jumlah virus corona di saluran napas balita 100 kali lipat

Kematian Balita di Indonesia Tinggi, Riset: Jumlah Virus Corona di Saluran Napas Balita 100 Kali Lipat Dibanding Orang Dewasa

Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan kematian balita akibat COVID-19 di Indonesia sangat tinggi, bahkan yang tertinggi di Asia Pasifik, yakni sebesar 2,5 %. Ternyata riset juga menyatakan bila jumlah virus (viral load) di saluran napas balita 10 - 100 kali lipat dibanding orang dewasa.

Sejauh ini IDAI mencatat sekitar 11 ribu anak Indonesia terpapar COVID-19. Sementara per 22 September Kementerian Kesehatan menyatakan kematian anak akibat COVID-19 sebanyak 167 orang.

Mereka terbagi menjadi 74 kasus untuk balita - dengan tingkat kematian (Case Fatality Rate/CFR) 1,3% -  dan 93 kasus untuk usia 6-17 tahun (CFR: 0,5%).

Jangan dianggap remeh angka tersebut, karena berarti anak-anak termasuk kelompok rentan. Dr. Mesty Ariotedjo, SpA, menambahkan meski seringkali tidak bergejala, anak yang terinfeksi virus corona memiliki jumlah virus dalam darah (viral load) yang tinggi di saluran napas.

Riset yang dipublikasikan jurnal JAMA Pediatrics menyatakan balita memiliki jumlah virus 10 - 100 kali lipat lebih banyak di hidung, dibanding orang dewasa.

Dalam studi tersebut, Dr. Taylor Heald-Sargent, dan timnya dari Lurie Children’s Hospital of Chicago, AS, menganalisa 145 sampel pasien COVID-19 ringan – sedang; 46 sampel dari anak balita, 51 sampel dari anak 5-17 tahun, dan 48 sampel milik orang dewasa (18-65 tahun).

Peneliti menemukan bahwa balita memiliki jumlah partikel virus yang lebih besar secara statistik di hidung yang berkorelasi dengan "jumlah virus corona 10 - 100 kali lipat lebih besar di saluran pernapasan bagian atas," tulis peneliti dalam makalahnya.

Kondisi tersebut dimungkinkan, menurut dr. Mesty, karena imunitas anak baru matang di usia 6-7 tahun; ditunjukkan pula dengan tingginya kasus pneumonia pada balita.

“Ini (jumlah virus) juga terlihat untuk virus-virus lain yang menyebabkan infeksi di saluran napas. Ia menjadi kondisi ideal untuk virus berkembang biak,” imbuhnya. “Selain itu, kematian pada balita (akibat COVID-19) juga berkaitan dengan gizi buruk dan penyakit bawaan.”

Pencegahan, pencegahan dan pencegahan

Dari fakta tersebut tidak ada kata lain selain mencegah infeksi SARS-CoV-2 (nama resmi virus COVID-19) pada anak-anak. Dan menjaga agar jangan sampai anak-anak yang berpotensi tinggi tersebut menyebarkan ke orang lain.

“Bila sekarang anak-anak sekolah tatap muka risiko penularan sangat tinggi. Kemudian mereka pulang dan bertemu orangtua atau kakek neneknya yang memiliki penyakit. Ini berisiko sekali,” tutur dr. Mesty. “Yang paling ideal tetaplah pendidikan jarak jauh, tetapi jika tetap harus tatap muka terapkan protokol kesehatan.”

Baca : Pandangan IDAI Tentang Pencegahan COVID-19 Pada Anak, Boleh Tidak Sekolah Tatap Muka?

Untuk meminimalkan risiko ini, biasakan anak melakukan PHBS (pola hidup bersih dan sehat) dengan benar. Riset menyatakan rajin cuci tangan pakai sabun efektif mencegah penularan kuman. “Penelitian mengatakan 80% penularan penyakit asalnya dari tangan,” tandas dr. Mesty dalam perbincangan virtual bertema ‘Program Sekolah dan Pesantren Sehat’ yang digagas Unilever Indonesia Foundation, Kamis (24/9/2020).

Yang tak kalah penting adalah asupan nutrisi yang sehat, seperti memperbanyak makanan sumber vitamin C (misal jambu merah atau jeruk), zinc (susu, daging, ikan) dan zat besi (daging, susu, telur, dll).

Perbanyak aktivitas fisik intensitas ringan- sedang, misalnya bermain petak umpet atau naik turun tangga. Dan, tidur cukup tidur (8-10 jam per hari) untuk meningkatkan kerja sel-sel imunitas. (jie)