Ini Pentingnya Omega-3 untuk Intelegensia Anak | OTC Digest
omega-3_integensia_kecerdasan_otak_anak

Ini Pentingnya Omega-3 untuk Intelegensia Anak

1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan critical period tumbuh kembang anak. “Selama masa ini, ada komponen gizi yang sangat esensial, misalnya asam lemak esensial,” ungkap Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS. Sayangnya, penelitian oleh Prof. Ahmad dan kolega, bekerja sama dengan peneliti Belanda (British Journal of Nutrition, 2016) menemukan, 8 dari 10 anak Indonesia kekurangan omega-3 dalam asupan makanan sehari-hari.

Data penelitian diambil dari asupan diet anak berdasarkan RISKESDAS 2010, dengan puluhan ribu anak usia 4-12 tahun dari 33 provinsi. “Asupan makanan dan minuman selama 24 jam direkam melalui wawancara. Dari sekian banyak makanan, kita lihat asupan sumber lemak yang signifikan,” terang Prof. Ahmad dalam diskusi bertajuk Kekurangan Omega-3 Pengaruhi Intelegensia Anak yang diselenggarakan Forum Ngobras di Jakarta, Jumat (22/02/2019).

Dipilihlah 118 makanan yang dianggap paling mewakili pola makan anak Indonesia. Lalu contoh makanan-makanan tersebut diambil dari 13 provinsi, merepresentasikan 78% populasi Indonesia. “Sumbernya beragam, mulai dari pasar tradisonal, kantin, supermarket, minimarket lokal, hingga penjual di pinggir jalan,” papar Prof. Ahmad. Sampel-sampel ini kemudian sibuat komposit, dan diteliti kandungan asam lemaknya di lab.

Selanjutnya, asupan lemak anak Indonesia pun dievaluasi berdasarkan kandungan asam lemak yang dikumpulkan dari sampel. Hasilnya menunjukkan, tidak ada anak Indonesia yang kekurangan asupan lemak jenuh. “Namun, 80,9% anak kekurangan EPA dan DHA,” jelas Prof. Ahmad, Guru Besar Bidang Keamanan Pangan dan Gizi Departemen Gizi Masyarakat – Fakultas Ekologi Manusia IPB.

 

Pentingnya omega-3

Omega-3 merupakan bagian dari asam lemak esensial (ALE), yakni asam lemak yang tidak bisa diproduksi tubuh sehingga harus diasup dari luar. Secara garis besar, asam lemak dibagi menjadi 2: asam lemak jenuh (saturated fatty acid) dan asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid). Asam lemak tak jenuh dibagi lagi menjadi dua: asam lemak tak jenuh ganda atau PUFA (polyunsaturated fatty acid), dan asam lemak tak jenuh tunggal atau MUFA (monosaturated fatty acid). PUFA terdiri atas omega-3 dan omega-6, dan MUFA berupa omega-9.

Di dalam tubuh, omega-3 (asam linolenat/ALA) diubah menjadi EPA dan DHA. “Keduanya sangat penting dalam pembentukan otak janin,” ujar Prof. Ahmad. Adapun omega-6 (asam linoleat/LA) diubah menjadi ARA (arachidonat). Ia melanjutkan, bahan kering otak terdiri atas 50-60% lemak. “DHA merepresentasikan 33% dari asam lemak dalam fosfolipid spesifik dari brain gray matter,” terangnya. DHA dan ARA banyak terdapat pada membran sel otak dan mata.

Menurut berbagai penelitian, bayi prematur dan mengalami pertumbuhan yang terhambat, lahir dengan defisit ARA dan DHA. Selain itu, defisit DHA otak ditemukan memengaruhi penglihatan dan kerkembangan intelegensia pada bayi prematur dan BBLR (berat bayi lahir rendah).

Pendapat serupa dikemukakan oleh dokter spesialis anak dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K). “Seluruh tubuh membutuhkan omega-3. Secara umum, asam lemak esensial penting untuk perkembangan sel, perkembangan fungsi otak dan saraf, untuk produksi hormone-like substances, respon imun, dan reaksi radang,” paparnya.

Omega-3 sangat penting untuk perkembangan fungsi visual anak. “Kalau penglihatan anak jelek, bagaimana dia bisa belajar secara optimal?” ujar dr. Bernie.

Kulit kering dan kasar, rambut dan kulit kepala kering hingga berketombe, dan mata kering, termasuk tanda-tanda kekurangan ALE yang bisa dikenali. Kekurangan asam lemak esensial juga berpengaruh terhadap atensi dan perilaku. “Misalnya gangguan perhatian, gangguan konsentrasi, gangguan kognitif, rewel, moody, dan mudah emosi,” imbuh dr. Bernie.

Gawatnya lagi, kekurangan omega-3 bisa mengurangi intelegensia anak. Agar otak berfungsi optimal, sinaps-sinaps (hubungan antar sel-sel otak) harus terjalin dengan baik. “Pembentukan sinaps ini membutuhkan asam lemak esensial. Bila dalam 1000 HPK anak kebutuhan asam lemak esensial tak terpenuhi, perkembangan otak tidak optimal, yang akan berpengaruh ke fungsi kognitifnya,” tutur dr. Bernie. Dengan kata lain, asupan Ale terutama omega-3 adalah bekal bagi kehidupan anak kelak. Kekurangan omega-3 pada critical period 1000 HPK akan berdampak besar, jangka pendek maupun jangka panjang.

 

Tak harus mahal

Ikan laut dikenal sebagai sumber omega-3 yang sangat kaya. Tidak harus ikan yang mahal seperti salmon. “Ikan di perairan Indonesia pun sama bagusnya. Misalnya lemuru, kembung, dan sarden. Ikan lele juga sangat baik,” terang Prof. Ahmad. Seafood juga merupakan sumber omega-3 yang sangat baik.

Sumber nabati untuk ALE misalnya kacang-kacangan seperti kacang mede dan kenari, juga polong-polongan seperti kedelai. Tempe dan tahu kaya akan LA dan ALA, tapi tidak mengandung EPA dan DHA. Namun jangan khawatir, karena toh ALA akan diubah menjadi EPA dan DHA.

Yang perlu diperhatikan yakni cara pengolahan bahan makanan sumber omega-3. “Omega-3 merupakan asam lemak tak jenuh ganda, yang mudah rusak akibat pemanasan,” jelas Prof. Ahmad. Menggoreng sebenarnya kurang baik karena melibatkan suhu pemanasan yang sangat tinggi. Lebih baik dikukus, ditumis, atau dibuat makanan berkuah. Kalaupun ingin menggoreng, “Gunakan minyak goreng maksimal tiga kali saja.”

Secara alami, DHA terkandung dalam ASI. Maka, penting bagi ibu untuk mengonsumsi makanan sumber omega-3 selama menyusui. Namun selepas masa ASI eksklusif, kebutuhan bayi tidak terkucupi lagi hanya dari ASI, sehingga dibutuhkan MPASI (makanan pendamping ASI). Untuk itu, masukkanlah makan sumber omega-3 dalam MPASI. Asupan omega-3 juga bisa ditambah melalui suplementasi, misalnya dengan susu pertumbuhan yang difortifikasi omega-3, atau minyak ikan. (nid)

__________________________________

Ilustrasi: Background photo created by dashu83 - www.freepik.com