Perempuan Lebih Rentan Mengalami Depresi, Banyak Faktornya

Perempuan Lebih Rentan Mengalami Depresi, Banyak Faktor yang Berpengaruh

Jangan pernah meremehkan gejala depresi, terutama kaum Hawa. Menurut studi, perempuan lebih rentan mengalami depresi hingga 2x lipat dibandingkan laki-laki. Angka bunuh diri pada perempuan pun 4x lebih tinggi. Kecenderungan depresi pada perempuan turut berkaitan dengan faktor psikososial dan siklus reproduksi.

Faktor psikososial mencakup peran ganda perempuan: sebagai istri dan ibu rumah tangga,  serta kesibukan di kantor. “Peran perempuan telah bergeser, dari peran tradisional ke peran modern,” ujar dr. Suryo Dharmono, Sp.KJ(K) dari FKUI/RSCM, Jakarta. Karena harus menjalani peran ganda, perempuan perkotaan relatif lebih rentan lagi mengalami depresi.

 

Faktor hormonal membuat perempuan lebih rentan mengalami depresi

Dalam hubungannya dengan siklus reproduksi, kecenderungan depresi dipengaruhi ketidakseimbangan hormon yang terjadi pada perempuan saat haid, hamil dan menopause. PMS (pre menstrual syndrome) dialami oleh sekitar 75% perempuan. PMS merupakan salah satu gangguan kejiwaan ringan, yang mencakup gejala fisik (letih, lesu, sakit kepala, nyeri pada payudara dan sakit perut). Juga masalah psikologis (murung, cemas dan gangguan konsentrasi).

Ada lagi PMDD (pre menstrual dysphoric disorder), yang dialami oleh 2-3% perempuan. Keluhan fisik dan psikologis lebih banyak dan berat dari PMS; mengganggu fungsi psikososial dan relasi interpersonal, sehingga umumnya membutuhkan pertolongan profesional.

Tahapan reproduksi berikutnya yaitu kehamilan.Sekitar 25-35% perempuan bisa menderita depresi saat hamil. Umumnya terjadi pada trimester I. Pascamelahirkan, ada 3 gangguan kejiwaan yang mungkin dialami, yaitu: postpartum blues (baby blues), depresi, dan psikosis. Sedangkan menjelang menopause, dapat terjadi perimenopausal syndrome atau perimenopausal depression.

Perempuan modern dengan peran gandanya, dituntut untuk senantiasa bugar dan produktif. Kondisi ini akan membuat perempuan leih rentan mengalami depresi. “Masalah kesehatan jiwa terkait siklus reproduksi, harus ditangani dengan baik,” ujar dr. Suryo. Solusinya yaitu dengan mengelola PMS dan PMDD, mengatur kehamilan agar ibu berada dalam kondisi psikis dan fisik terbaik saat hamil dan melahirkan. Dan, persiapkan diri menghadapi menopause.

Mengatasi depresi dapat dilakukan dengan 2 cara: medis dan non medis. Secara medis antara lain dengan mengonsumsi vitamin B6 100-200 mg dan vitamin E 400 IU/hari. Dokter juga bisa melakukan terapi hormon (agonis GnRH dan pil KB) dan obat antidepresan. Pengobatan non medis mencakup mengurangi garam, kafein dan alkohol, khususnya ketika sedang haid. Kemudian konseling untuk mengurangi stres, relaksasi (latihan napas), ikut dalam kelompok self-help dan edukasi. (nid-jie)

Baca juga: Peran Suami Cegah Depresi Pascamelahirkan

____________________________________________

Ilustrasi: Background photo created by jcomp - www.freepik.com