retak usus sebabkan intoleransi laktosa sementara pada bayi

Retak Usus Sebabkan Intoleransi Laktosa Sementara Pada Bayi

Saluran pencernaan belum matang menyebabkan usus sensitif pada makanan yang masuk. Pada bayi terdapat kondisi di mana usus retak, ini menyebabkan ia mengalami intoleransi laktosa sementara. Tenang, ini normal terjadi.

Saat dilahirkan enzim laktase yang ada di ujung vili – ‘benang-benang’  yang berfungsi menyerap makanan dalam usus halus  - belum lengkap. Enzim laktase bertugas memecah laktosa (gula) susu menjadi galaktosa dan glukosa, kemudian diserap tubuh sebagai energi.  Akibatnya usus bayi belum bisa menyerap laktosa (intoleransi laktosa).

Selain itu secara anatomis, menurut Prof. dr. Badriul Hegar, Ph.D, Sp.A(K), dari Satgas Imunisasi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pada usus bayi usia < 6 bulan, ada “retak usus”. Maksudnya, sel-sel epitel yang melapisi dinding usus bagian dalam berlum terikat sempurna, terjadi celah pada dinding usus. 

Ini disebut intoleransi laktosa sementara, biasanya terjadi sampai si kecil berusia satu bulan. Ditunjukkan dengan gejala gumoh, tinja encer, kerap kentut dan pantat kemerahan, walau bayi mengonsumsi ASI.

“Akibatnya semua molekul yang besar, termasuk protein utuh atau patogen gampang masuk lewat celah tersebut dan menyebar bersama aliran darah,” papar Prof. Hegar.

Termasuk ASI juga bisa masuk lewat celah usus tersebut. Namun beruntung, ASI mengandung growth factors. Ini berfungsi meningkatkan koloni bakteri-bakteri ‘baik’ (golongan Bifidobacteria dan Lactobacillus). Kedua golongan bakteri ini mencegah invasi kuman patogen selama saluran cerna bayi belum matang.

Riset dari NJ Mantis, B Corth, dkk, membuktikan bahwa ASI merangsang sekresi immunoglobulin A (SIgA : antibodi) saluran cerna. Ia berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terdepan yang melindungi sel epitel usus dari racun-racun kuman patogen. Sekaligus membuang patogen tersebut dari saluran cerna.

Mekanismenya dengan menghalangi penyerapan, kemudian membungkus patogen dalam mukus (semacam lendir) dan mengeluarkannya melalui gerak peristaltik usus. SIgA membantu Bifidobacteria dan Lactobacillus menempel di saluran cerna. Ini membantu mengontrol bakteri ‘baik’ dalam saluran cerna bayi.

Sistem imun dibentuk di usus

Luas permukaan saluran cerna mencapai hampir 400 m² dan selalu terpajan dengan mikroba dan makanan. Secara alami 40% permukaan cerna terdiri dari jaringan limfoid (GALT / gut associated lymphoid tissue). Ini adalah bagian dari saluran cerna yang memproduksi immunoglobulin A (IgA). 70-80% imum diproduksi oleh GALT.

Di dalam kandungan usus bayi relatif steril. Saat lahir normal ia terkontaminasi bakteri ‘baik’ dari vagina ibunya. Bifidobacteria dan Lactobacillus akan menstimulasi kematangan GALT.

Saat bayi mendapatkan ASI ekslusif, saluran cerna bayi lebih didominasi oleh Bifidobacteria. Tapi jika bayi mendapatkan susu formula biasa, komposisi bakteri usus berubah, didominasi bakteri biasa, bahkan bakteri ‘jahat’. ASI ekslusif juga meningkatkan IgA 3 x lebih tinggi daripada susu formula.

ASI sedini mungkin

Normalnya dengan memberikan ASI, kematangan saluran cerna bayi terjadi dalam periode 6 bulan pertama kehidupannya.

“Berikan ASI sesegera mungkin. Karena ini akan semakin cepat merangsang kematangan, produksi enzim dan hormon saluran cerna,” tambah mantan ketua  IDAI ini. “Usus lebih cepat bisa mencerna dan menyerap makanan. Kejadian intoleransi laktosa lebih kecil dan kemampuan makanpun lebih baik.”  

Masalahnya adalah jika ASI tidak langsung keluar. Prof. Hegar menganjurkan untuk tidak terburu-buru mengganti ASI dengan susu formula.

“Boleh dipuasakan, tapi harus dilihat jangan sampai bayi dehidrasi. Ini perlu konsultasi dengan dokter. Ada bayi yang kuat puasa sampai 3 hari, tapi pada bayi yang kecil mungkin 1 hari sudah harus diisi,” katanya. (jie)

Baca juga : Ini Sebabnya Kenapa ASI Disebut Makanan Terbaik Untuk Bayi