operasi_beim_ambein_parah_sembuh_total

Dengan Operasi BEIM, Ambeien Parah Bisa Sembuh Total

Dengan operasi tehnik BEIM (Biological Electrical impedance Auto-measurement), Ny. Dwi Komalasari tak menduga wasir (ambeien) parah yang dideritanya bisa sembuh. Selama 14 tahun hidup Ny. Dwi menderita. Ia diteror rasa sakit dan tidak nyaman akibat penyakitnya. Tidak mau berobat, alasan sekretaris sebuah perusahaan swasta ini sepele. “Malu membicarakan masalah dubur, juga takut operasi,” ujarnya saat seminar penyembuhan wasir di Bekasi, beberapa waktu lalu.

Derita wasir mulai mengganggu sejak ia mengandung anak pertama tahun 1999. Memang, wasir bisa muncul pada masa kehamilan. Ini karena bayi dalam rahim menekan pembuluh darah sekitar anus hingga melebar. Selain itu cairan tubuh bertambah dan berat badan naik, membuat tekanan di anus makin besar. Perlahan tapi pasti, wasir muncul; dari derajat ringan hingga berat.

Ny. Dwi mengenang, selama mengandung 9 bulan, hari-harinya bertambah berat akibat wasir. Berat membawa beban janin, kelelahan, pinggang dan punggung pegal, kaki bengkak, berjalan makin tidak nyaman gara-gara wasir. “Duduk terganggu. Apalagi kalau mau BAB (buang air besar) sampai keluar darah; sakit dan tersiksa sekali,” paparnya.

Sempat ia mengadu pada suami dan bertekad untuk operasi wasir setelah melahirkan. “Tapi tiap kali mau operasi, tidak punya keberanian. Ha ha ha.” Didorong niat besar untuk operasi, ia mencari informasi seputar operasi wasir di rumah sakit. Tidak hanya mendengar-dengar, ia mengunjungi beberapa teman yang pernah dioperasi secara konvensional. Dilihatnya, sang teman harus tidur tengkurap sehabis operasi. Duduk tidak bisa, dan harus menginap berhari-hari di rumah sakit. Bahkan ada pasien yang sampai menangis menahan sakit.

“Dan dengan kesakitan yang seperti itu, tidak menjamin wasir tidak akan tumbuh lagi,” katanya. Bayangan kesakitan yang dialami teman-temannya terekam erat dalam otak Ny. Dwi, membuatnya mengurungkan niat melakukan operasi hingga belasan tahun.

Awalnya, wasir yang diderita Ny. Dwi tidak terlalu mengganggu; tonjolan bisa masuk kembali dengan sendirinya usai BAB. Seiring berjalannya waktu, wasirnya kian parah hingga derajat 3. Saat BAB wasir keluar, dan harus didorong dengan jari agar bisa masuk lagi. Bila tidak demikian, wasir akan terjepit dan menimbulkan sakit luar biasa.

Terkadang, muncul rasa berani dalam dirinya agar wasirnya segera dioperasi.  Dia pikir, biarlah sakit tetapi setelah itu masalahnya yang menjengkelkan itu berakhir. Namun rasa rakut dioperasi kembali muncul, ketika ingat temannya sampai meringis menahan sakit.

Untuk meringankan derita yang dialami, Ny. Dwi membawa ‘bekal khusus’ ke kantor: bantal kecil untuk duduk. Kepada teman sekantor, ia berasalan bantalnya untuk sandaran kursi agar punggung tidak pegal. “Lama-lama, alasannya biar kalau duduk terasa empuk. Saya pakai bantal kecil biasa, bukan yang tengahnya bolong. Malu kalau sampai ketahuan teman-teman bahwa saya kena wasir,” ia terkekeh. Tetap saja ia tidak kuat duduk terlalu lama. Sedikit-sedikit ia bangun dari kursi, “Atau saat duduk pantatnya agak miring. Jadi memang sangat mengganggu kerja.” Bisa dibayangkan saat harus menghadapi berjam-jam macet di perjalanan pergi pulang kantor, di mana ia harus dalam posisi duduk.

Dari informasi dokter yang ia peroleh, terlalu lama duduk menciptakan tekanan pada daerah anus. Darah akan berkumpul di anus, sehingga pembuluh darah pada daerah tersebut menjadi pasif, dan pergerakan aliran darah menjadi lebih pelan. Akhirnya, pembuluh darah makin melebar dan timbul wasir. Ini juga bisa dialami oleh mereka yang terlalu lama berkendara.  Maka disarankan untuk berdiri atau berjalan selama beberapa saat, jika pantat sudah terasa panas atau pegal. BAB berdarah dapat terjadi pada penderita wasir, karena pembuluh darah di wasir pecah. Perdarahan berulang bisa sampai menyebabkan anemia (kurang darah). 

Selain ‘berbekal’ bantal, Ny. Dwi berupaya memperbaiki pola makan. Ia memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan sebagai sumber serat, agar proses BAB lancar dan feses (tinja) lebih mudah dikeluarkan. Makanan pedas dia hindari. Pengalamannya, jika mengonsumsi makanan pedas, wasir segera muncul lagi. “Kambuhnya sampai bengkak dan keluar darah. Kalau sudah begitu, saya pakai obat yang dimasukkan lewat anus, untuk menghentikan perdarahan. Mengoleskan salep khusus untuk membantu mengempiskan pembuluh darah yang bengkak,” tuturnya.

Derita ini dialaminya selama bertahun-tahun, sampai dia punya tiga anak. tiap kali hamil, wasirnya bertambah parah.  “Pokoknya kalau hamil, ya selama sembilan bulan itu wasirnya timbul,” pungkasnya.

Capek dengan kondisinya, suatu hari Ny. Dwi seperti mendapat “angin surga”. Pada Oktober 2013 ia mendengar informasi tentang metode BEIM (Biological Electrical impedance Auto-measurement), penyembuhan wasir dengan rasa sakit minimal, dan hanya membutuhkan operasi kecil dengan waktu pengerjaan sekitar 15 menit.

Wasir dijepit dengan alat khusus seperti gunting kecil, yang mengalirkan listrik tegangan kecil (+6 volt). Panas dari alat akan menarik cairan dari wasir sehingga kering. Setelah wasir kering dan keras, baru dipotong sehingga tidak berdarah, lukanya minimal dan langsung bisa menutup. Tidak perlu jahitan dan hanya menggunakan bius lokal.

Untuk meyakinkan dirinya dan menghindari gombalan iklan, Dwi mendatangi klinik yang menawarkan teknologi tersebut di bilangan Bekasi, dan berkonsultasi langsung dengan dokter di sana. Dengan sabar ia menunggui beberapa pasien yang ditindak dengan BEIM dan pemperhatikan reaksi mereka. “Yang membuat saya yakin, reaksi pasien setelah melakukan operasi dengan tehnik BEIM. Mereka bisa langsung berjalan pulang,” ujar perempuan bertinggi sekitar 160 cm ini. Akhirnya ia berani menjalani pengobatan, bahkan langsung minta dioperasi BEIM saat itu juga.

Sebelum operasi dokter menjelaskan, biasanya akan sedikit terasa sakit saat pertama kali BAB setelah operasi. Sempat ia was-was, seperti apa sakitnya nanti. “Ternyata tidak terlalu sakit,” ujarnya. Setelah satu bulan, luka pasca-operasi benar-benar sembuh. Ia kini merasa plong dan bisa bernafas lega. “Sekarang saya benar-benar sembuh dari wasir,”senyumnya.

Dr. Panondang Panggabean, Sp.B dari Rumah Wasir, Bekasi, yang menangani Ny. Dwi menjelaskan, rasa sakit yang dialami pasca-operasi karena tinja bergesekan dengan luka. “Biasanya setelah operasi diberi obat yang sifatnya memberikan pelumas ketika BAB. Ketika pelumasnya habis, akan sedikit sakit ketika BAB,” jelasnya.

Bila belum berani menjalani operasi, ada cara untuk meredakan nyeri. Siapkan air hangat di dalam bak/bath tub, teteskan sedikit caian antiseptik, rendam bokong dengan air tersebut. Ini membuat otot anus rileks sehingga “Rendam selama 15-30 menit. Antiseptik akan membersihkan kuman-kuman di sekitar anus," tutur dr Panondang.

Lakukan dua kali sehari, pagi dan malam sebelum tidur. Pada wasir derajat 1 dan 2, prosedur merendam bisa membuat wasir kembali masuk. Derajat yang lebih berat, perlu tindakan operasi untuk menuntaskan masalah. (jie)


Ilustrasi: Darko Djurin dari Pixabay