Masa Depan Anak Suram Gara-gara Stunting | OTC Digest
stunting_pendek_IQ_rendah

Terancamnya Masa Depan Anak Gara-gara Stunting

Dalam MDGs (Millenium Development Goals) yang targetnya dicapai pada 2015, poin pertama berisikan “menanggulangi kemiskinan dan kelaparan”. “Dengan adanya stunting, hal ini tidak akan tercapai,” tegas Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, Sp.A(K), Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik FKUI/RSCM, dalam diskusi yang diselenggarakan Forum Ngobras di Jakarta, Rabu (18/07/2018).

Stunting tak sekadar persoalan tubuh pendek, melainkan juga meliputi kesehatan dan kesejahteraan anak di masa depan. “Anak dengan stunting empat kali lebih mudah meninggal. IQ turun 11 poin, dan pendapatannya saat dewasa berkurang 22%,” papar Dr. dr. Damayanti.

Pertumbuhan anak berlangsung sangat cepat di usia satu tahun pertama. Maka bisa dibayangkan seandainya ia kekurangan gizi pada masa ini. Penelitian yang dipublikasi di Nutritional Neuroscience pada 2014 menunjukkan, bayi yang pernah mengalami gizi kurang/gizi buruk di usia <1 tahun, maka pada usia 40 tahun, 25% akan memiliki IQ <70, dan 40% memiliki IQ <90. “Kalau IQ cuma 90, otak hanya mampu menerima pelajaran sampai kelas 3 SMP,” ujar Dr. dr. Damayanti.

Baca juga: Stunting, Anak Gagal Tumbuh karena Kurang Nutrisi

Bekerja di pabrik tidak bisa karena perawakan pendek. Umumnya, peralatan/mesin di pabrik harus dioperasikan oleh orang dengan tinggi badan tertentu. Akhirnya, saat dewasa anak hanya bisa menjadi pekerja kasar seperti buruh atau kuli panggul. Akibat stunting, GDP (Gross Domestic Bruto) negara bisa turun hingga 16%.

Dampak stunting tidak berhenti sampai di sini. Pada anak stunting, oksidasi lemak juga terganggu. Ketika ia diberi makan sesuai aturan untuk menyelamatkan otaknya, di sisi lain risiko obes mengintai karena oksidasi lemak tidak bagus. “Jadi, penyakit tidak menular itu bukan karena anak gemuk dari awal. Tapi karena asupan makannya tidak cukup, sehingga begitu diberi makan biasa, ia jadi gemuk,” sesal Dr. dr. Damayanti.

Inilah adiposity rebound. “Bila kita naikkan perlemakan sebelum usia dua tahun, 50% anak akan menjadi obes di usia 7 tahun,” ucap Dr. dr. Damayanti. Bila anak sudah obes, sulit sekali memperbaikinya. Komplikasinya terhadap kesehatan pun luar biasa. Temuan Dr. dr. Damayanti, 20% anak sudah ada hipertensi, dan 30% memiliki kolesterol tinggi.

Perhitungan asupan gizi untuk memperbaiki kondisi anak stunting harus dilakukan oleh dokter. Panik karena tahu bahwa anak mengalami stunting, lalu memberi makan sebanyak-banyaknya hanya akan merugikan anak. Potensi obesitas di kemudian hari makin tinggi lagi. “Selain psikologis anak jadi rusak karena tidak percaya lagi dengan orangtua akibat dipaksa makan, badannya pun rusak,” ujarnya.

Sebaliknya, memberi banyak buah dan sayur untuk mencegah anak kegemukan pun bukan langkah yang tepat. Bagaimanapun, sayur dan buah adalah sumber karbohidrat. Terlalu banyak asupan karbohidrat pada akhirnya akan disimpan dalam bentuk lemak. Yang sangat dibutuhkan anak stunting untuk perbaikan tumbuh kembang otak dan fisiknya adalah protein hewani sebagai sumber asam amino esensial lengkap, bukan sayur dan buah.

Tentu kita tidak ingin masa depan anak-anak kita suram hanya gara-gara stunting. Bagaimana pencegahan stunting? Baca selengkapnya di sini. (nid)

__________________________________

Ilustrasi: Alexas_Fotos / Pixabay.com