6 Langkah Sederhana Ajak Anak Menerapkan Gizi Seimbang

6 Langkah Sederhana Ajak Anak Menerapkan Gizi Seimbang

Sudah sekitar 6 bulan kita di rumah saja, sejak dimulainya PSBB (pembatasan sosial skala besar) pertama kali, awal April lalu. Salah satu masalah yang kian banyak dikeluhkan orang tua: anak mendadak melancarkan GTM (gerakan tutup mulut). Problema ini dialami pula oleh aktris Soraya Larasati. “Dulu kan biasa makan di luar saat weekend. Tiba-tiba harus di rumah terus, mulai deh GTM,” ungkapnya. Kalau sudah begini, mustahil rasanya menerapkan gizi seimbang di rumah.

Namun jangan patah arang. Justru sebenarnya, pandemi yang mengharuskan kita bekerja/bersekolah dari rumah adalah momen yang tepat untuk memperbaiki pola makan anak, sesuai dengan pedoman gizi seimbang. “Orang tua dan anak sekarang sama-sama di rumah. Kita jadi lebih mudah mengatur serta memonitor asupan nutrisi dan jadwal makan anak,” tutur dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK.

Tips mengajak anak menerapkan gizi seimbang

Menurut psikolog anak Putu Andani, M.Psi, gangguan makan pada anak selama periode di rumah saja berpangkal dari kebosanan dan stres berkepanjangan. “Anak jadi ogah-ogahan makan, lebih pilih-pilih makanan, atau bahkan tidak mau makan sama sekali,” ujar Putu dalam diskusi bertajuk Biasakan Anak Terapkan Gizi Seimbang selama di Rumah Saja bersama Danone, Rabu (30/9/20).

Tentu ini bukan hal yang bisa diabaikan. Terlebih, nutrisi adalah pertahanan utama kita dalam menghadapi pandemi COVID-19. “Sebagai orang tua kita tahu anak harus makan apa agar nutrisinya tercukupi, tapi yang jadi masalah, mereka tidak mau makan,” lanjut Putu.

Berikut ini 6 langkah sederhana yang bisa kita lakukan mengembalikan nafsu makan anak, sekaligus mengajaknya menerapkan gizi seimbang sebagai bagian dari gaya hidup sehat.

1. Atur jadwal makan

Biasakanlah mengatur jadwal makan di waktu yang sama setiap hari. Buat jadwal 3x makan utama, dengan 2x snack di antara makan utama. Sesuaikan jadwal makan dengan jam sekolah daring anak, dan latih anak untuk mengikuti rutinitas dengan pola hidup yang baru ini. “Rutinitas dan konsistensi efektif sekali untuk mengurangi kecemasan anak. Ini membuat otaknya lebih siap menghadapi kegiatan sehari-hari,” jelas Putu. Tanpa jadwal makan yang pasti, anak tidak memiliki patokan untuk jadwal kegiatannya.

Jadwal makan juga penting untuk mengakomodir asupan nutrisi anak. Ukuran lambung anak berbeda dengan dewasa. Apalagi pada anak yang lebih keci; ukuran lambungnya pun masih kecil. Bila tidak ada jadwal makan, anak makan dan minum semaunya, maka saat makan utama, bisa jadi anak keburu kenyang. Alhasil, asupan nutrisinya jadi tidak maksimal.

Sebagai ibu dari dua anak, Soraya Larasati setuju dengan pentingnya mengatur jadwal makan. Anak-anak dibiasakan tidur lebih awal agar bisa bangun pagi dan sarapan bersama, sebelum sekolah daring. “Kalau perut kosong kan tidak bisa konsentrasi belajar. Jadwal makan siang pun teratur, sekitar jam 12 saat break sekolah,” ujar Laras, begitu ia disapa.

2. Makan bersama

Makan bersama adalah media yang sangat baik untuk mencontohkan anak gaya hisup sehat sesuai pola makan gizi seimbang. “Ingat, pola makan saat kecil sangat menentukan kebiasaan makan anak saat dewasa nanti,” tegas dr. Juwalita.

Makan bersama juga penting untuk membentuk interaksi dengan anak. Ciptakanlah interaksi yang positif, menyenangkan, dan menarik. Alih-alih menyuruh anak mencicipi makanan yang tersaji, ciptakanlah obrolan mengenai hidangan di atas meja. Misalnya ajak ia menyebutkan nama sayur berwarna oranye dalam sop. “Atau ajak ia untuk mencium aroma masakan, dan merasakan tekstur makanan dengan menyentuhnya,” tutur Putu.

Selama di rumah saja, makan bersama bisa lebih mudah dilakukan. Meski tak bisa dipungkiri, kita pun tetap sibuk dengan pekerjaan. “Kalau belum bisa terpenuhi tiga kali makan bareng, mulai dengan satu kali dulu. Misalnya saat sarapan, atau makan malam,” imbuh Putu. Jangan lupa, singkirkan gawai saat makan bersama.

3. Kombinasikan pangan hewani dan nabati

Menerapkan gizi seimbang, jangan lupakan asupan makronutrisi (karbohidrat, protein, lemak), mikronutrisi (vitamin dan mineral), serta serat. Untuk itu, sumber makanan harus beragam, lengkap dari pangan hewani dan nabati. Terutama untuk lauk; jangan hanya hewani, tapi juga protein nabati. “Ada beberapa vitamin dan mineral yang tidak ada dalam pangan hewani, sehingga harus dilengkapi dengan protein nabati,” jelas dr. Juwalita. Manfaat protein nabati lainnya yakni sebagai sumber serat.

4. Variasikan dan kreasikan makanan

Kurangi kebosanan anak dengan variasi makanan yang beragam, dan diolah dengan macam-macam kreasi. Cobalah membuat makanan yang sebelumnya tidak pernah dibuat di rumah. Misalnya, sajikan makan siang dalam bentuk sushi ala Jepang. Meski mungil, dalam sepotong sushi tersaji lengkap nasi, lauk, serta sayur. Atau, buat spageti dengan daging dan jamur. Tentu ini menjadi cara yang menyenangkan untuk mulai menerapkan gizi seimbang di rumah.

5. Siapkan cemilan sehat

Kadang, anak tidak menghabiskan makanannya. Maka sediakanlah makanan selingan (snack) di antara jadwal makan utama. “Ini untuk mencukupi kebutuhan nutrisi yang mungkin tidak didapatkan dari makan utama karena makanannya tidak habis,” ujar dr. Juwalita. Tentu bukan sembarang cemilan. “Snack harus mengandung nutrisi yang baik. Misalnya buah, kacang-kacangan, agar-agar, susu, atau nutrisi untuk anak berbasis soya yang terfortifikasi,” imbuhnya.

Hal ini diterapkan oleh Laras. “Saat break pagi, aku kasih anak cemilan seperti susu atau buah. Lalu 4 jam setelah makan siang, snack sore,” ucapnya.

6. Libatkan anak

Libatkan anak dalam proses menyiapkan makanan. “Ini akan memberi anak keleluasaan untuk menentukan pilihan, serta memenuhi kebutuhan anak untuk merasa mandiri dan mampu melakukan sesuatu,” papar Putu. Mulailah dari memilih menu. Anak yang lebih besar sudah bisa ditanya, mau makan apa hari ini.  Untuk anak yang lebih kecil dan belum bisa bicara, tunjukkanlah pilihan yang ada. Misalnya, tunjukkan apel dan jeruk, dan biarkan ia memilih buah yang diinginkannya.

Libatkan anak dalam proses selanjutnya. Anak usia batita bisa diajak mencuci buah dan sayur, hingga memasukkan buah dan sayur ke kulkas. Tunjukkan ia di mana meletakkan buah dan sayur. Awalnya pasti anak akan mengacak-acak isi kulkas yang lain. Ketika dia mengacak-acak, katakan: ‘OK, stop. Mainnya besok lagi’. “Setelah beberapa kali, pasti anak bisa melakukan sesuai dengan aturan uang kita buat,” tambah Putu.

Anak usia 8 tahun ke atas di mana motorik halusnya sudah berkembang lebih baik, bisa diajak memotong sayuran. Tidak perlu menggunakan pisau; bisa menggunakan gunting untuk memotong kangkung, buncis, atau kacang panjang. Mereka juga bisa diajak mencampur adonan, mengenali aneka bumbu, hingga mencampur bumbu. Tak kalah penting, ajak ia menata peralatan makan, serta mengatur porsi makan sesuai dengan Isi Piringku. Dengan demikian, ia belajar langsung untuk menerapkan gizi seimbang sekaligus dan porsi makanan sesuai rekomendasi gizi .

Tentu, semua ini butuh proses. Jangan mengharapkan hasil yang instan. Lakukan secara bertahap, yang penting konsisten. (nid)

_____________________________________________

Ilustrasi: Food photo created by tirachardz - www.freepik.com