Depresi saat Haid bisa terjadi, Butuh Perawatan Medis

Depresi saat Haid bisa terjadi, Perawatan Medis mungkin Diperlukan

Pada perempuan, depresi saat haid bisa terjadi. Bukan rahasia lagi bahwa mayoritas perempuan mengalami PMS (pre menstrual syndrome), yang membuat mereka uring-uringan menjelang haid. Namun pada beberapa perempuan, keluhannya lebih berat. Inilah PMDD (pre menstrual dysphoric disorder), yang bisa muncul menjelang dan selama haid. PMS maupun PMDD termasuk gangguan psikologis, tapi gejala PMDD jauh lebih hebat.

“Disebut PMDD bila ada 5 gejala termasuk satu gejala psikis, dan dialami hampir pada setiap siklus haid selama 12 bulan terakhir,” ujar dr. Sylvia D. Elvira, Sp.KJ, dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sekitar 4% perempuan di Asia Pasifik menderita PMDD. Di Indonesia, angkanya sekitar 3-8%. Gejala PMDD antara lain: mood swing; perasaan tidak berdaya atau depresi; tegang, cemas, dan mudah marah; sulit berkonsentrasi; perubahan nafsu makan; kram perut dan kembung; masalah tidur; sakit kepala; nyeri pada sendi dan otot.

Perempuan yang mengalami PMDD atau depresi saat haid bisa merasa tidak punya harapan, tegang dan cemas, perasaan tidak nyata (disorientasi realitas), mood swing, mudah marah tanpa sebab. “Penderita PMDD murung, putus asa, pesimis, merasa rendah diri. Tidak mau bertemu orang, ada yang berpikir untuk bunuh diri,” ujar dr. Suryo Dharmono, Sp.KJ(K), dari RS St. Carolous, Jakarta.

Keluhan PMDD menimbulkan gangguan dalam hubungan interpersonal dan psikososial. Penderita PMDD perlu terapi untuk  mengatasi keluhannya. Beberapa langkah ini bisa dilakukan, untuk membantu mengatasi depresi saat haid.

Persiapkan mental. Mempersiapkan mental menghadapi “hari H (haid)” dapat membantu mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. "Misalnya, saat haid usahakan tidak melakukan kegiatan atau mengambil keputusan yang bisa menyebabkan konflik," ujar dr. Suryo.

Berolahraga. Lakukan olahraga teratur, terutama yang bersifat relaksasi. Misalnya yoga. Atau olahraga lain yang disukai, asal jangan terlalu berat sampai memaksakan diri. Olahraga merangsang keluarnya dopamin, norepinefrin dan serotonin. Ketiganya merupakan neurotransmitter yang penting dalam mengatur mood.

Memilih makanan. Konsumsi makanan yang benar akan membantu mengatasi gejolak hormonal yang terjadi. “Diet yang dianjurkan adalah tidak mengonsumsi makanan manis seperti cokelat, makanan asin, karbohidrat tinggi dan alkohol,” kata dr. Suryo.

Mengonsumsi suplemen. Suplemen tertentu bisa membantu mengurangi gejala depresi yang ditimbulkan PMDD. Misalnya vitamin B6 100-200 mg, vitamin E 400 IU/hari, dan mineral (kalsium dan magnesium). Vitamin B6 berperan untuk sintesis neurotransmitter khususnya serotonin dan dopamin, yang berperan dalam proses tidur, mengurangi nyeri dan nafsu makan, menenangkan dan memperbaiki mood.

Berkonsultasi ke ahli. Melakukan konsultasi atau komunikasi terbuka bisa membantu mengenali dan mengelola perubahan perilaku dan emosi saat haid. Jangan ragu mencari pertolongan ahli bila keluhan PMDD cukup berat apalagi sampai muncul keinginan bunuh diri. Konsultasi bisa dilakukan dengan psikolog atau psikiater, atau ke dokter kandungan. Ini penting untuk menilai kondisi Anda, serta pengobatan yang dibutuhkan. Dokter mungkin akan meresepkan pil kontrasepsi kombinasi untuk membantu menyeimbangkan hormon. Bila dibutuhkan, dokter juga akan meresepkan antidepresan. Ini hanya boleh dikonsumsi sesuai resep, dan dengan pwngawasan dokter. (jie-nid)