6 Trik Mengajak Anak Makan Sayur, Jangan Dipaksa

6 Trik Mengajak Anak Makan Sayur - Jangan Dipaksa

Membiasakan anak makan sayur, susahnya bukan main! Rasanya, hampir tiap orang tua mengeluhkan masalah ini. Jujur saja, rasa, aroma dan tampilan sayur memang tidak menggugah selera bila dibandingkan dengan ayam goreng krispi, burger, atau cake. Memang butuh usaha ekstra untuk mengajak anak makan sayur.

Sayur demikian penting karena sangat kaya akan vitamin, mineral, antioksidan, serta serat. Sebuah penelitian menyebutkan, anak yang mengonsumsi serat lebih banyak, ternyata memiliki pola makan yang lebih baik. ”Asupan lemak total dan lemak jenuh mereka pun lebih rendah daripada anak yang asupan seratnya rendah. Selain itu, asupan vitamin dan mineral mereka pun lebih tinggi ketimbang yang mengonsumsi serat lebih sedikit,” papar dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK, dalam diskusi bertajuk Biasakan Anak Terapkan Gizi Seimbang selama di Rumah Saja bersama Danone, Rabu (30/9/20).

WHO menganjurkan sekitar 400 gr atau 5 porsi sayur dan buah/hari untuk anak balita dan usia sekolah. Dari jumlah itu, 2/3-nya adalah sayuran. Sayur lebih diutamakan ketimbang buah karena kandungan gula dan kalorinya rendah.

Tips dan trik mengajak anak makan sayur

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengajak anak makan sayur. Yang pasti, hindari paksaan karena justru akan membuat anak makin menolak sayur. Percuma juga menjelaskan panjang lebar ke anak mengapa ia perlu makan sayur. Pemahaman anak berbeda dengan kita. “Mereka tidak merasa butuh informasi bahwa sayur kaya akan vitamin dan lain-lain. Yang mereka butuhkan itu rasa enak, dan main. Kalau kita terus menjelaskan pentingnya sayur, mereka tidak akan mendengarkan. Ibaratnya kita di frekuensi FM, sedangkan anak di AM. Jadi tidak nyambung,” tutur psikolog anak dari Tiga Generasi, Putu Andani, M.Psi.

Samakan dulu frekuensi kita dengan anak. Amati kondisi anak, dan apa yang disukainya. Yuk simak tips dan trik di mengajak anak makan sayur.

1. Kenalkan sejak awal

Mulailah perkenalkan si Kecil dengan sayur sejak ia mulai MPASI (makanan pendamping ASI). Tidak perlu banyak, karena memang anak belum membutuhkan terlalu banyak sayur dan buah di awal MPASI. Cukup sedikit saja, yang penting anak terbiasa dengan rasa sayur.

2. Jadikan sayur sebagai teether

Saat si Kecil mulai masuk periode tumbuh gigi, sayur bisa dijadikan teether. “Mulailah dengan sayur yang mudah dipegang anak, misalnya wortel yang dipotong panjang. Anak yang lebih kecil bisa diberi lemak lebih banyak; wortel boleh ditambah saus keju,” ujar dr. Juwalita.

Sebaiknya pilih sayuran yang keras seperti wortel atau brokoli, agar tidak mudah lepas saat digigit-gigit dan menyebabkan tersedak. Selalu perhatikan saat si Kecil asyik menggigiti sayur, jangan sampai ia tersedak.

3. Beri pemahaman dari kejadian nyata

Pemahaman dari kejadian nyata akan lebih mudah diterima oleh anak. “Misalnya ia susah BAB. Setelah masalahnya berhasil diselesaikan dan anak sudah rileks, kita bisa memberi tahu bahwa salah satu penyebab usah BAB karena kurang makan sayur,” ujar dr. Juwalita. Pergunakan bahasa yang mudah dipahami anak, sesuai usia dan kondisinya.

4. Libatkan anak menyiapkan sayur

Ajaklah anak mencuci sayur. Anak yang sudah lebih besar bisa diajarkan mengupas wortel dengan pengupas kulit, lalu memotong-motong sayur menggunakan gunting. Selama proses ini, ciptakan interaksi yang menyenangkan. Bicarakanlah bagaimana warna, bentuk, dan tekstur sayuran. Selain itu, anak juga merasakan kebanggaan bisa membantu di dapur. Semua ini bisa membuat anak lebih tertarik mencoba sayuran.

5. Beri contoh, tapi jangan memaksa

Makan bersama adalah salah satu cara efektif yang bisa ditempuh untuk mengajak anak makan sayur. Bagaimanapun, anak akan mencontoh perilaku orangtuanya. Maka, hidangkanlah selalu sayur di meja makan, dan kita pun memakannya.

Tahap awal, cukup kita saja yang makan sayur, tidak perlu mengajak anak ikut makan sayur. “Beri dulu asosiasi ke anak bahwa makan itu happy dan rileks,” ujar Putu. Saat asosiasi ini sudah terbangun pada anak, biasanya anak akan menyentuh apa yang rutin kita hidangkan di meja makan.

Perlahan, mungkin anak mulai menyentuh sayur, tapi kemudian diletakkan lagi, tidak jadi diambil. Biarkan saja, jangan berkomentar apa-apa. Ketika akhirnya ia benar-benar mengambil sayur pun, tidak usah mengatakan apapun. Saat kita berkomentar ‘bagus’, biasanya malah ditaruh lagi sama anak karena dia merasa malu dipuji seperti itu. “Anggap saja ketika anak menyentuh sayur itu hal yang normal. Ketika anak berkata, ‘aku makan sayur lho!’, barulah beri perhatian,” papar Putu.

6. Sesuaikan dengan selera anak

Kenali apa selera anak. Sayur tidak harus dihidangkan dalam bentuk sayur seperti sayur bening atau tumis. Sangat bisa disisipkan dalam makanan favorit anak. Misalnya rolade daging dicampur bayam, atau nugget ayam ditambahkan serutan wortel kecil-kecil.

“Sayuran hijau bisa dikreasikan jadi es mambo untuk snack. Enak, mudah dipegang anak, dan mereka pun happy,” ujar dr. Juwalita.

Hal ini dilakukan juga oleh aktris Soraya Larasati. Anak pertamanya, Dafa (7 tahun) sudah mulai bisa memilih makanan. “Jadi aku kasih dia pilihan setiap hari, mau sayur apa,” ujar ibu dua anak ini.

Laras, begitu ia disapa, mengamati makanan jenis apa yang disukai Dafa, “Saat aku bikin sayur asem, ternyata dia suka. Jadi mungkin dia suka makanan dengan kuah yang gurih.” Laras pun mengikuti selera Dafa, membuat sayur berkuah. Suatu kali, ia membuat sup tom yam, lengkap dengan aneka sayur seperti kol dan brokoli. “Ternyata Dafa mau makan brokoli yang ada di tom yam, padahal biasanya dia gak suka brokoli. Jadi aku ikuti seleranya. Jangan memaksakan selera anak dengan selera kita. Yang penting, kebutuhan sayur anak tercukupi,” pungkas Laras. (nid)

___________________________________________

Ilustrasi: Food photo created by freepik - www.freepik.com