sarapan memperbaiki prestasi belajar anak, otak perlu asupan gizi

Sarapan Memperbaiki Prestasi Belajar, Menjaga Berat Badan dan Menstabilkan Gula Darah

Sarapan pagi, menurut ahli nutrisi di RS Anak Boston, Amerika Serikat (AS), tidak boleh dilewatkan. Selama tidur, tubuh kita tetap bekerja, termasuk mencerna makanan. Bangun tidur, energi dan kadar gula darah menjadi rendah. Padahal, kita butuh energi untuk beraktivitas dan berpikir. Sarapan ibarat berbuka, setelah kita puasa sepanjang malam. Itu sebabnya, sarapan disebut breakfast dalam bahasa Inggris (break the fast: berbuka puasa). Sarapan akan menaikkan kembali gula darah. Bila sarapan dilewatkan, tubuh akan membongkar cadangan energi termasuk yang tersimpan di otot.

Menurut dr. Soedjatmiko, Sp.A(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, agar anak bersemangat, fokus, mampu mengingat, menghafal dan menjawab dengan baik, tubuh dan otak perlu asupan gizi di pagi hari, karena, “Asupan dari makan malam sudah hampir habis terpakai.”

Akibat anak tidak sarapan? “Lesu, lemas, sulit menerima pelajaran. Saat olahraga tidak kuat,” ujar dr. Soedjatmiko.

Pentingnya sarapan membuat banyak sekolah di AS menyediakan makan pagi di sekolah. Dilakukan penelitian mengenai sarapan dan pengaruhnya terhadap anak. Peneliti Universitas Harvard, AS, menyebutkan keterkaitan antara lapar dengan masalah perilaku dan sulit belajar. Penelitian di Pittsburgh menghubungkan rasa lapar dengan tingginya masalah perilaku, terutama berkelahi, mencuri, bermasalah dengan guru, tidak mengindahkan aturan, dan ikatan dengan orangtua.

Studi di sekolah negeri di Philadelphia dan Baltimore menunjukkan, masalah seperti absen dan terlambat serta masalah perilaku seperti hiperaktivitas, lebih umum terlihat pada anak yang kelaparan. Empat bulan setelah program sarapan gratis dimulai, jumlah siswa yang sarapan meningkat hampir dua kali lipat. Dilaporkan, mereka jauh lebih perhatian di kelas, nilai matematika membaik, sebaliknya  masalah perilaku dan emosional menurun.

Penelitian ini mengikuti 113 siswa, sebelum dan setelah dimulainya program sarapan di sekolah. Sebelum program, hanya 1/3 anak yang sarapan di sekolah. Program dimulai, hampir 2/3 anak sering atau kadang-kadang sarapan di sekolah. Mereka yang meningkatkan partisipasinya pada sarapan di sekolah, mengalami perbaikan signifikan dalam matematika. Sebaliknya keterlambatan, ketidakhadiran, depresi dan kecemasan menurun dibanding yang partisipasinya dalam sarapan di sekolah tidak meningkat.

Studi lain di Baltimore, angka sarapan di tiga sekolah meningkat empat kali lipat ketika sarapan gratis diletakkan di meja siswa setiap hari. Terjadi penurunan angka ketidakhadiran, keterlambatan, dan masalah kedisiplinan, dibanding tiga sekolah lain sebagai kontrol, yang angka partisipasi pada sarapan tetap rendah.

Studi oleh Peterson, dkk (2004) menunjukkan, sarapan di sekolah memperbaiki nilai membaca, menulis dan matematika. Studi lain menyebutkan, tingkat disiplin membaik; skors (hukuman tidak boleh masuk sekolah) menurun pada 40 sekolah di Maryland, setelah diberlakukan sarapan gratis di sekolah. Studi oleh Murphy, dkk (1999) menyebutkan, anak yang sarapan lebih jarang mengeluh lelah, sakit dan nyeri, serta lebih mungkin mengalami perbaikan dalam memperhatikan. (nid)


Ilustrasi: Kitchen photo created by freepik - www.freepik.com