Pentingnya Fase Menyusu, Jangan Salah Memilih Dot
fase_menyusu_dot_ortodontis

Pentingnya Fase Menyusu, Jangan Salah Memilih Dot

Pertumbuhan gigi dan mulut sangat ditentukan sejak bayi lahir, tepatnya ketika ia mulai belajar menyusu atau mengisap ASI dari payudara ibu. “Cara mengisap ini sangat memengaruhi proses tumbuh kembang gigi dan mulut,” terang Dr. drg. Eriska Riyanti, Sp. KGA (K) dari FKG Unpad, Bandung. Fase menyusu harus benar-benar dikawal.

Tulang rahang, otot-otot wajah, sekitar mulut, serta jaringan dalam rongga mulut, semua ikut terlibat dalam proses mengisap. “Dengan mengisap yang baik, kebutuhan nutrisi bayi akan terpenuhi. Ini khususnya amat penting dalam 1000 hari pertama kehidupan atau HPK,” jelas Dr. drg. Eriska.

Rumitnya proses menyusu

Proses mengisap dan menelan ASI ternyata lebih rumit daripada yang kita duga. Proses menyusu dimulai dengan bayi memasukkan puting susu ibu ke rongga mulutnya. “Selanjutnya, lidah bayi akan mendorong puting ke arah atas. Otot-otot di sekitar rongga mulut akan melakukan pergerakan secara ritmik, untuk mengisap dan menatik keluar ASI dari puting,” tutur Dr. drg. Eriska, dalam diskusi daring bersama Baby Huki, Jumat (28/5/2021).

Ketika lidah bayi mendorong puting ke atas, terciptalah kondisi kedap, yang akan menarik ASI keluar. Setelah itu, lidah bayi mendorong ASI ke belakang, ke arah tenggorokan, dan terjadilah proses menelan.

Bayi juga belajar mengatur napas melalui proses menyusu. “Saat proses mengisap, ada tarikan napas bayi, setelah itu dia harus mengmbuskan napas, lalu mengatur proses menelan,” ujar Dr. drg. Eriska. Hal ini membutuhkan kemampuan organ-organ mulut yang optimal.

Rangkaian ini berlangsung terus menerus selama bayi mengisap ASI. Alhasil, pengaktifan otot-otot sekitar rongga mulut pun berjalan dengan baik.

Jangan sepelekan fase menyusu

Bayi yang mengalami kesulitan pada fase menyusu, yakni tidak memiliki kemampuan mengisap dan menelan yang baik, akan menemui kesulitan-kesulitan lain di kemudian hari. Salah satu yang paling dikhawatirkan, tersedak. “Bayi yang tidak punya kemampuan mengisap dan menelan yang baik, lebih berisiko mengalami tersedak. Kemampuan bayi mengisap akan memengaruhi rangkaian proses yang terjadi selama menyusu,” papar Dr. drg. Eriska. Fase menyusu yang baik akan menghindarkan bayi dari gangguan pernapasan.

Selain itu, aktivitas menyusu juga akan mendukung rahang, serta otot-otot wajah dan sekitar mulut untuk bertumbuh secara optimal. Gusi, lidah, otot tenggorokan, serta jaringan lunak dan keras dalam rongga mulut pun dirangsang untuk bekerja, sehingga bisa berfungsi dengan baik. Semua ini akan berpengaruh pada kemampuan bicara anak kelak.

Pentingnya memilih dot yang tepat

Tak heran bila ASI esklusif selama 6 bulan adalah yang terbaik bagi bayi. Selain nutrisinya lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi, proses menyusu juga mendukung tumbuh kembangnya. Namun harus diakui, kondisi ideal ini tidak selalu bisa dicapai. Ada keadaan di mana Ibu tidak bisa memberikan ASI. Atau pemberian ASI tidak bisa selalu dilakukan secara langsung, misalnya pada ibu bekerja. “Ini adalah kondisi-kondisi yang tidak bisa dihindari, sehingga diperlukan dot,” ujar Dr. drg. Eriska.

Tentu, perlu memilih dot yang tepat. Dot yang baik harus mendekati cara kerja puting ibu. Ingat kembali, ketika bayi menyusu dari payudara, puting ibu akan tertekan ke atas. “Kalau dot tidak menyesuaikan keadaan anatomi puting ibu, dan tidak menyesuaikan dengan kemampuan bayi untuk mengisap, posisi dot akan berada dalam posisi utuh atau lengkap, sehingga akan mengganggi proses isap dan telan pada bayi,” papar Dr. drg. Eriska. Kondisi kedap tidak akan tercapai, dan hal ini akan mengganggu pertumbuhan rahang serta rongga mulut bayi.

“Dot harus bisa mengurangi maloklusi,” tegasnya. Maloklusi adalah pertumbuhan gigi yang tidak rata atau tidak rapi. Selain menimbulkan gangguan estetika, hal ini juga bisa menimbulkan kesulitan saat anak mengunyah nanti. “Cara mengisap yang salah bisa mengganggu kemampuan menelan, bicara, serta perkembangan rahang, sehingga wajah anak akan berubah,” imbuh Dr. drg. Eriska.

Sebaliknya dot yang mirip dengan anatomi puting ibu akan meningkatkan koordinasi isap, napas, telan, dan stimulasi oral.  Inilah yang dimaksud dengan dot ortodontis. Dot ortodontis juga akan memengaruhi kontrol otonom, serta kerja jantung dan pernapasan bayi, sehingga ritme jantungnya tetap terjaga selama menyusu. “Dalam hal ini, dot bisa mengurangi sindrom kematian mendadak pada bayi,” ucap Dr. drg. Eriska.

Ia melanjutkan, kedekatan yang terjalin antara ibu dengan bayi saat menyusu, juga harus bisa disampaikan melalui dot. Ritme jantung yang terjaga akan menenangkan bayi, dan meningkatkan perkembangan psikologisnya. “Kebiasaan non nutrisi atau ngempeng menimbulkan efek menenangkan dan menghibur bagi bayi,” tutupnya. (nid)

____________________________________________________

Ilustrasi: People photo created by cookie_studio - www.freepik.com