suplemen hati cegah cedera hati pada pasien covid-19

Suplemen ini Terbukti Cegah Cedera Hati Pada Pasien COVID-19

Salah satu dampak COVID-19 adalah adanya cedera lever akibat efek obat-obatan COVID-19, atau serangan virus corona pada organ hati. Suplemen yang berasal dari curcumin dan silymarin telah diteliti dapat mencegah dan mengurangi terjadinya cedera lever pasien COVID-19.

Hati merupakan organ dalam yang terbesar – berat sekitar 1-2,3 kg – terletak di bawah diafragma, perut kanan sedikit ke atas. Dilindungi oleh tulang iga. Lever punya banyak fungsi di antaranya melindungi dari infeksi, memroses nutrisi menjadi energi, detoksifikasi senyawa berbahaya, hingga mengontrol hormon.

Dr. dr. Isnin Anang M, SpP(K), Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pusat, menjelaskan dalam proses detokfikasi, racun diubah menjadi senyawa yang kurang berbahaya melalui proses oksidasi, reduksi dan hidrolisis.

Senyawa tersebut kemudian akan berkaitan dengan senyawa lain, seperti cysteine, dan kemudian dikeluarkan dari tubuh lewat feses atau urin.

Itu adalah dalam kondisi normal. Tetapi kondisi medis, seperti tuberculosis (TB), perlemakan hati (baik non alkohol atau karena alkohol) dan hepatitis, bisa mempengaruhi fungsi lever.

“Saat ini yang terbaru adalah diketahui infeksi virus corona juga bisa berdampak ke lever. Virus corona masuk ke dalam sel-sel tubuh dengan berikatan dengan reseptor ACE2 yang terdapat di organ tersebut, terang dr. Isnin, dalam webinar apoteker berjudul Pencegahan Drug-Induced Liver Injury Pada Pasien TB & COVID-19, Rabu (24/3/2021).

Ditunjukkan dengan peningkatan enzim transaminase (SGPT dan SGOT) dan bilirubin di hati. Transaminase adalah enzim yang mengkatalis reaksi perubahan asam amino menjadi asam amino lain. Sementara bilirubin merupakan zat yang terbentuk secara normal dari proses penguraian sel darah merah.

Dr. Isnin – yang juga staf pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR-RSU Dr Soetomo -menjelaskan dalam profil lab, ditunjukkan dengan peningatan ALT (alanine aminotransferase atau SGPT), AST (aspartat aminotransferase / SGOT), bilirubin, ferritin, dll, yang menandakan adanya kerusakan hati.

Berbagai penelitian menunjukkan adanya cedera lever pada pasien COVID-19. Riset Arentz, dkk., di AS menunjukan 14,7% pasien COVID-19 mengalami cedera lever akut. Sementara studi di China oleh Chen, et al, menunjukkan adanya kenaikan kadar ALT dan AST pada pasien COVID-19 yang meninggal, serta naiknya risiko kematian hingga 76,9% pada pasien dengan cedera lever akut.

Lantas bagaimana mencegah cedera hati, pada pasien COVID-19? Antara lain menggunakan suplemen yang bersifat hepatoprotektor.

Hepatoprotektor merupakan zat yang melindungi hati dari efek merugikan dari dalam atau luar tubuh dengan mengurangi efek inflamasi (peradangan) dan progresi penyakit.

Dr. Isnin menjelaskan banyak suplemen hepatoprotektor berasal ekstrak tanaman tertentu seperti kurkumin, silymarin, grapefruit (jeruk bali), anggur hingga chamomile.

Silymarin 

Senada dengan dr. Isnin, Dr. dr. Supriono, SpPD-KGEH, dari RS Persada Hospital di Malang, menjelaskan senyawa aktif dari ekstrak silymarin memiliki efek antioksidan, anti-inflamasi, menurunkan trigliserida dan anti-fibrosis (pembentukan jaringan parut di hati).

Tanaman yang disebut juga milk thistle ini akan menstimulasi regenerasi sel dan stabilisasi membran sel, sehingga mencegah agen perusak hati memasuki sel hati.

“Dalam penelitian terlihat suplementasi baik silymarin dan vitamin E dapat menurunkan kadar ALT dan AST pada pasien perlemakan hati non alkohol (salah satu jenis cedera hati). Tetapi silymarin menurunkan AST lebih signifikan dibandingkan dengan vitamin E,” terang dr. Supriono.

Demikian juga manfaat ekstrak silymarin untuk pengobatan hepatitis C kronis, mereka yang mendapatkan silymarin (650mg/hari) selama 6 bulan, mengalami perbaikan kadar enzim hati, fibrosis dan kualitas hidup.

Kurkumin

Ini merupakan senyawa aktif pada kunyit dan temulawak. Dalam publikasi di The Liver International Journal disebutkan, temulawak mampu memperlambat atau mencegah terjadinya sirosis (tahap lanjut kerusakan hati sebelum berkembang menjadi kanker).

Kurkumin mengurangi stres oksidasi hati, dengan cara mengontrol TGF-beta (transforming growth factor –beta). Ini adalah penanda kerusakan hati yang berisiko menyebabkan sirosis.

Dalam penelitian di RSUD Dr. Sutomo, Surabaya, temulawak yang diberikan pada 30 pasien penyakit hati kronis dengan dosis 3x1 selama 12 minggu, menunjukkan penurunan SGPT 70%, SGOT 82%, ALP 76%, GGT dan bilirubin total 100%.

“Suplementasi jangka pendek kurkumin memperbaiki hasil pemeriksaan USG perlemakan hati non alkohol dan menurunkan enzim hati,” tutur dr. Supriono.

Vitamin E

Dari meta-analisa terbaru (tahun 2020) oleh Abdel-Maboud, dkk., diketahui vitamin E mempunyai efek menurunkan kadar ALT dan AST secara signifikan setelah penggunaan 6 bulan. Serta menurunkan tingkat fibrosis secara signifikan setelah 24 bulan.

Dr. Supriono menambahkan, “Kurkumin, silymarin dan vitamin E dapat menjadi terapi alternatif untuk membantu memperbaiki fungsi hati dan mencegah terjadinya fibrosis pada penyakit hati kronik.”

Pemberian suplemen yang bersifat hepatoprotektor dapat membantu mencegah cedera hati pada pasien COVID-19, melalui efek antioksidan, anti-inflamasi dan antivirusnya. (jie)

________________________________________________________

Ilustrasi: People photo created by yanalya - www.freepik.com