4 Cara Probiotik Turunkan Risiko Kanker Payudara | OTC Digest

4 Cara Probiotik Turunkan Risiko Kanker Payudara

Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI mencatat, kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks) merupakan kanker dengan angka kejadian  tertingi di seluruh rumah sakit.

Data tersebut berbanding lurus dengan jumlah penderita kanker di Jepang. National Cancer Center Jepang merilis, kanker payudara adalah yang paling banyak diderita wanita usia 40-49 tahun.

Beberapa studi menyatakan manfaat probiotik dalam menghambat perkembangan tumor, khususnya di payudara. riset oleh Chiaki Kaga,  Akimitsu Takagi, dkk.,  tahun 2013, menambahkan laktobasilus (bakteri baik/probiotik) pada susu kedelai pada tikus percobaan.

Kelompok pertama (kelompok kontrol) mendapat makanan tinggi lemak. Kelompok kedua mengonsumsi makanan mengandung susu kedelai, probiotik L.casei Shirota (LcS) strain atau kombinasi susu kedelai dan LcS selama 2 minggu. Perkembangan tumor dimonitor sampai 17 minggu.

Dibandingkan kelompok kontrol, insiden penggandaan sel tumor menurun dengan pemberian susu kedelai, sementara LcS berperan dengan mengecilkan volume tumor.  Dalam analisis selanjutnya, kombinasi susu kedelai dan LcS lebih efektif mengurangi jumlah sel tumor dan proses pembentukan tumor baru. 

Studipun dikembangkan pada manusia. Wanita yang mengonsumsi probiotik kurang dari 4 kali/ minggu risiko kanker payudara masih tinggi. Sementara mereka yang mengonsumsi lebih dari 4 kali/minggu, risiko kanker payudara turun hingga 25%.

Bagaimana cara probiotik melawan sel kanker?

Probiotik diketahui setidaknya memiliki empat mekanisme melawan sel kanker, yakni:

1. Meningkatkan/mengoptimalkan aktivitas sel NK (natural killer, sel yang berperan penting dalam sistem imun tubuh). Sel ini menyerang sel kanker. 

2. Mengendalikan Interleukin 6 (IL-6): protein sel yang berperan dalam perkembangan tumor. Probiotik akan menghambat produksi IL-6 hingga hampir 40%.

3. Mengurangi bakteri patogen dan meningkatkan jumlah bakteri baik (lactobacillus dan bifidobacteria) di saluran cerna kita. Setidaknya ada 100 trilyun bakteri di usus, terdiri dari bakteri baik, bakteri buruk (patogen) dan patogen oportunis.

Dianggap oportunis karena patogen ini jarang menyebabkan penyakit pada mereka yang sistem imunnya baik, namun dapat menyebabkaninfeksi serius pada yang sistem imun tubuhnya rendah.

4. Mekanisme terakhir, probiotik terbukti mengurangi racun yang masuk ke dalam tubuh, baik yang diproduksi bakteri maupun yang masuk lewat makanan.

Misalnya, pada makanan yang dibakar. Bagian yang gosong diketahui bersifat karsinogenik, atau memicu kanker. Nah, bakteri baik pun membantu membuang racun lewat buang air besar (BAB).

Studi K. Matsumodo, dkk (2006) melihat pola BAB pada40 orang sehat. Mereka dibagi dua kelompok: yang mendapat 1 botol probiotik berupa L. casei Shirota strain selama dua minggu, dan yang mendapat plasebo (obat kosong). Setelah itu kelompok probiotik mendapat plasebo, dan sebaliknya.

Hasilnya, frekuensi BAB per hari dan per minggu meningkat selama periode probiotik, dibanding sebelum percobaan dan periode plasebo. Tinja lebih lunak, baunya lebih baik, dan perasaan ‘plong’ membaik selama periode konsumsi probiotik. Jumlah Bifidobacteria ikut meningkat. (jie)