Perjuangan Ani Noor Isfiani Menghadapi Kanker Payudara: ‘From Wheel Chair to High Heels’
ani_noor_isfiani

Perjuangan Ani Noor Isfiani Menghadapi Kanker Payudara: ‘From Wheel Chair to High Heels’

Melihat sosok Ani Noor Isfiani, SE, Ak, MM, CPEC, rasanya sulit membayangkan dirinya pernah berkursi roda selama beberapa waktu, ketika menjalani pengobatan kanker. Di usia 57 Ani tampak begitu energik, masih bisa loncat, dan hobi hiking.

Ani menuliskan kisahnya ke dalam buku, berjudul From Wheel Chair to High Heels. “Madeline Mutia, pendiri Lovepink, yang kasih judul itu. Dulu saat jadi bankir saya selalu pakai high heels. Selama kanker pakai kursi roda, dan setelah terapi selesai bisa pakai high heels lagi,” Ani tersenyum.

Pensiun di usia 55 pada 2020 lalu, tak lantas membuat Ani berdiam diri. Kesibukannya nyaris tak berkurang dibandingkan saat masih menjadi bankir dulu. Setahun sebelum pensiun, Ani mengikuti pelatihan 3.0 Coaching dari ESQ, dan sudah mendapat sertifikasi dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). Kini, Ani menjadi professional coach, syariah wealth planner, serta menjadi pekerja sosial di Lovepink.

Ani juga belajar banyak hal sejak pensiun. “Saya belajar motret, Canva, melukis, line dance, macam-macam,” ujar Ani. Tak ketinggalan kegiatan sosial. Selain menjadi volunteer di Lovepink, Ani juga aktif di Rumah Teduh, rumah singgah bagi pasien dhuafa dengan penyakit serius, yang didirikan oleh sahabatnya, Iin Achsien.

Anugrah di Balik Kanker

Perjuangan menghadapi kanker tidak mudah. Terlebih Ani harus menjalani peran sebagai orangtua tunggal bagi ketiga anaknya, setelah sang suami, Dino Tanaya, meninggal dunia akibat kanker paru pada 2012.

Namun di balik segala kesulitan bak roller coaster yang dialaminya selama menjalani pengobatan kanker, Ani menemukan banyak sekali anugrah. “Saya mendapat banyak sahabat baru, ketemu Lovepink, bisa menulis buku, dan bermanfaat bagi orang lain. kalau dulu, saya mungkin cuma dikenal sebagai Ani yang seorang bankir saja,” tuturnya.

Foto: koleksi pribadi Ani Noor Isfiani

Bersabar dan bersyukur. Ini pedoman hidup Ani. “Bersabar saat menerima ujian, dan bersyukur saat menerima kebahagiaan,” ujarnya. Dan, berprasangka baik kepada Tuhan. “Apa yang ditetapkan untuk kita psati baik. Banyak pengalaman yang dulu bikin ngomel, ternyata hikmahnya baik,” imbuh Ani.

Ani pun sangat bersyukur, ia dikelilingi support system yang luar biasa. Teman-temannya bergantian mengantar dan menemani Ani selama pengobatan. Tak hanya itu, mereka juga mengirimkan makanan, agar Ani tak perlu repot.

Yang paling menguatkan Ani, tentu saja cinta dan dukungan dari ketiga anaknya. Mereka begitu telaten mengurus Ani di rumah. Ani membuat semangat Ani kembali bangkit, setelah sempat drop karena ibunda tercinta meninggal dunia di pangkuannya, ketika Ani hendak menjalani kemoterapi kelima.

Lovepink

Perkenalan Ani dengan Lovepink bermula ketika kontrol setelah operasi, Juni 2014. Di RS, Ani bertemu koleganya, Winda, seorang perempuan muda cantik yang juga penyintas kanker payudara. Saat itu, Winda baru saja menyelesaikan pengobatannya. “Winda yang mengajak saya ke Lovepink. Tapi dia lebih dulu berpulang,” kenang Ani.

Pada 12 Oktober 2012, Ani mengikuti acara Loveping pertamanya, Indonesia Goes Pink 2012. Mereka berjalan kaki dari Bunderan HI ke kantor Gubernur DKI Jakarta. Saat itu Ani masih menjalani kemoterapi, dan memakai kursi roda. Namun itu tak menyurutkan semangatnya. “Makanya judul buku saya From Wheel Chair to High Heels,” Ani tersenyum.

Bergabung di Lovepink membuat Ani lebih tenang, percaya diri, dan bersemangat menjalani pengobatan. Selesai pengobatan, hidupnya pun terasa lebih bermakna. Ia menjadi Lovepink Squad, untuk memberikan edukasi tentang kanker payudara. Juga memberi pendampingan bagi pasien kanker payudara yang masih berjuang dengan pengobatan. Baik melalui WA, ataupun bertemu langsung.

Dr. Noorwati yang merawat Ani, juga kerap mengenalkan pasiennya, para pejuang kanker, kepada Ani. “Kalau ada pasiennya yang mogok kemo, disuruh ngobrol sama saya. Saya jadi punya banyak kenalan pejuang dan penyintas kanker,” tutur Ani.

Lulus S4

Menjalani pengobatan kanker sungguh tidak mudah. Tiap pejuang dan penyintas kanker punya cara unik tersendiri, untuk membantu mereka menghadapi hal tersebut. begitu pula Ani. Untuk menyemangati dirinya, di samping berdoa, ia selalu memakai yang serba serasi. Baju, rok/celana, manset, jilbab, tas, dompet, hingga alas kaki, semua harus terlihat serasi. Tak ayal, sahabat-sahabatnya menobatkan Ani sebagai Mrs. Matching.

Hanya saja, ada satu yang berbeda dari biasanya. “Dulu saya pakai sepatu hak tinggi (high heels), atau wedges. Selama pengobatan, ganti pakai flat shoes supaya lebih aman dan nyaman,” Ani berujar. Masalahnya, Ani tidak punya flat shoes. Jadilah ia berbelanja ke mal, untuk membelinya – tidak mahal, yang penting nyaman dan serasi dengan pakaian yang dimilikinya. Ternyata, pergi ke mal meski hanya sebentar untuk membeli sepatu adalah salah satu terapi yang membuat happy, “Kami biasa menyebutnya retail therapy.”

Mereka yang bergabung di Lovepink, punya “mantra” yang membuat pengobatan tidak lagi menakutkan. Salah satunya, mengganti sebutan untuk kemoterapi dengan istilah spa, beauty treatment, atau party. “Kalau dihitung, saya sudah berpesta dengan Madame Taxotere dan Monsieur Carboplatin sebanyak enam kali, dan dengan Madam Herceptin 17 kali,” ucapnya. Taxotere dan carboplatin adalah nama obat kemo, sedangkan herceptin adalah nama obat terapi target, karena kanker Ani memiliki HER2 positif.

Untuk radioterapi yang dijalaninya sebanyak 30x, Ani menyebutnya sebagai ‘sunbathing’. RS tempatnya menjalani radiasi disebutnya sebagai pantai, dan tim dokter sebagai beach guard.

Tiap selesai pengobatan, Ani membuat syukuran kecil sebagai wujud rasa syukur sekaligus motivasi untuk bertahan dan bersemangat menjalani pengobatan berikutnya. Ani dna para penyintas di Lovepink menyebutnya “wisuda” atau graduation.

Sejauh ini, Ani sudah lulus S4 alias empat kali wisuda. Wisuda S1 ketika selesai operasi, meski saat itu tidak dirayakan. Wisuda S2 pada 21 Oktober 2014, ketika selesai kemo keenam, yang merupakan terberat bagi Ani. Diadakan syukuran kecil di kamar RS, dihadiri beberapa sahabat.

Wisuda S3 / Foto: koleksi pribadi Ani Noor Isfiani

Selesai radiasi ke-30 pada 29 Desember 2014, Ani pun lulus S2. Upacara wisuda dilangsungkan di ruang radiasi dan di ruang tunggunya. Para dokter, perawat, dan beberapa pejuang yang juga sedang menjalani radioterapi, ikut merayakan. “Kata perawat, baru kali itu ada pasien yang ‘wisuda’ di ruang radiasi, sambil berpose dan foto-foto,” Ani tertawa.

Akhirnya tibalah wisuda S4, 15 Juni 2015. Ani selesai menjalani terapi target dengan herceptin. Itu adalah momen terapi yang paling membahagiakan bagi Ani. Anak-anak dan para sahabatnya menempelkan berbagai tulisan motivasi di dinding dan gorden kamar RS tempat Ani dirawat. Salah seorang sahabatnya cupcake berhiaskan pita pink yang merupakan simbol kanker payudara, serta bertuliskan Ani never gives up.

Wisuda S4 / Foto: koleksi pribadi Ani Noor Isfiani

Para dokter dan perawat ikut merayakan momen bahagia tersebut. “Itu hari di mana saya begitu bersyukur. Hari di mana saya bisa berkata, I’ve survived’,” kenang Ani.

Dijelaskan dalam artikel sebelumnya, kanker Ani adalah “martabak spesial dengan lima telur bebek”. Kankernya stadium 2B dengan 3+, serta memiliki reseptor hormon (estrogen dan progesteron) positif, dan HER2 positif. Untuk itu di samping terapi yang sudah selesai tadi, Ani juga menjalani terapi hormon, dengan obat anti hormon, tamoxifen. Obat ini rutin diminum setiap hari, targetnya selama 10 tahun. “Alhamdulillah sekarang sudah tahun ke delapan. Doakan saya bisa wisuda S5 dua tahun lagi,” ujar Ani tersenyum.

Kembali Memakai High Heels

Ani sudah bisa memakai high heels lagi. Buat Ani, high heels bukan sekadar sepatu, tapi merupakan simbol semangatnya. “Semangat ‘high heels’ adalah semangat untuk terus meninggikan keimanan dan kepercayaan diri meskipun dalam kondisi kesehatan yang rendah”. Begitu tulis Ani dalam bukunya.

Pasca kanker, ada yang sedikit berubah dari pola hidup Ani. “Dulu tidak suka olahraga, sekarang minimal jalan pagi keliling komplek,” ujarnya sambil tertawa. Sejak 2017 hingga sebelum pandemi COVID-19, Ani juga rutin berjalan kaki santai di CFD sepajang Jl. Sudirman bersama teman-temannya, setiap Minggu pagi.

Ani beberapa kali ikut marathon 5K, termasuk yang diadakan Lovepink di Bali, dan Starwars Fun Run di Singapura. Favoritnya adalah Air Force Run yang diadakan setiap tahun oleh TNI AU di sekitar lapangan terbang militer Halim Perdana Kusuma. Setelah mencapai garis finish, peserta bisa melihat berbagai macam pesawat militer yang memang sengaja dipajang di sepanjang landasan.

Untuk pola makan, Ani tidak terlalu ketat, tapi jauh lebih baik dibandingkan sebelum kena kanker. Tidak ada pantangan makan, hanya saja jumlah dan frekuensinya dibatasi. Sesekali ia masih makan daging merah dan makanan favorit lainnya. Prinsipnya, yang penting porsi buah dan sayur minimal 50% dari asupan makan sehari-hari. Saat sarapan, Ani minum 2 gelas jus dan makan 2-3 jenis buah.

Baca juga: Kisah Ani Noor Isfiani - Roller Coaster Pengobatan Kanker

Suplemen yang diminumnya antara lain kalsium, vitamin D, glukosamin dan kondroitin, untuk menjaga kesehatan tulang dan sendinya, “Karena kemoterapi memengaruhi kesehatan tulang.” Ia juga minum citamin C, omega, dan propolis.

Kepada pejuang kanker, Ani berpesan untuk jangan menunda. “Jangan takut untuk segera ke dokter untuk periksa kalau ada kecurigaan. Kalau diminta untuk evaluasi lebih lanjut, lakukan. Kalau diminta untuk operasi, kemoterapi, dan lain-lain, lakukan. Kanker tuh berpacu dengan waktu,” tuturnya. Makin cepat kanker ditemukan dan diobati, hasil pengobatan akan makin baik.

Ia juga menyarankan untuk menjalani pengobatan dengan alur medis, bukan alternatif. Dan terpenting, menerima kondisi. “Acceptance (penerimaan) itu penting. Yang membuat mental makin down itu denial (penyangkalan),” tandasnya.

Ani meyakini, ada hikmah dari setiap kejadian. “Saya merasa hidup lebih berwarna dibandingkan dulu. Belajar bersabar dan bersyukur. Bagi pejuang kankrt, jalani pengobatan dengan semangat, ikut komunitas kanker agar tidak merasa sendirian. Banyak teman seperjuangan sehingga kita bisa berbagi cerita,” pungkas Ani.

Kisah Ani bisa disaksikan di kanal YouTube OTC Digest, berjudul "Pejuang Kanker Payudara, Ani Noor Isfiani". (nid)

____________________________________________

Foto cover artikel diambil dari Instagram Ani, @ani.noor