Bagaimana Merangsang Agar Anak Menjadi Mandiri? | OTC Digest

Bagaimana Merangsang Agar Anak Menjadi Mandiri?

Para ahli menyebutkan bahwa saat ini kita hidup dalam VUCA world, di mana dunia selalu bergerak (volatile), tidak pasti (uncertain), kompleks (complex) dan ambigu (ambiguous). Di zaman yang serba berubah dan semakin kompetitif ini, penting bagi orangtua untuk mempersiapkan si kecil agar tangguh hadapi masa depan.

Psikolog anak & keluarga, Ajeng Raviando, Psi, MSi., menjelaskan, “Penanaman karakter sejak dini penting untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi perubahan dan situasi tertentu dalam kehidupan seperti : kegagalan, stres, tantangan dan lingkungan baru.”

Setidaknya ada lima karakter yang sebaiknya diasah sejak dini. Pertama, berani. Di mana si kecil memiliki rasa percaya diri dan mau mengambil risiko. Kedua, mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. ketiga, gigih, mau berusaha melakukan sesuatu sampai selesai.

Keempat, adaptif, mudah menyesuaikan diri di setiap situasi. Terakhir, banyak akal untuk mencari solusi; bisa bertindak cepat serta efektif di bermacam situasi.

Pengembangan karakter dapat dilakukan lewat pemberian pengalaman baru yang memiliki tujuan (purposeful exposures). Harapannya akan terjadi transformasi terukur dalam diri anak. Sebagai contoh  melakukan aktivitas outdoor, seperti flying fox,  anak tampak senang serta lebih berani mencoba aktivitas permainan yang lain tanpa perlu diminta oleh orangtua.

Lebih lanjut, Ajeng menambahkan bahwa purposeful exposure dapat dilakukan di setiap fase usia si Kecil. “Pada usia 1 tahun ke atas, anak dapat diajak untuk bermain di taman luar ruang. Pada usia 2-3 tahun, anak dapat diajarkan berbagai kemampuan baru seperti naik sepeda, berenang, dan lainnya. Usia 4-6 tahun, anak bisa diajak berjalan-jalan ke alam terbuka seperti gunung dan pantai,” terang Ajeng dalam acara Nutrilon Royal Ajak Orang Tua Berikan Purposeful Exposure untuk Dukung Si Kecil Siap Hadapi Masa Depan, 28 April 2019 lalu.

Penelitian telah membuktikan aktivitas luar ruang akan merangsang fungsi eksekutif (executive function) seperti membuat rencana, menentukan prioritas, pemecahan masalah dan negosiasi; ini adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk sukses di masa mendatang.

Menurut Claire McCarthy, MD, dari Assistant Professor di Pediatrics Harvard Medical School, kegiatan outdoor akan merangsang kreativitas si kecil. Anak ‘dipaksa’ memakai imajinasinya untuk memecahkan masalah; untuk menyenangkan dirinya sendiri.

“Ini adalah keterampilan yang harus dipelajari dan dipraktikkan. Dan untuk melakukan ini, anak-anak memerlukan waktu yang tidak terstruktur. Mereka membutuhkan waktu sendirian dan dengan anak-anak lain,” kata Claire, dikutip dari laman health.harvard.edu.

Aktivitas luar ruang mengajarkan anak berani mengambil risiko. Tidak dipungkiri, bisa membuat orangtua was was, tetapi tukas Claire, jika orangtua tidak belajar melepaskan anak-anaknya, si kecil tidak akan tahu apakah mereka bisa melakukannya, dan mungkin tidak memiliki keberanian / rasa percaya diri untuk menghadapi risiko di hari depan.

“Benar akan selalu ada risiko terjatuh, bahkan patah tulang, saat si kecil memanjat pohon. Atau si kecil mungkin akan merasa malu saat mengajak berkenalan dengan temannya namun ditolak. Tetapi itu bukan berarti si kecil tidak boleh mencobanya. Pelajaran saat si kecil menghadapi kegagalan sama pentingnya dengan saat ia bisa melakukan sesuatu,“ tambah Claire.

Orangtua perlu mendorong anak-anak untuk membuat permainan mereka sendiri, mencari tahu, dan menghibur diri mereka sendiri. Melakukan aktivitas outdoor memberi mereka kesempatan untuk mempraktikkan keterampilan hidup yang penting ini. (jie)