penyakit buerger disease Alergi terhadap rokok
kisah li Iswara pengidap  penyakit buerger disease

Kisah Ii Iswara Karena Rokok Jari Kaki Lepas Satu Persatu

Ia terserang penyakit langka yang belum ada obatnya, karena rokok. Awalnya ada luka di kelingking kaki kiri. Kuku jari lepas terlindas roda troli. Lima bulan luka tak kunjung sembuh, kaki kesemutan dan sakit saat menapak. Dokter perusahaan, teman dan ahli pengobatan alternatif menduga, Ii kena penyakit diabetes. Namun saat diperiksa, glukosa darahnya normal. Ia dirujuk ke ahli bedah vaskular RS di Bandung.

Ketika itu, karyawan PT Kimia Farma ini berusia 49 tahun.  Dokter mendiagnosa  ia mengidap buerger disease, yang menimbulkan radang pada ruas-ruas jari kaki atau tangan. Jaringan yang terserang membusuk dan akhirnya mati. Jari-hari kaki ayah 6 anak ini copot begitu saja, seperti diamputasi. Ini penyakit langka. Di RS Bandung, Ii satu-satunya pasien dengan penyakit tersebut.

           

Karena nikotin

Menurut ilmu kedokteran, penyakit buerger disease akibat tubuh tidak kuat terhadap nikotin. “Awalnya saya tidak percaya. Banyak yang merokok tapi tidak kena penyakit ini,” katanya. Dokter memperlihat,orang yang kena penyakit ini jari-jari kaki dan tangannya habis karena tidak mau berhenti merokok.  

Karena tidak percaya, Ii tetap merokok. “Teman-teman tertawa waktu saya cerita, penyakit ini karena rokok. Kalau penyakit jantung atau paru-paru mereka percaya,” katanya. Setelah beberapa ruas jari kakinya terlepas dan sakitnya mulai pindah ke tangan kiri, ia berhenti merokok. Itu selang dua tahun sejak ia kena (tahun 1999).

“Ruas jari yang diserang membengkak merah, lalu menghitam dan keras. Dagingnya mati, mengelupas tinggal tulang dan copot sendiri,” kata Ii. “Awalnya terasa gatal di ujung jari seperti digigit nyamuk, kesemutan, panas seperti kena bara.”

Dari proses peradangan sampai busuk, waktunya sekitar 5 bulan. Tiga tahun pertama adalah waktu terberat. “Tidur paling satu jam, sambil duduk. Mata ngantuk, tapi nggak bisa tidur saking sakitnya,” papar perokok sejak kelas 1 SMP ini. 

Obat pereda sakit dan antibiotik dari dokter, tak banyak membantu. Penyempitan pembuluh darah akibat peradangan, membuat efek obat tidak sampai ke sasaran. Minum obat tidur, rasa kantuk kalah oleh rasa sakit yang dialami.

Amputasi sendiri

Akibat penyakitnya, pria yang bekerja di bagian pengepakan ini terpaksa pensiun dini tahun 2007. Sejak itu, kalau kambuh ia diamkan sampai jarinya copot sendiri, “Atau saya potong sendiri, karena di rumah sakit biaya amputasi bisa Rp. 15 juta.” 

Pada jari tangan kiri ada dua ruas diamputasi dokter, ruas jari lainnya ia amputasi sendiri dengan gunting kuku yang disterilkan. Jari-jari tangan kanan, mulai  jempol sampai kelingking, ia biarkan copot atau dipotong sendiri. Di kaki kiri, satu bagian jari kakinya patah tidak sengaja karena terbentur tembok.

Penyakit ini sudah “memakan” 15 jemarinya, hanya jari kaki kanan yang masih utuh. Satu tahun, hampir pasti ada satu ruas jari yang diamputasi. Beberapa ruas jari bahkan pernah diamputasi dua kali.

“Kambuh biasanya tanpa sebab, kambuh begitu saja,” kata Ii.

Belum ada obat untuk penyakit ini. Ii minum obat pengencer darah, pelebar pembuluh darah dan antibiotik. “Obat ada pengaruhnya. Penyerapannya lambat karena aliran darah tidak lancar. Sekarang rasa panasnya tidak seperti dulu,” tambah pria yang tinggal di Lembang, Bandung. 

“Teman-teman saya ingatkan: stop rokok. Tapi susah. Betul, rokok itu membunuh hidup-hidup.” (jie)