Hepatitis A Tidak Selalu Bergejala, tapi Tetap Menular
hepatitis A_KLB_anak

KLB Hepatitis A: Anak-Anak Rentan Terinfeksi, Cegah Penularannya

“Di negara berkembang, 9 dari 10 anak kena hepatitis A,” ungkap dr. Nina Dwi Putri, Sp.A(K), M.Sc (TropPaed). Tahun ini, hepatitis A kembali mencuat. Hingga April 2019 hingga saat ini, hepatitis A dilaporkan di 8 provisi, bahkan terjadi KLB (kejadian luar biasa) Depok dan Pacitan. Penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A ini memang meningkat tajam dalam 3 tahun terakhir. Pada 2016, hanya ada 126 kasus. Tahun berikutnya (2017) naik jadi 218 kasus; 568 kasus pada 2018, dan hampir 2.500 kasus pada 2019.  

Virus Hepatitis A sangat mudah menular. Jalur penularannya yakni lewat fekal-oral. Artinya, kita bisa terkena penyakit ini bila mengonsumsi makanan/minuman yang tercemar feses penderita hepatitis A. Virus ini bisa bertahan dalam suhu dingin, sehingga perlu lebih waspada di musim hujan, ketika udara terasa lebih sejuk dibandingkan biasanya.

Baca juga: Penyebaran Hepatitis A di Pacitan: Apa Pemicunya dan Bagaimana Hindari Penularan?

Di Depok, sebagian besar yang terkena hepatitis A adalah murid SMP. Menurut dr. Nina, anak-anak dan remaja memang lebih rentan tertular hepatitis A karena daya tahan (imunitas) belum sebaik orang dewasa. “Namun kalau sakit, gejalanya lebih ringan dan penyembuhan lebih cepat. Kalau orang dewasa kebalikannya. Lebih kuat menghadapi infeksi, tapi begitu sakit, gejala lebih berat dan masa penyembuhannya jauh lebih lama,” tutur dr. Nina, dalam diskusi yang diselenggarakan di RS Universitas Indonesia, Depok.

Gejala awal hepatitis A tidak spesifik, dan mirip dengan banyak penyakit lain sehingga sering luput dari kecurigaan. Misalnya demam, kelelahan, mual, muntah, diare, nyeri perut, tidak nafsu makan. Gejala kuning dan pembesaran hati baru muncul seminggu kemudian, setelah gejala awal (prodromal) hilang.

Baca juga: Hepatitis: Skrining, Monitoring, Obati

“Penting diingat, penularan sudah mulai terjadi sejak gejala awal,” tegas dr. Nina. Tidak semua orang yang terinfeksi virus hepatitis A menunjukkan gejala sakit, terlebih pada anak-anak. Meski tidak tampak sakit, mereka tetap bisa menularkan kepada orang lain. Bila kebersihan dan sanitasi di lingkungannya buruk, virus hepatitis A yang keluar bersama feses akan mudah menyebar ke mana-mana dan menulari orang lain.

Anak yang jelas menunjukkan gejala hepatitis A disarankan tidak dulu masuk sekolah minimal seminggu sejak pertama kali gejala muncul. Saat kembali bersekolah, ia tetap harus sangat memperhatikan kebersihan diri, “Karena virus masih ada di feses sampai beberapa bulan kemudian.”

Baca juga: Hepatitis A bisa Sembuh Sendiri, Obat-Obatan untuk Mengatasi Gejala

Kemunculan gejala hepatitis A dipengaruhi oleh tiga faktor: host (otang yang terkena), virus, dan lingkungan. Orang dengan kekebalan tubuh sangat bagus, virus bisa langsung dimusnahkan oleh sistem imun tanpa muncul gejala apapun. “Kedua, sangat tergantung dari virulensi (keganasan) virus dan jumlah virus yang masuk ke tubuh,” terang dr. Nina. Makin ganas virus dan makin banyak jumlahnya, makin besar kemungkinan muncul gejala hepatitis A. Faktor lingkungan tak kalah penting. Lingkungan yang kumuh, kotor, dan padat penduduk, tentu lebih tidak menguntungkan bagi orang yang terinfeksi hepatitis A.

Mencegah penularan hepatitis A sebenarnya sederhana. Jagalah selalu kebersihan diri dan lingkungan, serta menjaga sanitasi dengan baik. Biasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah dari toilet. Buanglah popok bayi sekali pakai dengan rapi dibungkus plastik, langsung ke tempat sampah di luar rumah. Jaga selalu kebersihan kamar mandi dan saluran pembuangan air. Virus mati di suhu panas, maka masaklah selalu air minum hingga mendidih. Vaksinasi juga sangat penting untuk memberi perlindungan terhadap virus ini. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: People photo created by freepik - www.freepik.com