menurunkan kolesterol pada wanita menopause

Bagaimana Mengontrol Kolesterol yang Cenderung Meningkat saat Menopause

Untuk beberapa perempuan yang memiliki kolesterol normal selama hidup mereka, kondisi ini berubah ketika memasuki periode menopause. Menopause menyebabkan kenaikan kolesterol, terutama kolesterol jahat. Ini bisa berbahaya bagi kesehatan pembuluh darah bila tidak dikontrol.

Penurunan jumlah hormon estrogen berhubungan dengan peningkatan kadar total kolesterol di dalam darah akibat bertambahnya jumlah LDL (low-density lipoprotein) atau yang dikenal sebagai kolesterol jahat, dan komponen kolesterol lain yakni trigliserida.

Dr. Samia Mora, profesor di Harvard Medical School, mengatakan seiring waktu kondisi tersebut meningkatkan risiko penyakit jantung. Ini merupakan penyebab kematian utama akibat penyakit pembuluh darah pada perempuan menopause.  

“Sehingga sangat penting untuk mengetahui kadar kolesterol sejak periode perimenopause (sebelum menopause) dan tahun-tahun awal setelah menopause, karena LDL dan total kolesterol cenderung naik,” katanya.

Bagaimana kolesterol mempengaruhi tubuh, terutama di jantung dan otak ?

Kolesterol merupakan senyawa lemak yang diproduksi tubuh atau dicerna dari makanan. Sebagian besar, kolesterol dibawa bersama aliran darah ke dalam ‘paket’ yang disebut lipoprotein. Terdapat banyak jenis partikel lipoprotein : kecil / besar, dengan kepadatan dan fungsi berbeda.

“Secara umum, semakin tinggi kolesterol – terutama LDL dan trigliserida – semakin tinggi risiko seseorang mengalami serangan jantung atau stroke. Individu dengan kolesterol yang sangat tinggi bisa mengalami serangan jantung pada usia yang masih muda, terutama bila mereka punya riwayat keluarga menderita kolesterol tinggi,” papar dr. Mora yang juga spesialis ilmu kardiovaskular di Brigham and Women’s Hospital, AS.

Tetapi walau kolesterol Anda rendah bukan berarti Anda aman. Banyak perempuan maupun laki-laki yang mengalami serangan jantung atau stroke memiliki kolesterol normal, atau bahkan rendah.

Biasanya mereka ini memiliki faktor risiko lain, seperti merokok, diabetes, hipertensi, pola makan tidak sehat, kurang gerak, dll. Usia juga menjadi risiko yang perlu dipertimbangkan, semakin tua seseorang, semakin ia berisiko mengalami serangan jantung atau stroke.

Perlu juga diketahui bila tidak semua LDL itu sama. Subtipe LDL tertentu lebih rentan menyebabkan penyakit jantung. Sayangnya pengukuran kolesterol standar tidak bisa mendeteksinya, dibutuhkan tes khusus disebut tes darah apolipoprotein B.

Apa itu pembacaan kolesterol yang baik ?

Sebagian besar orang tanpa penyakit kardiovaskular atau jantung, target mereka adalah memiliki total kolesterol < 200 mg/dL, LDL kolesterol <100 mg/dL, trigliserida <150 mg/dL dan kolesterol baik (HDL / high-density lipoprotein) >60 mg/dL.

“Tetapi mereka dengan risiko penyakit jantung atau stroke, memiliki kolesterol (LDL dan trigliserida) rendah akan lebih baik,” tambah dr. Mora. Mereka yang berisiko tinggi harus mengusahakan kadar LDL <50 mg/dL.

Perempuan dengan kadar HDL kolesterol tinggi memiliki perlindungan lebih pada penyakit jantung dan stroke. “Perempuan, terutama premenopause, cenderung memiliki kadar HDL yang lebih tinggi dibanding laki-laki,” imbuh dr. Mora. “Kami dulu berpikir bila memiliki HDL tinggi selalu membuatnya lebih terlindungi. Tetapi sekarang kami tahu bahwa itu mungkin berlaku pada beberapa orang, sedangkan pada orang lain tidak sama sakali.”

Jika seorang perempuan memiliki faktor risiko lain untuk mengalami serangan jantung/stroke, HDL yang tinggi tidak mengurangi risiko tersebut.

Harus kawatirkah bila kadar kolesterol selalu tinggi?

Dr. Mora menjelaskan, mereka dengan kadar LDL >160 mg/dL mungkin disebabkan karena faktor genetik, dan kerap kali membutuhkan obat penurun kolesterol, seperti statin.

Baca : Jangan Takut Minum Statin, Manfaatnya Melebihi Efek Samping Yang Mungkin Ada

“Karena itu, setiap orang harus proaktif untuk memperbaiki faktor risiko penyebab serangan jantung dan stroke, karena faktor-faktor ini sangat umum di populasi orang dewasa, baik untuk laki-laki ataupun perempuan,” tambah dr. Mora.

Bisakah diturunkan dengan mengubah gaya hidup, atau langsung menggunakan obat?

Target penurunan kolesterol berbeda tiap individu, tergantung dari seberapa tinggi kadar kolesterolnya. Tetapi yang perlu diingat, "Semua orang mendapat manfaat dari perubahan gaya hidup, terutama bila dilakukan dengan konsisten," kata dr. Mora.

Faktor perubahan gaya hidup juga bersifat kumulatif, seperti halnya kolesterol, jadi perbaikan kecil pun penting. Turunkan berat badan beberapa kilogram. Jalan kaki 15 menit beberapa kali sehari, atau perbanyak konsumsi buah dan sayuran akan memberikan manfaat besar jika dilakukan secara teratur.

"Faktanya, kita dapat mencegah serangan jantung, stroke, dan diabetes pada sekitar 80 - 90% kasus dengan mempraktikkan gaya hidup yang optimal. Tetapi mempraktikkan gaya hidup yang optimal tidak mudah, terutama dalam cara hidup modern kita."

Menggunakan obat penurun kolesterol dengan benar menurunkan risiko mengalami serangan jantung, stroke, atau meninggal akibat serangan jantung/stroke, sekitar 20-30%. Jika dibarengi dengan perubahaban gaya hidup, maka manfaat yang akan didapatkan akan lebih besar. (jie)