Dua Kali Kena Kanker Dr. Alvita Dewi Siswoyo, SpKN, M.Kes: Tuhan Mengirim Malaikat untuk Saya | OTC Digest

Dua Kali Kena Kanker, dr. Alvita Dewi Siswoyo, Sp.KN, M.Kes: "Tuhan Mengirim Malaikat untuk Saya"

Di masa kecil ia kerap menangis karena di-bully. Saat remaja kembali terserang kanker dan hampir putus asa.  Pantang menyerah, ia kini menjadi  spesialis kedokteran nuklir. Namanya dr. Alvita Dewi Siswoyo, Sp.KN, M.Kes.

Tak 'kan terlupakan pengalaman luar biasa saat ia masih gadis 16 tahun, duduk seorang diri di kursi roda di sebuah rumah sakit di Singapura, menanti dokter datang.

“ Tuhan, saya sudah tidak kuat,” ia menangis. “Saya mohon ampunan-Mu. Cabut saja nyawa saya.”

Muncul seorang ibu kebangsaan India, mendekat dan bertanya, “ Kenapa kau menangis, gadis kecil?”

“Saya kena kanker, “ ia menjawab. “Saya ingin mati saja.”

Ibu itu memeluk si gadis dan membiarkannya menangis sejadi-jadinya di pelukannya.

“Tapi,” ujar si gadis kemudian. “Anda tidak tahu apa yang saya rasakan. Tidak tahu tiap malam saya tidak bisa tidur menahan sakit. Tidak tahu, orangtua saya harus menjual rumah agar saya bisa berobat.”

“Anakku,” kata si ibu. ”Lihat anak dengan perban di kepala yang sedang digendong bapak di ujung sana. Itu anakku. Dia kena kanker otak. Baru dioperasi dan tempurung kepalanya belum tertutup. Saya tahu bagaimana rasanya.  Tenanglah. Di saat terburuk, Tuhan tidak pernah meninggalkanmu. Kamu harus berjuang.”

Ia memeluk si gadis sekali lagi. Kemudian melangkah menjauh menuju keluarganya. Menatap punggung si ibu, ia tersadar bahwa masalah yang mereka hadapi jauh lebih berat. Kanker  otak membuat  kematian bisa datang kapan saja.

Pertemuan mengharukan itu berlangsung 5-10 menit.

“Beliau istri seorang pekerja konstruksi biasa. Ia seperti malaikat yang dikirim Tuhan kepada saya. Sejak itu saya ingin menjadi seseorang yang mau digunakan Tuhan, untuk mengubah hidup orang lain,” ujar  si gadis yang kini sudah dewasa (32 tahun), dr. Alvita Dewi Siswoyo, Sp.KN, M.Kes.

Sebagai survivor kanker, dr.Vita terpanggil ikut meringankan beban sesama penderita kanker. Terlebih, ia pernah mengidap dua jenis kanker. 

 

Di-bully

Alvita lulus dokter umum dari Universitas Tarumanegara, Jakarta. Saat berusia satu tahun, ia didiagnosis kanker mata (retinoblastoma), membuatnya harus kehilangan mata kiri ,dan diganti mata palsu.

“Kalau ditanya bagaimana rasanya hidup dengan satu mata, jawaban saya: biasa saja. Saya tidak tahu bagaimana hidup dengan dua mata. Saya bisa mengerjakan segala sesuatu dengan normal,” paparnya.

Vita kecil pribadi yang periang, senang mengikuti banyak kegiatan. Semua berubah saat teman sekolah tahu kekurangannya. Ia diejek, “Vita anak cacat.” Menjadi sasaran bullying, ia jadi pendiam, minder dan menarik diri. Berangkat ke sekolah seperti mimpi buruk baginya.

“Saya sering pulang sambil menangis dan mulai merasakan perbedaan dalam diri saya. Saya mulai bertanya tentang kondisi saya,” kenangnya. “Saya tidak mau sekolah, malu.”

Vita kecil merasa  Tuhan hanya sayang pada orang lain, tapi tidak padanya. Ia cacat, jadi seperti anak tiri. Sang mama, Vera Wibowo, menguatkan sambil memeluk dan berujar, “Tidak usah membalas perkataan mereka. Diam saja. Buktikan bahwa kamu bisa melebihi mereka. Jangan mengasihani diri sendiri. Jangan membuat alasan: saya tidak bisa karena… Katakan: saya harus bisa meskipun….”

Berbagai usaha dilakukan sang ibu untuk menguatkan mental Vita, dan mengembalikannya menjadi gadis periang. Suatu kali ia dipaksa ikut lomba fashion show. “Saya marah. Tapi mama bilang, mama nggak berharap kamu menang.  Mama harap kamu punya rasa percaya diri berjalan di atas panggung. Kamu itu spesial, unik. Kata-kata mama membuat saya berpikir, saya bukan anak cacat. Saya spesial,” papar dokter yang menikah dengan seorang pendeta ini. (jie)

Bersambung ke: Dr. Alvita Dewi Siswoyo, Sp.KN, M.Kes: "Dua Kali Selamat dari Kanker, Berarti Tuhan Punya Maksud Tertentu"


Foto: dok. OTC Digest