi, MSi, psikolog klinis anak dan keluarga, menjelaskan pada dasarnya semua jenis emosi ada manfaatnya, dan boleh dialami secara wajar, termasuk stres.

“Stres (eustress) dibutuhkan untuk membuat kita lebih bersemangat. Namun jika stres berlebihan, bisa merugikan anak, diri sendiri dan seluruh keluarga. Perlu diketahui bahwa kondisi tubuh terkait erat dengan kondisi psikis, sehatkan tubuh untuk sehatkan fisik,” katanya dalam webinar Mengelola Emosi Positif Bunda dalam Pengasuhan si Kecil, Rabu (22/12/2021).

Sangat penting bagi setiap ibu untuk menguasai cara menenangkan diri dan melakukan kebiasaan baik, tetapi “jika masalah terus berlanjut maka konsultasikan kepada ahli,” ia menekankan.

Tidak hanya masalah rumah tangga, faktor internal lain seperti, toxic positivity yang merupakan kondisi untuk selalu berpikir dan bersikap positif sangat mempengaruhi kondisi mental ibu.

Ibu dituntut untuk terlihat sebagai sosok yang selalu bahagia dan memancarkan emosi positif. Sedangkan, ibu yang berkeluh kesah karena kelelahan mengasuh anak kerap dipermalukan. Selain itu, faktor sandwich generation, di mana ibu juga mengasuh orangtua mereka beserta anak di waktu yang bersamaan juga sangat mempengaruhi.

“Kesadaran akan kesehatan mental ibu masih minim. Faktor lingkungan dan budaya turut mempengaruhi, sehingga ibu kerap kali mengabaikannya. Dukungan emosional dari lingkungan sekitar, khususnya keluarga di rumah sangat diperlukan ibu untuk menghadapi masa pandemi, terlebih agar ibu tidak merasa sendirian dan tetap semangat untuk mengasuh si kecil,” tambah psikolog yang akrab disapa Nina ini.

Rawan pelecehan anak

Tekanan fisik, emosi dan ekonomi yang dialami orangtua terkait pandemi COVID-19 secara nyata berdampak pada anak-anak mereka.

Samantha M. Brown, dari School of Social Work, Colorado State University, AS, menulis bahwa stres dan pola asuh yang dikompromikan sering menempatkan anak-anak pada risiko penelantaran dan pelecehan.

Penganiayaan anak umumnya dianggap sebagai masalah yang sangat individual dengan berfokus pada stresor dan perilaku pengasuhan yang berdampak pada keluarga individu. “Namun karena pandemi global COVID-19, keluarga di seluruh dunia mengalami serangkaian stresor baru yang mengancam kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan ekonomi mereka,” urainya.

Samantha dan tim melakukan penelitian pada 183 orangtua yang memiliki anak <18 tahun untuk mengetahui dampak pandemi dalam kaitannya dengan stres yang dirasakan orangtua dan potensi pelecehan anak.

Peneliti mendapati besarnya stresor terkait COVID-19 dan kecemasan yang tinggi (bahkan depresi) dikaitkan dengan peningkatan stres pada orangtua. Keluarga yang menerima bantuan keuangan, mengalami kecemasan tinggi dan gejala depresi dikaitkan dengan potensi pelecehan anak yang lebih tinggi.  

“Sebaliknya, dukungan orangtua yang lebih besar dan kontrol yang dirasakan selama pandemi dikaitkan dengan stres dan potensi pelecehan anak yang lebih rendah,” peneliti menyimpulkan.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Child Abuse&  Neglect (2020) ini menyarankan, meskipun keluarga mengalami peningkatan stres akibat COVID-19, memberikan dukungan ke orangtua dan meningkatkan kontrol (emosi) yang dirasakan sangat membantu mencegah potensi pelecehan dan penelantaran anak. (jie)