131 kasus gagal ginjal anak masih misterius
kasus gagal ginjal anak masih misterius

131 Kasus Gagal Ginjal Anak Indonesia Masih Misterius, Beda dengan Gambia

Kasus 131 anak Indonesia yang mengalami gagal ginjal akut, sampai Rabu 12 Oktober 2022 ini masih misterius.

“Kasusnya masih diselidiki, belum diketahui apa penyebabnya,” ujar Ketua Pengurus Pusat IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA (K), kepada pers, Selasa kemarin. Sempat ada dugaan, kasus Acute Kidney Injury /AKI ini terkait COVID-19. Namun, pemeriksaan dan hasil laboratium menyatakan, anak-anak itu negatif COVID-19. 

Menurut dr. Pimprim, anak-anak dengan gangguan ginjal umumnya bawaan atau karena faktor gen. “Kasus kali ini berbeda, anak-anak ini awalnya normal.” Belum bisa disimpulkan, apakah gangguan ginjal akut anak-anak karena bakteri, virus, makanan atau obat-obatan.

Di Gambia 66 anak meninggal

Sempat muncul kekuatiran, kasus di Indonesia seperti yang terjadi di Gambia, Afrika Barat. Di sana, 66 anak balita meninggal karena gagal ginjal akut. "Puluhan anak meninggal dalam tiga bulan terakhir. Otopsi menunjukkan, kemungkinan karena obat parasetamol,"ujar Direktur Pelayanan Kesehatan Gambia, Mustapha Bittaye, Selasa kemarin. 

Korban diduga mengonsumsi obat batuk sirup yang mengandung parasetamol. Anak-anak dikabarkan mengalami masalah ginjal, 3 - 5 hari setelah minum sirup dimaksud. Untuk sementara, pemerintah Gambia memutuskan menarik obat-obatan dimaksud dari peredaran. Kasus di Indonesia berbeda. Tidak satu pun anak yang minum sirup parasetamol, dan tidak ada yang meninggal seperti di Gambia. 

Terdeteksi sejak Januari 2022

Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI dr. Eka Laksmi Hidayati menyatakan, sejauh ini dilaporkan ada 131 anak yang mengalami gagal ginjal akut yang masih misteri (Unknown Origin). 

Jumlah itu dilaporkan dari 14 cabang IDAI seluruh Indonesia. Kasus mulai terdeteksi sejak Januari 2022, sampai Juli 2022 ada beberapa kasus. Bulan Agustus melonjak menjadi 35. September naik lagi 2x lipat menjadi 71 kasus. “Oktober sampai tanggal 11 tercatat 9 kasus. Mulai menurun” ujar dr. Eka. 

Gejala

Anak penderita gagal ginjal akut datang ke RS umumnya dengan gejala sulit atau tidak bisa buang air kecil. Gejala penyakit ini secara umum yaitu: mual muntah, hilang nafsu makan, letih lesu, sesak napas, sakit perut, mati rasa, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan tangan, kram/kejang otot, gatal-gatal dan pergelangan kaki bengkak.

Penyebab gangguan ginjal pada anak ada dua: bawaan lahir dan diperoleh setelah lahir. Gangguan ginjal bawaan lahir ditandai adanya kelainan bentuk ginjal dan saluran kemih. Gangguan ginjal yang didapat setelah lahir, karena infeksi saluran kemih dan radang ginjal.

Menurut data IDAI (2017) ada 212 anak di 19 rumah sakit seluruh Indonesia yang mengalami gagal ginjal dan harus cuci darah. Secara global, prevalensi kasus tertinggi di Asia (51-329 per 1 juta populasi anak); Eropa (55-75 per 1 juta populasi anak); Amerika Latin (42,5 jiwa per 1 juta populasi anak).

Gangguan ginjal akut dan kronik

Gangguan ginjal pada anak terbagi dua: gangguan ginjal akut dan kronik. Pada gangguan ginjal akut, ginjal anak tidak berfungsi baik secara mendadak. Penyebabnya, terjadi penyumbatan sistem penyaringan ginjal oleh sel darah merah yang hancur, trauma luka bakar, dehidrasi, pendarahan, cedera atau operasi. 

Gangguan ginjal kronik terjadi karena ada enurunan fungsi ginjal secara bertahap, selama 3 bulan atau lebih. Anak mengalami penurunan fungsi penyaringan kotoran, kontrol jumlah air dalam tubuh, kadar garam dan kalsium dalam darah. Akibatnya, zat-zat sisa metabolisme tetap berada dalam tubuh anak, dan membahayakan kesehatannya.

IDAI menyatakan, 131 anak dengan gagal ginjal akut misterius kondisinya sudah sembuh sempurna. (sur)