Ekstrak Daun Katuk, si ASI “Booster” | OTC Digest
daun_katuk_ASI

Ekstrak Daun Katuk, si ASI “Booster”

Di Indonesia, daun katuk (Sauropus androgynus) sering dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi ASI (sebagai ASI booster). “Memang selain mengandung asam folat, antioksidan dan lain-lain, daun katuk mengandung flavonoid yang bisa meningkatkan hormon prolaktin dan oksitosin,” terang konselor laktasi dr. Ameetha Drupadi, CIMI.

Prolaktin adalah hormon yang berperan dalam produksi ASI, sedangkan oksitosin atau ‘hormon cinta’ yang akan merangsang keluarnya ASI. Kondisi ibu yang rileks akan merangsang keluarnya oksitosin, sebaliknya kondisi stres akan memicu hormon stres seperti kortisol, yang bisa menganggu produksi ASI.

Penelitian oleh Sa’roni, dkk (Litbang Depkes, 2004) meneliti efek daun katuk pada ibu menyusui, yang dilakukan di Sleman, Yogyakarta. Ibu-ibu tersebut dibagi menjadi dua kelompok; satu kelompok mendapat ekstrak daun katuk, dan kelompok lain mendapat obat kosong (plasebo). Follow-up dilakukan setelah 15 hari. “Ditemukan bahwa kelompok yang mengonsumsi ekstrak daun katuk mengalami peningkatan produksi ASI hingga 50,7%, ujar Norina Veronica, Product Manager Lactaboost, dalam peluncuran Lactaboost di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Jadi, memang beralasan bila ibu hamil disarankan banyak-banyak makan daun katuk. Tak bisa dipungkiri, ada kalanya muncul rasa bosan makan daun katuk, atau ibu tidak sanggup makan daun katuk begitu banyak. Suplemen yang mengandung ekstrak daun katuk bisa dimanfaatkan. Asiknya, suplemen daun katuk seperti Lactaboost tidak menimbulkan efek samping seperti timbulnya bau badan, atau bau amis pada ASI.

Namun tentu, tidak cukup hanya diberi booster daun katuk, “Stimulasi tetap harus dilakukan, dengan rutin menyusui bayi secara langsung.” Saat ibu bekerja di kantor, stimulasi dilakukan dengan memerah (pumping) ASI, baik secara manual maupun dengan alat pumping. “Saat ibu di rumah, susui bayi secara langsung,” tambah dr. Ameetha.

 

Bila ASI tidak langsung keluar

Jangan panik bila ASI tidak langsung keluar atau hanya keluar sedikit setelah melahirkan; tidak perlu terburu-buru memberi susu formula atau makanan lain. Ukuran lambung bayi baru lahir hanya sebesar kelereng, dengan volume sekitar 5-7 ml. maka, ASI sebanyak 5 ml saja sudah cukup membuatnya kenyang. Selain itu, “Tubuh bayi masih memiliki cadangan lemak yang didapat saat dalam kandungan. Jadi sebenarnya, bayi masih bisa bertahan tanpa ASI hingga lima hari.”

Namun demikian, tetaplah berusaha menyusui bayi di awal kelahiran, untuk mendapat kolostrum. Ini adalah susu pertama yang warnanya kekuningan dan kental, yang sangat krusial bagi kesehatan bayi. Kolostrum membantu meningkatkan sistem imun, membentuk lapisan pada saluran cerna bayi sehingga mikroba patogen sulit menempel, menurunkan bilirubin, dan lain-lain. “Kolostrum biasanya keluar hingga hari ketiga. Setelah itu mulai beralih ke susu yang putih. Semua ini dirangsang oleh isapan mulut bayi,” pungkas dr. Ameetha. (nid)

_________________________________

Ilustrasi: Nandhukumar / Pixabay.com