kapan membahas bahaya pornografi ke anak
kapan membahas bahaya pornografi ke anak

7 Tips Bagaimana Memulai Membahas Bahaya Pornografi ke Anak

Di usia berapa sabaiknya setiap orangtua mulai membahas bahaya pornografi? Ini adalah eduksi seks yang wajib orangtua lakukan untuk membentengi anak mereka dari ancaman kekerasan seksual.

Para ahli di Inggris menyatakan usia 9-10 tahun merupakan waktu yang tepat bagi orangtua mulai membicarakan bahayanya pornografi. Atau idealnya sebelum anak-anak fasih memakai ponsel dan memiliki akun sosial media.

Sebelumnya penyanyi AS, Billie Eilish (20 tahun) mengatakan: “Pornografi menghancurkan otakku.” Ia mengalami kecanduan menonton film dewasa, sejak usia 11 tahun.

"Saya pikir film porno adalah aib. Saya dulu sering menonton film porno, jujur saja. Saya mulai menonton film porno ketika saya berusia 11 tahun," kata pelantun "Bad Guy", yang saat itu ia berpikir menonton film dewasa membuatnya terlihat keren dan bisa menjadi bagian dari teman-teman sebayanya.

"Saya pikir itu benar-benar menghancurkan otak saya dan saya merasa sangat hancur karena saya terpapar begitu banyak pornografi," tambahnya, melansir CNN.

Peraih 7 penghargaan Grammy ini bahkan mengakui bila ia mengalami mimpi buruk karena beberapa konten yang dia tonton sangat kejam dan kasar.

Apa yang terjadi pada Billie mungkin terjadi pada anak-anak kita. Kemudahan mengakses konten pornografi online membuat anak-anak sangat rentan terpapar. Selain itu ada kesenjangan antara apa yang orangtua pikirkan dan realitas anak-anak mereka.

Studi di Inggris menyatakan hanya seperempat orangtua yang berpikir bahwa anak mereka telah melihat pornografi online, tetapi kenyataannya lebih dari separuh anak berusia 11 -13 tahun telah melihat pornografi, banyak yang menemukannya secara tidak sengaja dan 62% mengatakan bahwa menonton film porno sebagian besar tidak disengaja.

Berikut cara sederhana untuk memulai percakapan tentang pornografi pada anak-anak:

1. Mulai seawal mungkin

Idealnya edukasi seks dimulai sejak anak-anak belum memiliki ponselnya sendiri atau akun media sosial pribadi. Sehingga mereka memiliki persiapan tentang risiko dan dampak negatif pornografi.

2. Jelaskan dengan santai

Gunakan kesempatan sehari-hari untuk membicarakan tentang pornografi. Alih-alih melakukan pembicaraan khusus, lakukanlah sesantai mungkin, disesuaikan dengan kemampuan berpikir anak.

Cobalah lakukan percakapan saat sedang jalan-jalan, daripada dengan duduk berhadap-hadapan (bertatap muka), ini akan menciptakan suasana yang lebih santai. 

3. Jangan biarkan pornografi menjadi hal tabu

Jangan biarkan suasana canggung tercipta saat membahas pornografi. Menurut UK Children’s Commissioner, pornografi merupakan salah satu materi edukasi seks yang wajib orangtua berikan ke anak.

4. Sesuai usia

Beritahu anak – sesuai usianya- bahwa ada konten di internet yang hanya boleh ditonton oleh orang dewasa.

Childnet International (sebuah platform pelatihan untuk mendidik anak-anak muda tentang keamanan online) menyerukan kepada orangtua agar meminta anaknya untuk melaporkan (ke orangtua) bila menonton konten/tayangan yang membuat mereka tidak nyaman.

5. Jangan bereaksi berlebihan

Saat Anda mendapati anak Anda menonton konten porno – yang ia sengaja atau tidak – coba jelaskan kenapa menonton “materi dewasa” tersebut bisa berbahaya.

UK Children’ Commissioner menyarankan jangan dihukum, tetapi ajak ia berbicara baik-baik. Jangan pula menyita gawainya sebagai hukuman, pertimbangkan emosi kebingungan yang mungkin dirasakan anak Anda setelah melihat konten vulgar.

Beri pemahaman pada anak-anak bila tidak apa-apa untuk penasaran dan itu adalah bagian normal dari tumbuh dewasa.

6. Tertawa bisa membantu

Survei yang dilakukan the Guardian pada anak-anak (orang muda) menyatakan bercanda dengan orangtua bisa mencairkan suasanya yang canggung. Dan mereka cenderung tidak suka orantua yang terlalu serius atau menakutkan.

7. Ajak ngobrol

Selalu luangkan waktu untuk ngobrol dengan anak Anda tentang hal-hal yang ia lakukan seharian. Ini adalah salah satu cara melindunginya dari “kekerasan online”. (jie)