Haruskah Anak Memabawa Bekal ke Sekolah? | OTC Digest

Haruskah Anak Membawa Bekal ke Sekolah?

Membeli jajanan di sekolah menjadi hal lumrah dilakukan anak-anak. Masalahnya, jajanan tidak terjamin kebersihan dan kesehatannya. Berdasar survei Badan POM tahun 2007 pada 4500 sekolah di Indonesia, 45% jajanan anak tercemar bahaya mikrobiologis dan kimia, seperti pewarna dan pengawet.

Belum lagi dari sisi gizi. Makanan jajanan di sekolah, termasuk fast food, diketahui tidak baik bila terlalu sering dikonsumsi anak-anak, karena mengandung gizi yang tidak seimbang. Sebaiknya, anak-anak memang jangan dibiasakan jajan.

“Pola makan sehat, harus dimulai dari rumah,“ ujar Spesialis Gizi Klinik di Departemen Ilmu Gizi FKUI-RSCM, dr. Fiastuti Witjaksono MS, Sp.GK.

Dengan  kata lain, untuk menghindari jajan, anak membawa bekal makanan minuman dari rumah. Dengan begitu, orangtua bisa memastikan asupan gizi bagi si kecil. Kebutuhan gizi anak, setiap hari adalah karbohidrat (45%-65%), protein (10%-25%), lemak (30%) dan berbagai macam vitamin. Kekurangan gizi berdampak pertumbuhan otak anak tidak maksimal.

“Sebanyak 60% otak manusia terbuat dari lemak. Jadi, tidak boleh kurang lemak. Lemak juga perlu untuk menyerap vitamin A, D, E dan K,” ujar dr. Fiastuti.

Jangan salah. Kelebihan gizi juga tidak baik bagi kesehatan, karena dapat memicu obesitas yang pada saat dewasa nanti bisa mengundang penyakit degeneratif (jantung koroner, stroke, hipertensi atau kolesterol).

Kementerian Kesehatan tahun 1995 telah mengeluarkanan ketentuan “13 Pesan Dasar Gizi Seimbang”. Salah satu klausulnya menyebutkan: makanlah aneka ragam makanan. Karena akan melengkapi kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu dengan gizi dari makanan lain, sehingga akan diperoleh gizi seimbang.

Mencontoh masyarakat Jepang, mereka memiliki kebiasaan yang baik. Di sekolah, anak-anak biasa disediakan “makanan dari hasil gunung dan dari laut” saat jam makan siang.  Shabu shabu adalah contoh makanan dari gunung (berisi daging bebek, rebusan sawi putih, jamur, mie). Ditambah sashimi atau irisan tipis ikan laut atau udang sebagai pelengkap. Pemerintah Jepang juga mewajibkan sekolah memberikan makanan yang tidak hanya mengenyangkan, tapi juga menyehatkan.

British Nutrition Foundation merekomendasikan bekal makan anak sekolah (di Inggris, Wales, Irlandia Utara dan Scotlandia) mesti meliputi antara lain buah dan sayur, ikan, susu atau produk turunannya dan roti. Mencakup zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, serat, sodium, vitamin A dan C, folat, kalsium, zat besi dan zinc.

Di Indonesia, sejumlah sekolah membuat ketentuan agar orangtua menyiapkan bekal untuk anaknya. Menyiapkan bekal anak, bisa berpedoman pada rumus 3J: jumlah kalori sesuai kebutuhan, jadwal makan teratur, jenis makanan dengan komposisi seimbang.(jie)