antibiotik amkrolida pada trimester pertama dan bayi cacat lahir

Antibiotik Makrolida Pada Trimester Pertama Dihubungkan Dengan Bayi Cacat Lahir

Konsumsi antibiotik makrolida pada trimester pertama kehamilan berisiko lebih besar menyebabkan bayi dengan cacat lahir, demikian riset terbaru menyatakan.

Menggunakan data lebih dari 100.000 anak, peneliti menemukan bahwa ibu hamil yang mendapatkan antibiotik makrolida berisiko lebih besar memiliki bayi dengan cacat lahir besar; tetapi mereka juga menekankan membiarkan infeksi yang tidak diobati masih menjadi risiko yang lebih besar untuk janin.

Tim peneliti dari Great Ormond Street Institute of Child Health, University College, London, memeriksa data 104.605 anak yang lahir antara tahun 1990 – 2016, yang ibunya diberi penisilin atau antibiotik makrolida sebelum minggu ke empat kehamilan sampai ia melahirkan.

Mereka juga menggunakan dua kelompok kontrol, termasuk 53.735 anak yang adalah saudara dari anak-anak di kelompok studi, dan 82.314 lainnya yang ibunya mendapatkan obat sebelum pembuahan. Rata-rata peneliti mengikuti anak-anak tersebut selama 5,8 tahun setelah ia dilahirkan. Riset oleh Heng Fan, Ruth Gilbert, dkk., ini diterbitkan dalam British Medical Journal Februari 2020.

Makrolida adalah salah satu antibiotik yang paling sering diresepkan untuk wanita hamil di negara-negara Barat. Saran tentang apakah mereka harus digunakan pada wanita hamil bervariasi. Dokter sering memberikannya kepada pasien yang alergi terhadap penisilin, dan telah lama dianggap aman untuk wanita hamil.

Perbandingan kecacatan

Cacat lahir utama tercatat pada 21,55 per 1.000 anak yang ibunya diresepkan makrolida, dan 17,36 per 1.000 anak yang ibunya mendapatkan penisilin selama kehamilan.

Dari mereka yang menggunakan makrolida pada trimester pertama, 27,7 per 1.000 kelahiran memiliki cacat lahir, dibandingkan dengan 19,5 per 1.000 yang menggunakan antibiotik tersebut  di trimester kedua hingga ketiga. Tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat malformasi antartrimester pada wanita yang diresepkan penisilin.

Menggunakan makrolida (kapan saja) selama kehamilan dikaitkan dengan peningkatan risiko anak-anak dilahirkan dengan cacat alat kelamin. Mengonsumsi makrolida pada trimester pertama secara khusus dikaitkan dengan risiko lebih tinggi dari segala jenis kecacatan.

Tidak ada hubungan signifikan yang ditemukan antara obat tersebut dan gangguan perkembangan saraf seperti cerebral palsy, epilepsi, gangguan hiperaktifitas (ADHD) dan autisme.

Para penulis menyimpulkan: "Temuan ini menunjukkan bahwa makrolida harus digunakan dengan hati-hati selama kehamilan, dan antibiotik alternatif yang layak harus tersedia sampai penelitian lebih lanjut dilakukan."

Penelitian ini didasarkan oleh studi sebelumnya yang menghubungkan antara mikrolida dan risiko keguguran, tetapi tidak memberikan bukti yang konsisten tentang hubungan antara cacat lahir seperti cerebral palsy dan epilepsi.

Namun, metode yang digunakan para peneliti tidak dapat membuktikan obat ini adalah penyebab cacat lahir; melainkan hanya ada hubungan antara keduanya.

Heng Fan, penulis penelitian utama mengatakan bahwa jika hubungan sebab akibat bisa ditunjukkan, maka, “Temuan ini menunjukkan bahwa empat anak akan dilahirkan dengan kelainan kardiovaskular untuk setiap 1000 anak yang terpapar makrolida pada trimester pertama kehamilan.”

Rekan penulis, Ruth Gilbert menambahkan : “Temuan kami menunjukkan bahwa akan lebih baik untuk menghindari makrolida selama kehamilan jika antibiotik alternatif dapat digunakan.”

Peneliti juga menegaskan bahwa ibu hamil tidak boleh berhenti minum antibiotik saat dibutuhkan, karena infeksi yang tidak diobati berisiko lebih besar pada janin. (jie)