cegah anak sakit dengan memperkuat daya tahan tubuh

Vaksinasi, Herd Immunity dan Pertolongan Pertama Bila Bayi Sakit di Masa Pandemi

Kasus COVID-19 pada anak-anak di Indonesia tergolong tinggi. Data Kementerian Kesehatan RI hingga Minggu 20 Juni 2021 menyatakan kejadian COVID-19 anak (0-18 tahun) sebanyak  248.738 kasus, atau 12,5% dari total kasus.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan 1 dari 8 kasus konfirmasi COVID-19 adalah anak-anak. IDAI juga menegaskan pentingnya orangtua melindungi anak-anak mereka, terutama di tengah situasi pandemi yang angkanya sedang melonjak tinggi; situs Worldometers mencatat adanya penambahan lebih dari 14 ribu kasus per hari.

Vaksinasi adalah salah satu cara menghambat penyebaran corona (selain menerapkan protokol kesehatan 5 M). Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed, Apt, ahli mikrobiologi, menjelaskan tanpa vaksinasi dapat menyebabkan angka kesakitan lebih dari separuh populasi. Bahkan, menyebabkan kematian sekitar 9.1 -12.2 juta orang Indonesia (dengan perhitungan case fatality rate 5,7%).

“Tujuan vaksinasi adalah untuk menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (kematian) akibat COVID-19, mencapai herd immunity (kekebalan kelompok), memperkuat sistem kesehatan masyarakat dan menjaga produktivitas serta meminimalkan dampak sosial ekonomi,” terang Prof. Maksum, dalam Webinar Kefarmasian, Rabu (23/6/2021).

Mengutip Bloomberg, hingga 22 Juni 2021, Indonesia telah menyuntikan 35.928.647 dosis vaksin, dengan 517.712 dosis per hari. Total vaksin yang ada – baik dari Sinovac, AstraZeneca dan Sinopharm – adalah 91 juta dosis.

Dengan munculnya berbagai varian virus corona bukan berarti vaksin yang sudah ada tidak lagi ampuh. Prof. Maksum menambahkan, beberapa platform vaksin yang digunakan saat ini diperkirakan masih efektif.

India Today menulis dalam studi terbatas, vaksin AstraZeneca 97% efektif melawan varian Delta (dulu dikenal dengan B.1.617) dari India. Riset lain mencatat vaksin Pfizer punya efektivitas hingga 93% untuk varian Alfa (B. 117 dari Inggris) dan 88% pada varian Delta.

Namun ke depan, dengan mewaspadai munculnya berbagai variant of concern virus corona, perlu dikembangkan generasi baru vaksin COVID-19. Selain itu, “Perlu terus ditingkatkan program 3 T (testing, tracing, treatment) termasuk genomic surveillance untuk antisipasi munculnya varian baru,” saran Prof. Maksum.

Melindungi anak sakit

Sebagaimana diketahui bila vaksin yang ada di Indonesia saat ini tidak diperuntukkan bagi anak-anak (<18 tahun).  Ini berarti perlindungan untuk anak-anak sepenuhnya dengan memperkuat daya tahan tubuh, mencegah anak tidak sakit dan menghindarkannya dari paparan virus corona.

IDAI menekankan di tengah situasi pandemi yang belum terkendali ini, sebisa mungkin anak tidak keluar rumah, atau jikapun berkegiatan di luar rumah hindari area dengan ventilasi tertutup, padat dan risiko kontak erat tinggi.

Apt. Estri, SSi, selaku Brand Activation Manager Menarini Consumer Healthcare, menjelaskan dalam kondisi normal atau pandemi, flu dan batuk tetap bisa terjadi. “Virus flu tetap ada terlepas dari virus COVID-19. Cuaca yang tidak menentu, musim hujan, makanan/minuman pencetus batuk dan aktivitas di luar bisa menyebabkan anak/bayi tertular flu,” katanya.

Untuk permasalahan flu pada bayi, tidak semua obat bisa digunakan. Orangtua biasanya merasa lebih aman bila memakai bahan-bahan alami yang terbukti ilmiah mampu mengatasi keluhan flu. Antara lain dari ekstrak chamomile dan eucalyptus.

Berbagai studi – antara lain Yun Li (2016), Angela (2010) dan Sharma (2020)- menyebut ekstrak chamomile memiliki aroma khas yang membantu menenangkan dan membuat bayi/anak tidur lelap (tenang). Sementara minyak eucalyptus efektif melegakan pernapasan, hidung tersumbat karena flu.

Kandungan cineole 1.8 dalam ekstrak eucalyptus memiliki efek antivirus (meringankan gejala akibat infeksi virus), antimukolitik (membantu mengeluarkan dahak dan mengurangi sesak napas akibat akumulasi dahak), dan anti-inflamasi dengan mengurangi rasa sakit yang menyertai flu (menyebabkan anak tantrum).

Studi dari Kids Respiratory Disease U&A Indonesia (2019) membandingkan beberapa produk bayi yang mengandung eucalyptus & chamomile; champor, menthol & eucalyptus; essential oil & peppermint. Salah satunya Transpulmin.

Riset ini mencatat partisipan merasa puas pada produk bayi dengan ekstrak eucalyptus & chamomile. Mereka juga merasa relatif aman karena efek samping minimal dan efektif melegakan pernapasan bayi dan anak-anak.

“Hangatnya harus pas, kalau kepanasan bikin iritasi kulit bayi,” komentar salah satu partisipan, seraya menyebutkan bila produk dengan campuran champor, menthol & eucalyptus lebih cocok untuk anak yang lebih besar karena lebih panas.

Estri menjelaskan chamomile dan eucalyptus yang dicampur menthol & camphor biasanya untuk anak-anak yang berusia > 2 tahun karena memberikan efek lebih hangat.

Untuk meringankan gejala flu dan batuk si kecil, “Ambil krim/salep secukupnya, usapkan di bagian dada, punggung dan sekitar bahu hingga leher. Baringkan bayi/anak di tempat tidur yang nyaman dan biarkan obatnya bekerja,”saran Estri. (jie)

________________________________________________________________________________

Ilustrasi: Baby photo created by freepik - www.freepik.com