Temulawak bisa Mengendalikan Badai Sitokin dari COVID-19

Temulawak bisa Mengendalikan Badai Sitokin, Efek Mematikan dari COVID-19

Selama wabah COVID-19, segala hal yang dianggap bisa meningkatkan imunitas ludes diborong, demi menghindarkan diri terinfeksi oleh virus SARS-CoV-2. Namun sebuah penelitian mengungkapkan bahwa imunostimulator (zat peningkat imunitas) justru bisa merugikan karena justru bisa memicu respons imun yang berlebihan. Ini bisa menimbulkan badai sitokin (cytokine storm), yang berujung pada kematian. Nah ternyata, temulawak bisa mengendalikan badai sitokin.

COVID-19 bisa menimbulkan gejala demam, batuk, dan pilek. “Bila infeksinya sudah sampai ke paru, orang bisa mengalami pneumonia (radang paru) hingga mengalami kesulitan napas atau sesak yang bisa berujung pada kematian,” ungkap Konsultan Paru Sub Infeksi di RSUP Persahabatan dr. Erlina Burhan, M. Sc,Sp.P(K), dalam siaran pers yang diterima OTC Digest. Inilah yang kerap menyebabkan kematian akibat COVID-19 pada orang lanjut usia (lansia).

Memang secara empiris menurut penelitian, sebagian besar kematian akibat COVID-19 terjadi pada lansia. Ini karena daya tahan tubuh atau imunitas mereka lebih rendah, sehingga tidak kuat melawan infeksi. Namun yang mengejutkan, kematian yang terjadi pada orang dewasa muda justru disebabkan oleh sistem imun tubuh yang kuat, akibat terjadinya badai sitokin.

 

Badai sitokin

Saat terjadi infeksi, sistem imun akan beraksi dengan memproduksi sel-sel imun untuk melawan infeksi. Diproduksilah berbagai sel imun, salah satunya protein kecil yang disebut sitokin. Sitokin seperti IL-1, Il-6 dan TNF-alfa memicu peradangan untuk melawan infeksi.

Sayangnya, respons tubuh bisa berlebihan atau tidak terkontrol sehingga memicu peradangan hebat. “Bisa terjadi badai sitokin yang membuat paru menjadi padat dan kaku. Akhirnya terjadi sesak napas bahkan gagal napas, dan bisa berlanjut ke kematian,” papar Prof. Dr. Chairul A. Nidom, Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF). Badai sitokin bahkan bisa terjadi di seluruh tubuh, hingga menyebabkan kegagalan beberapa organ tubuh.

Badai sitokin tak hanya terjadi pada COVID-19. Komplikasi ini juga terjadi pada SARS dan MERS, dan wabah flu burung di Indonesia pada 2005. Infeksi virus influenza, ebola, serta penyakit non infeksi seperti multiple sclerosis dan radang pankreas juga bisa menimbulkan badai sitokin.

 

Temulawak bisa mengendalikan badai sitokin

Banyak bukti ilmiah menunjukkan bahwa curcumin, zat aktif temulawak bisa mengendalikan badai sitokin. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Prof. Nidom pada 2008. “Curcumin pada temulawak mampu mengendalikan sitokin inflamatori sehingga tidak terjadi badai sitokin,” terangnya. Prof. Nidom adalah salah satu sosok yang terlibat langsung saat penanganan wabah flu burung.

Penelitian lain misalnya oleh Sordillo PP (2015). Ditemukan bahwa curcumin menekan pelepasan sitokin. Terutama sitokin pro-peradangan krusial seperti IL-1, IL-6, dan TNF-alfa.

Selain itu, studi juga menemukan bahwa temulawak mampu meningkatkan ekspresi ACE2 bentuk soluble. Ini bisa menghambat terjadinya perikatan SARS-CoV-2 dengan ACE2 bentuk fixed sehingga menurunkan risiko infeksi oleh virus tersebut. (nid)

_____________________________________________

Ilustrasi: Food photo created by rawpixel.com - www.freepik.com