penyebab ngompol pada anak yang lebih besar

Ketahui Penyebab Anak Masih Ngompol Walau Sudah Besar, Bagaimana Terapinya?

Ngompol merupakan hal yang wajar dialami anak-anak sampai usia tertentu, tetapi pada anak yang lebih besar kadang masih ngompol saat tidur malam. Ngompol bisa disebabkan oleh banyak hal, dan bisa disembuhkan.

Secara umum proses perkembangan kandung kemih dimulai sejak di dalam kandungan, tetapi penambahan kapasitas buli terjadi pada usia < 6 bulan. Anak akan mulai merasakan kandung kemih penuh dan berkemih secara sadar saat 1-2 tahun.

Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU (K), Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM menjelaskan, di usia 2-3 tahun normalnya anak sudah mampu menahan kencing. Dan di atas 4 tahun tidak lagi ngompol malam hari. Anak-anak di usia 4 tahun sudah mulai mengembangkan kemampuan kontrol berkemih, baik saat sadar dan tidur.  

Secara medis ngompol (nokturnal enuresis) merupakan ketidakmampuan mengontrol pengeluarin urin selama tidur yang terjadi pada anak-anak berusia >5 tahun atau perkembangan yang setara, setidaknya 3 bulan.

Ngompol bisa berdampak pada perkembangan anak, “mempengaruhi gangguan emosi, sosial, menurunkan kepercayaan diri, penarikan diri dari lingkungan, ganguan tidur dan potensi adanya gangguan kesehatan lain,” terang dr. Irfan, dalam konferensi pers virtual dalam rangka Pertemuan Ilmiah Tahunan Asosiasi Urologi Indonesia, Jumat (18/12/2020) lalu.

Penyebab ngompol pada anak yang lebih besar bersifat multifaktorial, seperti riwayat keluarga, konstipasi, infeksi saluran kemih, pembesaran amandel, retardasi mental, kapasitas kandung kemih yang kecil, gangguan tidur dan diabetes pada anak.

Baca : Anak Sering Ngompol, Waspadai Diabetes

Penyebab umum ngompol adalah ketidakseimbangan antara produksi urin di malam hari, kapasitas kandung kemih dan kemampuan anak untuk bangun di malam hari.

Normalnya, tutur dr. Irfan, pada malam hari produksi hormon arginine vasopressin akan meningkat. Ia bertugas menyerap kembali air di ginjal sehingga produksi urin menurun. Pada 2/3 anak yang ngompol, ditemukan kadar hormon vasopressin rendah di malam hari.

“Jika usia telah lebih dari 5 tahun anak masih ngompol, sebaiknya segera berobat ke dokter,” imbuh dr. Irfan, untuk mengetahui penyebabnya.

Terapi

Pengobatan kasus ngompol pada anak yang lebih besar ini bisa dilakukan lewat terapi konservatif, terapi alarm, obat-obatan, terapi kombinasi hingga terapi alternatif.

Terapi konservatif meliputi pendekatan wait and see, mengatur pola makan dan minum, dan mengurangi asupan cairan malam hari.

Mengatur pola makan, minum dan berkemih :

  1. Memperbaiki pola makan sehat dan teratur. Menghindari makanan/minuman mengandung kafein. Menghindari diet tinggi protein/garam di malam hari.
  2. Memberikan asupan cairan cukup, setidaknya 6 gelas sehari.
  3. Mengurangi asupan cairan pada malam hari.
  4. Berkemih secara teratur ± 6x per hari.
  5. Posisi berkemih yang baik dan benar.
  6. Berkemih sebelum tidur.

Pendekatan wait and see :

Terapi konservatif ini ditujukan bila pasien dan keluarga tidak bisa mengikuti anjuran pengobatan. Dengan dianjurkan menggunakan popok atau underpad untuk menjaga kualitas tidur.

“Penting tidak menyalahkan/menghukum anak bila ia mengompol. Beri motivasi untuk menjalankan pola hidup yang dianjurkan,” terang dr. Irfan.

Terapi alarm

Anak akan dipasangkan perangkat alarm di celana yang akan berbunyi saat sensor mendeteksi celana basah, sehingga anak akan terbangun.

Terapi ini dilakukan selama 2-3 buan, atau sampai anak bebas ngompol selama 14 hari. Tingkat keberhasilannya mencapai 80%.

Terapi obat

Obat yang digunakan seperti desmopressin, imipramine dan antikolinergik. Tujuan obat adalah untuk mengurangi produksi urin ke tingkat normal pada malam hari.  

Terlepas terapi yang diberikan, dr. Irfan menekankan, dukungan keluarga sangat penting. “Ini mempengaruhi kepatuhan berobat, mengurangi tekanan mental dan permasalahan dalam keluarga,” pungkasnya. (jie)