cukupkah sarapan hanya dengan segelas susu

Cukupkah Sarapan Hanya Dengan Segelas Susu?

Memahami pentingnya sarapan, mereka yang tinggal di kota-kota besar kerap harus berkejaran dengan waktu, sehingga sarapan ‘seadanya’ dengan segelas susu. Tetapi cukupkah sarapan hanya dengan segelas susu?

Fakta yang terjadi di masyarakat adalah sebagian orangtua merasa sudah memberikan sarapan saat telah menyediakan susu. Ini adalah pandangan yang salah. Pasalnya, sarapan hendaknya menyediakan ¼ kebutuhan energi dalam sehari. 

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) kebutuhan energi anak usia 7-12 tahun antara 1.800-2.000 kalori / hari. Jadi sarapan seyogyanya mengandung antara 450-500 kkal.

Baca : Satu Lagi Alasan Kenapa Harus Sarapan: Ternyata Bisa Cegah Stroke

Menurut Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc., dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam segelas susu hanya mengandung sekitar 150 kalori. “Susu adalah bagian dari makanan. Ia merupakan pelengkap, bukan pengganti makan. Walau minum susu dapat membuat perut kenyang, ternyata itu belum cukup,” terangnya.

“Atau kalau mau, campurkan susu sebagai campuran bahan makanan, seperti dalam sup krim,” tambah dr. Saptawati. Bisa juga kita mencontek budaya barat, di mana susu adalah campuran wajib saat menyantap sereal.

Susu walau bukan menu sarapan utama, kita tidak bisa menampik kandungan gizi di dalamnya. Susu melimpah kandungan kalsiumnya. Selain itu susu juga sumber lemak yang dibutuhkan dalam masa tumbuh kembang.

“Lemak dalam susu juga dibutuhkan karena ada vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Jangan takut pada lemak di susu untuk anak-anak,” tegas Prof. Tati.

Sementara sereal, biasanya terbuat dari oat atau biji gandum utuh yang tinggi serat. Serat memperlambat waktu pengosongan makanan, sehingga perut akan kenyang lebih lama.

Gandum utuh juga mengandung serat khusus disebut beta-glucan. Studi menunjukkan beta-glucan dapat menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah.

Di dalam oat terdapat tipe khusus antioksidan yang disebut avenanthramide. Antioksidan ini mampu melawan radikal bebas yang menyerang HDL atau kolesterol baik. Di samping itu, senyawa ini juga melindungi LDL dari proses oksidasi, yang mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

Pada anak-anak yang menderita penyakit celiac, di mana usus tidak dapat menyerap gluten (protein dalam gandum). Berita baiknya, riset menunjukkan bahwa mereka dapat mengonsumsi oat walau mengandung sedikit gluten. (jie)