Perbaikan Nutrisi untuk Anak Gagal Tumbuh | OTC Digest
gagal_tumbuh_nutrisi_mpasi

Perbaikan Nutrisi untuk Anak Gagal Tumbuh

Berbagai penelitian menemukan, usia 3 bulan adalah masa yang rentan bayi mengalami weight faltering. Penelitian yang dilakukan olehDr. dr. Damayanti R. Sjarif, Sp.A(K) pun demikian. Dalam penelitiannya, Dr. dr. Damayanti merekrut 100 orang ibu hamil trimester III. Sejak awal, ibu dimotivasi untuk memberi ASI eksklusif. Setelah bayi lahir, ibu dan bayi dimonitor setiap bulan. “Ternyata pada usia 3 bulan, 33% bayi kenaikan berat badannya tidak adekuat, dan makin lama makin tinggi,” ujarnya. Pada usia 6 bulan, angkanya naik hingga 68%. “Artinya, asupan nutrisi dari ASI tidak cukup,” imbuhnya.

Kita semua setuju, ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, dan tidak ada yang bisa menggantikannya. Ada banyak hal yang bisa membuat ASI tidak lagi cukup saat bayi berusia 3 bulan. Misalnya bayi alergi makanan tertentu, dan mendapat bahan makanan tersebut dari ASI. Setelah ibu menghindari makanan tersebut, masalahnya selesai. Berat badan (BB)-nya bisa kembali normal hanya dengan ASI eksklusif.

Namun pada kasus lain, mungkin memang diperlukan tambahan selain ASI. Umumnya, ibu mulai kembali bekerja saat bayi berusia 3 bulan. Tak bisa dipungkiri, tidak semua ibu tetap bisa menyusui, memompa ASI, serta menyimpan dan mengelola ASI perah setelah kembali bekerja. Belum lagi bila ibu stres, yang akan mengurangi produksi ASI.

Baca juga: Pentingnya Protein dalam MPASI untuk Mencegah “Stunting”

Atau, bayi memiliki penyakit kronis misalnya penyakit jantung bawaan. Bayi dengan kondisi ini tidak kuat menyusu lama, karena napasnya pendek-pendek. Alhasil, BB-nya pun sulit naik. Karenanya, penyebab weight faltering dan stunting harus diketahui dengan pasti, dan ini hanya bisa dilakukan oleh dokter anak. Bila ternyata penyebabnya adalah penyakit/infeksi kronis, maka harus diobati.

Bila memang asupan nutrisi dari ASI kurang, mau tak mau bayi harus mendapat tambahan. Jangan bersikeras memberi ASI eksklusif bila memang tidak mencukupi; ini hanya akan membahayakan masa depannya. Dokter tidak serta merta memberikan tambahan. Awalnya, dokter akan memperbaiki dulu posisi ibu saat menyusui, dan perlekatan mulut bayi ke puting ibu. “Kita lihat sampai dua minggu. Kalau BB naik, lanjutkan ASI eksklusif,” terang Dr. dr. Damayanti.

Namun bila BB tidak berhasil naik, ASI tetap dilanjutkan tapi dengan tambahan. Bila usia bayi <4 bulan, pilihannya yakni ASI donor yang aman atau susu formula yang sesuai dengan standar Codex. Untuk bayi >4 bulan, mulai diberikan MPASI (makanan pendamping ASI). Tentu juga dilihat kondisi bayi, apakah ia sudah menunjukkan tanda-tanda siap makan. Yakni kepala sudah tegak, lidah tidak lagi menjulur, dan sudah bisa bergerak ke kanan-kiri, depan-belakang.

Baca juga: Risiko Anak “Stunting” Akibat Puree

Pilihan MPASI, prinsipnya harus melengkapi zat gizi yang tidak cukup lagi dari ASI, dengan komposisi menyerupai ASI dan bahan makanannya sekualitas ASI. Komposisi ASI yakni 55% lemak, 30% karbohidrat, dan >5% protein. Ketiga makrinutrisi inilah building block pertumbuhan bayi. Hingga usia 2 tahun, seperti inilah komposisi piring makan bayi. “Ini tidak bisa dicukupi dari satu jenis makanan saja seperti tepung beras, kacang hijau, atau puree buah dan sayur,” tegas Dr. dr. Damayanti. Bayi harus mendapat protein hewani karena kandungan asam amino esensialnya lengkap.

Bila ditemukan bahwa status gizi bayi kurang atau bahkan buruk, diperlukan tindakan yang lebih agresif. Misalnya MPASI yang tinggi lemak, atau susu khusus yang merupakan pangan keperluan medis khusus. “Susu” ini lebih tinggi kalori, untuk cepat mengejar kekurangan nutrisi. “Ini hanya boleh atas resep dokter anak, dan pemberiannya harus diawasi betul,” jelas Dr. dr. Damayanti. BB anak terus dipantau. Bila sudah berhasil naik, dikembalikan ke susu formula. Pemberian susu khusus tinggi kalori yang berlebihan atau tidak pada tempatnya akan membuat anak menjadi obes.

Stunting tidak bisa didiagnosis dan ditangani sendiri oleh keluarga. Hanya dokter anak yang memiliki komeptensi untuk melakukannya. Intervensi nutrisi harus dilakukan sebelum anak berusia 2 tahun, karena sampai usia inilah perkembangan otak bisa dibilang selesai. Karenanya, “Begitu berat badan anak turun atau tidak bertambah, segera bawa ke dokter. Jangan tunggu sampai stunting.” (nid)

__________________________________

Ilustrasi: yalehealth / Pixabay.com