Arsaningsih Sembuh dan Sehat Kembali Setelah Dua Kali Operasi tumor, Dua kali Serangan Jantung dan Dua Kali Stroke | OTC Digest

Arsaningsih Sembuh dan Sehat Kembali Setelah Dua Kali Operasi tumor, Dua kali Serangan Jantung dan Dua Kali Stroke

Sakit beruntun menuntun pada proses energi dan penyembuhan. Selain menjadi penyembuh, ia mengajarkan untuk bisa menyembuhkan diri sendiri. Muridnya tersebar di Indonesia dan manca negara.

Riasan wajahnya tipis saja. Tubuhnya berbalut kebaya putih dan kain lilit. Jauh dari kesan menor dan glamor. Sosoknya bersahaja dengan senyum yang tulus dan tuturan kata-katanya, mampu menyurutkan rasa kesal dan gelisah. Di function room lantai 2 toko buku Gramedia Matraman, Jakarta, Arsaningsih berbagi cerita seputar bukunya “SOUL Reflection” yang hari itu, 26 Februari 2015, diluncurkan.

“Sejak kecil saya sering sakit,” ujar Arsaningsih, yang biasa dipanggil Bunda. Terhitung, sudah 8x kali ia menjalani operasi, termasuk pengangkatan tumor di payudara. Ini terkait dengan masalah hormonal yang dialaminya sejak masa akil balik di bangku SMA. Untungnya itu ‘hanya’ tumor jinak, bukan kanker.

Dua kali ia mengalami serangan jantung dan dua kali stroke. “Keluarga saya ikut sedih dan menderita karena saya sakit,” ujar kelahiran Yogyakarta tahun 1968 ini. Serangan jantung dan stroke membuatnya merasa tidak berdaya, sekaligus ia bertekad ingin kembali sehat.

Selama ini, guru energi sekaligus Pendiri Yayasan Cinta Kasih ini menjalani pengobatan medis. Kebetulan, ia dikelilingi orang yang berprofesi di bidang medis. Suaminya seorang dokter kandungan, anak pertamanya juga dokter. Bunda akhirnya mencari bentuk penyembuhan di luar medis, “Kalau terus dengan medis, rasanya tubuh saya tidak nyaman karena banyak obat yang masuk.”

Tahun 2000, ia mulai mempelajari energi. Ternyata, tubuh tidak hanya terdiri atas tubuh fisik tapi juga tubuh energi. Konsep sehat adalah keseimbangan antara kesehatan fisik dan energi. “Tidak bisa hanya tubuh fisik yang diperbaiki; energi harus diarahkan agar sehat,” ujarnya. Ia ikut workshop energi dan penyembuhan; di dalam dan luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Filipina, India hingga Jerman. Dengan konsep energi yang mengalir, Bunda mampu menyembuhkan diri sendiri.

Senam yang sejak dulu dipelajari (ia instruktur senam berijazah negara), coba dipahaminya dengan energi. Ibu empat anak ini juga memahami yoga sebagai proses energi yang mengalir. Lalu, dikombinasikan teknik penyembuhan dengan senam / yoga.

 

Berserah

Bunda menyadari dulu ia stres, tegang, pikiran ruwet karena sering sakit, dan tanpa sadar ia mengafirmasikan bahwa dirinya sakit. Sakit menimbulkan stres, dan stres membuat penyakit bertambah berat, “Seperti lingkaran setan.” Memang, ada gen-gen buruk pembawa penyakit di tubuhnya, dan karena stres penyakit tersebut muncul. Secara medis, kondisi stres memunculkan hormon adrenalin dan kortisol yang mengganggu kesehatan.

Ia menolak kondisinya yang sakit-sakitan, tidak ingin memiliki hormon bermasalah, tidak ingin lagi menjalani operasi. “Itu berarti saya menolak tubuh sendiri. Tambah stres lagi, hingga menimbulkan sel-sel abnormal yang jauh lebih kuat,” katanya. Jalan satu-satunya untuk membuat sel-sel menjadi normal, yakni dengan bersikap rileks dan menerima proses kehidupan menjadi damai dan penuh cinta. “Akhirnya saya mencoba menerima kondisi, dan pasrah kepada Tuhan; saya ingin sembuh,” imbuhnya.

Perlahan tapi pasti, kesehatannya membaik. Sadar bahwa ia bisa sembuh dengan proses energi, ia mulai membantu orang lain untuk memperoleh kesembuhan. Selain menjadi penyembuh, ia mengajarkan teknik-teknik penyembuhan. Total, 15 tahun sudah ia menjadi penyembuh.

Awalnya, ia hanya membantu menyembuhkan. Namun, pasien menjadi bergantung padanya; sedikit-sedikit minta tolong. Saat keluhan muncul, mereka menelepon Bunda untuk disembuhkan. “Saya tidak mendidik dengan baik. Mereka tidak menjaga proses berpikir agar kesehatan mereka jadi lebih baik; tidak bertanggunjawab atas diri sendiri” tuturnya. Bila demikian, mereka hanya akan sehat dan memiliki energi yang bagus sebentar, setelah itu akan sakit lagi.

Ia telusuri lebih jauh, bagaimana proses sakit berawal. Ternyata, “Kuncinya ada di pikiran.” Teknik afirmasi yang dulu dipelajari, ternyata belum sempurna. “Bila kita memasukkan afirmasi positif tapi masih ada afirmasi negatif di dalam diri, maka hanya menutupi yang negatif dengan positif. Hasilnya tidak maksimal. Akar dari yang negatif harus dicabut dulu, baru bisa memasukkan yang positif,” paparnya.

 

SOUL

Mencabut akar negatif harus dilakukan dengan penuh kesadaran. Kesadaran harus berasal dari orang itu sendiri, bukan orang lain atau terapis. Tidak mudah. Secara teori psikologis, ini merupakan proses menyelesaikan trauma. Dari sisi energi, memori yang dipendam sangat dalam, akan terekam pada cakra-cakra tubuh. Rekaman ini yang sulit dilepaskan, dan hanya bisa diselesaikan oleh pribadi yang bersangkutan. Ia mengajarkan tekniknya melalui workshop, yang kemudian dinamai SOUL (spirit of universal life) Reflection. “Saya tuntun mereka untuk memiliki power energi yang berasal dari Tuhan. Berbeda dengan reiki atau prana, yang mengambil energi dari alam.”

Tidak mudah untuk bisa mengakses energi Ilahi, “Kita perlu menata hati agar bersih dari kegelapan, seperti iri dan kebencian.” Bunda membantu mengantarkan orang agar sadar untuk bertobat, meminta maaf, membersihkan batin, bersikap ikhlas dan legowo. Ini dilakukan tanpa memandang agama dan kepercayaan. “Saya ajak mereka menyiapkan masjid, pura atau gereja di dalam diri. Akhirnya mereka mampu mendalami keimanan menjadi lebih kuat untuk terhubung dengan Tuhan,” tuturnya.

Saat kita benar-benar ikhlas dan berserah, energi Tuhan akan mengalir kuat, menumbuhkan dan menguatkan cinta dalam diri. SOUL mengarahkan kita, bagaimana melakukan proses pemurnian batin lebih dalam, dan menghilangkan semua pikiran bawah sadar yang negatif. Ini membuat kualitas pikiran, perasaan dan emosi lebih baik. Kemudian dijaga dengan meditasi rutin, karena setiap hari kita mengalami proses berpikir yang mungkin menghasilkan energi negatif.

Koreksi batin akan menghapus pikiran negatif dan menguatkan yang positif. Akhirnya, kita dapat mengenal diri kita lebih baik seperti kata pepatah: ketika kita mengenal diri lebih baik, kita akan mengenal Tuhan. “Jadi, kita persiapkan jiwa untuk menjadi lebih bersih, lebih damai dan penuh cinta. Saya melihat banyak orang berubah, dari proses ini,” ujar Bunda.

Perjalanannya tidak mudah. Tahun 2010 ia kena serangan stroke kedua, sampai lumpuh dan pelo. Peristiwa ini justru menyadarkan bahwa proses pikiran berperan besar. Sejak mempelajari energi, ia menjalani pola makan vegetarian.

Ketika terserang stroke, ia bingung karena rasanya semua sudah dilakukan, termasuk menjaga pola makan. Tensinya pun masih dalam batas normal. “Ternyata saya terlalu banyak mengonsumsi biji-bijian, dan ternyata saya alergi terhadap biji-bijian. Itu yang menyebabkan stroke,” terangnya.

Ia bertekad untuk bisa kembali berjalan dan berbicara. Bila Tuhan menghendaki, pasti bisa. Afirmasi ini dikuatkana dan ia tahu ketika power energinya mulai menguat, ia sehat. “Setelah pasrah, saya merasakan energi Ilahi mengalir dalam diri saya. Saya katakan bahwa saya sehat, saya akan bekerja dan mengafirmasikan hal positif. Saya dapatkan quantum leap, loncatan penyembuhan,” tuturnya.

Dibantu fisioterapi, ia melatih tubuhnya sambil terus mengafirmasi bahwa ia akan bisa berjalan lagi. “Dari situ saya dapatkan, pikiran yang membuat tubuh saya bisa berjalan, meski dokter mengatakan sudah tidak ada harapan,” kenangnya. Melihat sosoknya sekarang, sama sekali tidak ada tanda bahwa ia pernah stroke.

Tanggal 5 Januari 2013, workshop pertama SOUL Reflection diselenggarakan di Bali. Tahun pertama, pesertanya 2000-an padahal tidak ada promosi. Mereka yang sudah ikut lalu mengajak orangtua, anak, teman dan kerabat untuk ikut serta. Selain dari Indonesia, orang manca Negara juga mempelajari SOUL.

 

Yophytta

Suaminya memperhatikan, proses kehamilan dan persalinan Bunda jauh lebih sehat sejak mempelajari energi. Ia mengatakan, mengapa Bunda tidak mengajar senam? Sejak tahun 2000, Bunda menekuni senam hamil dan belajar hipoterapi. Tahun 2009, terciptalah yophytta, gabungan dari yoga, pilates, tai chi dan afirmasi. “Tubuh membutuhkan energi lebih banyak saat hamil, untuk menyuplai energi yang dibutuhkan untuk proses pembentukan janin,” ucapnya. Tidak cukup hanya memperhatikan asupan gizi; kebutuhan energi harus terpenuhi.

Gerakan yophytta dipilih yang menimbulkan keseimbangan. Dalam proses energi, gerakan olah tubuh yang baik tidak akan membebani organ tubuh. Senam yophytta mempersiapkan ibu menjadi sehat, juga membuat proses energi mengalir. Gerakannya disesuaikan dengan ibu hamil untuk menguatkan sistem energi dalam tubuh, ditambah memasukkan afirmasi positif.

“Saya ajak mereka untuk memahami kondisi mental lebih dalam, memahami diri sendiri. Penolakan dalam kehamilan tidak baik; akan mengecilkan energi tubuh.”

Ia arahkan ibu untuk menerima kehamilan dan membuat mereka sadar bahwa kehamilan adalah sesuatu yang luar biasa, dan merupakan berkat dari Tuhan. Tidak hanya senam, tapi juga tuntunan untuk perenungan batin. Dengan sentuhan ini, ibu berusaha memberikan yang terbaik untuk si anak. “Saat ibu penuh dengan cinta, anak yang dilahirkan cenderung tidak rewel, cerdas, mudah beradaptasi dan berkepribadian terbuka, dibandingkan ibu yang stres. Proses pertumbuhan fisik, mental, emosional dan spiritualnya pun baik,” tutur Bunda. Penelitian yang dilakukan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, Surabaya, senam yophytta mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.

Kini, 18.000 lebih ibu hamil yang pernah ikut senam. Pada 15 Februari 2015, Bunda menerima penghargaan MURI dengan >1.000 ibu hamil melakukan senam yophytta bersama di Surabaya. Bunda juga mengajar yophytta untuk para bidan, agar mereka bisa mengajari pasien. Sulit percaya, Bunda yang dulu sakit-sakitan kini dapat menginspirasi dan membantu banyak orang mencapai kesembuhan. “Mungkin, ada rencana Tuhan di balik ini semua,” ujarnya.” (nid)