anak juga bisa kena batu ginjal, penyebabnya gaya hidup

Anak-anak Juga Bisa Kena Batu Ginjal, Penyebabnya Adalah Gaya Hidup

Kasus batu ginjal pada anak-anak beberapa tahun belakangan ini mulai banyak terjadi, penyebabnya antara lain adalah gaya hidup. Penelitian tahun 2007 di North Shore-Long Island Jewish Medical Center melihat ada peningkatan lima kali lipat kasus batu ginjal anak dari kurun waktu tahun 1994-2005.

Ini patut diwaspadai karena Indonesia termasuk dalam lingkar stone belt (sabuk batu). Yakni negara yang berisiko tinggi terkena batu ginjal, karena suhu panas, penguapan menjadi tinggi dan cenderung kurang minum, urine menjadi pekat dan terbentuklah batu ginjal.

Gary Faerber, MD, urolog dari University of Michigan Health System menyebutkan peningkatan kejadian batu ginjal pada anak berhubungan dengan pola makan, gaya hidup modern. Faktor keturunan semakin memperbesar kemungkinan anak terkena batu ginjal. Anak-anak sekarang cenderung mengonsumsi makanan cepat saji, mie instan, makanan kalengan, apalagi yang tinggi sodium (garam) dan kurang minum air putih.

Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U (K), Kepala Departemen Urologi RSCM mengatakan, ”Masyarakat senang mengonsumsi makanan daging dan kacang-kacangan, padahal itu tinggi purin. Ditambah lagi kurang gerak.“

Sebagai informasi purin adalah zat alami yang ditemukan di dalam sel, termasuk di dalam tumbuhan maupun hewan di sekitar kita. Purin yang masuk ke tubuh kita akan dimetabolisme menjadi asam urat.

Sebenarnya hal ini adalah proses yang normal dan sehat, dan asam urat sebenarnya bertindak sebagai zat antioksidan yang berguna untuk melindungi lapisan pembuluh darah. Namun bila jumlah asam urat dalam darah meningkat akan menyebabkan penyakit gout atau yang dikenal asam urat tinggi.

Batu ginjal terbentuk dari timbunan kristal pada air seni, sering juga oleh endapan kalsium oksalat atau asam urat. Secara perlahan batu terbentuk dan bertambah besar.

Jika batu berukuran kurang dari 5 mm dapat keluar sendiri melalui urin, selama penderita cukup minum. Batu bergerak dari ginjal ke saluran kemih, tetapi bila > 5 mm berisiko menyumbat saluran kencing dan menghalangi keluarnya urine.

Dalam kondisi ini penderita biasanya mengeluh sakit saat berkemih, atau air kencing keluar disertai darah, setelah sebelumnya pinggang kerap pegal.  

Batu ginjal dengan mudah terbentuk dalam kondisi urin yang sangat jenuh; ditandai air kencing berwarna keruh. Penting untuk menjernihkan air seni dengan perbanyak konsumsi air putih.

Dr. Feaber mengatakan, “Bagi anak berumur 5-10 tahun yang memiliki batu ginjal untuk minum sekitar 6 gelas per hari. Sementara yang 10 tahun ke atas, sekitar 10 gelas.”

Penelitian juga menyebutkan peningkatan kasus batu ginjal pada anak berbanding lurus dengan angka obesitas anak.

Gejala

Tanda-tanda adanya batu ginjal pada anak-anak antara lain:

  1. Nyeri tajam di punggung, perut bagian bawah atau pangkal paha.
  2. Saat berkemih keluar darah berwarna merah muda, merah tua atau coklat. Ini disebut juga dengan hematuria.
  3. Keinginan berkemih yang konstan.
  4. Nyeri saat buang air kecil.
  5. Air seni sulit untuk keluar, atau keluar dalam jumlah kecil.
  6. Urin keruh atau berbau menyengat.
  7. Lekas marah, terutama pada anak kecil.

Bagaimana terapinya?

Penanganan batu ginjal untuk anak relatif sama dengan dewasa, hanya diusahakan tanpa menggunakan operasi. Seperti mengubah pola makan dan perbanyak minum agar batu keluar sendiri.

“Bisa menggunakan terapi gelombang kejut yang tanpa operasi. Jika batu cukup besar terpaksa dipecah dengan alat khusus lewat pinggang atau saluran kemih,” terang dr. Rasyid.  

Yang perlu diwaspadai adalah batu ginjal berpotensi kambuh. Oleh sebab itu menjaga kecukupan minum penting. Bagi anak yang pernah menderita batu ginjal, umumnya dokter menyarankan minum air perasan jeruk lemon atau jeruk segar untuk mencegah pembentukan batu kembali. (jie)