Menyiapkan Makan Anak selama Pandemi, Begini Kata Dokter

Menyiapkan Makan Anak selama Pandemi, Begini Kata Dokter

Tak jarang, ibu jadi pusing saat menyiapkan makan anak selama pandemi COVID-19, karena ingin meningkatkan daya tahan tubuh si kecil. Colek kiri-kanan, dan mencari informasi di internet, makanan dan minuman apa yang harus dikonsumsi anak. Alih-alih tercerahkan, malah tambah pusing karena begitu banyak saran dan informasi yang masuk. “Yang paling penting, ibu jangan stres karena kalau stres, tidak bisa menyiapkan makanan untuk si kecil,” ujar dr. Titis Prawitasari, Sp.A(K).

Ketua Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini melanjutkan, sebetulnay menyiapkan makan anak selama pandemic tidak perlu neko-neko atau dibuat-buat. “Intinya harus memenuhi nutrisi seperti biasa. Yakni energi, makronutrisi, dan mikronutrisi. Ini penting, karena anak sedang dalam masa pertumbuhan,” terang dr. Titis, dalam tayangan live di Instagram IDAI, Rabu (22/4).

Makronutrisi meliputi karbohidrat, protein, dan lemak. Adapun mikronutrisi yakni vitamin dan mineral. Semua ini harus tercukupi dalam makanan anak sehari-hari.

 

Menyiapkan makan anak selama pandemi, harus lengkap dan beragam

Sejak wabah COVID-19, nutrisi tertentu seperti vitamin C, seng, dan vitamin D, menjadi primadona karena dianggap bisa meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh. Namun bukan berarti nutrisi yang lain tidak perlu dikonsumsi. “Sistem kekebalan kita itu seperti orkestra atau band. Kalau drum terlalu keras, tidak enak kan. Semua harus seimbang,” tegas dr. Titis.

Keseimbangan bisa didapat dengan komposisi zat gizi yang sesuai porsi dan kebutuhan, dan beragam (bervariasi). Ya, keragaman pangan itu penting. Misalnya untuk karbohidrat, gantilah nasi putih sesekali dengan nasi merah, kentang, jagung, atau ubi, karena tiap sumber karbohidrat juga memiliki nutrisi lain yang berbeda-beda. Demikian pula dengan protein. Variasikanlah lauk daring sapi, unggas, ikan, atau seafood. “Di dalam protein juga terkandung nutrisi seperti seng dan vitamin D,” imbuh dr. Titis.

Untuk sumber vitamin C, jangan hanya mengandalkan jeruk. Masih banyak buah lain yang juga kaya akan vitamin C. Misalnya jambu biji merah, pepaya, stroberi, dan kiwi. Sayuran hijau pun banyak mengandung vitamin C.

Ditegaskan dr. Titis, semua zat yang dibutuhkan untuk mendukung imunitas ada dalam makanan sehari-hari. “Yang paling penting adalah variasi. Dengan memberi anak makanan yang bervariasi, sebetulnya kita memberi kesempatan bagi anak untuk mendapat semua jenis nutrisi,” paparnya. Ia mengingatkan, jangan hanya mengandalkan satu jenis nutrisi untuk menunjang imunitas. Semua jenis nutrisi harus dikonsumsi.

Tidak harus dalam sekali makan anak mendapat nutrisi lengkap. Ini bisa ‘dicicil’ dalam 3x makan besar ditambah 2x snack. Yang penting, dalam satu hari semua kebutuhannya terpenuhi.

 

Perlukah suplemen?

Mungkin ibu khawatir anak jadi mudah sakit karena tidak suka sayur dan/atau buah. Bolehkah diberi suplemen? “Suplemen bukan jawaban untuk segalanya. Kalau memang asupan nutrisi dari makanan tidak mencukupi, silakan diberikan,” tutur dr. Titis.

Memang ada penelitian, suplemen vitamin bisa memberi efek yang menguntungkan. “Tapi intinya, ttap harus makan dengan komposisis seimbang. Suplemen hanya tambahan,” tegasnya. Pemberian suplemen pun tak boleh berlebihan. Untuk vitamin C misalnya, untu anak usia batita, kebutuhannya yakni 25-5- mg. boleh diberikan, asalkan jangn melebihi batas atas 450 mg.

 

Selalu jaga kebersihan

Memberi makanan berkualitas tidak cukup. Kebersihan juga harus diperhatikan; baik kebersihan tangan kita, tangan anak, dan makanan yang kita siapkan. “Sering-cering cuci tangan dan tangan anak dengan air dan sabun,” ujar dr. Titis.

Saat menyimpan di kulkas, pisahkan makanan matang dan makanan mentah. Simpanlah makanan maupun bahan makanan dalam wadah tertutup. Ini untuk mencegah makanan matang terkontaminasi, dan sebaliknya mencegah makanan mentah mencemari yang matang.

Ingat selalu prinsip 5.60. “Yakni di bawah 5 derajat untuk makanan dingin, dan di atas 60 derajat untuk makanan hangat. Ini penting untuk mencegah kuman berkembang biak,” tandas dr. Titis. Pastikan pula air yang dikonsumsi adalah air yang baik, dan dimasak sebagaimana mestinya. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Food photo created by senivpetro - www.freepik.com