penderita sakit kronis rawan alami stres

Penderita Sakit Kronis Rawan Alami Stres, Bagaimana Ashwaganda Mengatasi Keduanya?

Tahukah Anda bila penderita sakit kronis, seperti sakit jantung, diabetes hipertensi, obesitas, artritis atau kanker lebih rentan alami stres dan gangguan mental lainnya?

Sangat wajar merasa sedih setelah mengalami serangan jantung, didiagnosa kanker atau saat mencoba mengatasi kondisi sakit kronis. Pasien mungkin sulit beradaptasi dengan kenyataan baru dan untuk mengatasi perubahan atau perawatan yang berkelanjutan.

Diabetes, misalnya menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) mencatat penderita diabetes 2-3 kali lebih rentan terhadap depresi, dibanding non-diabetes. Dan hanya 25-50% penderita diabetes dengan depresi yang terdiagnosa dan mendapat perawatan.

Ada yang disebut “the mind-body connection”, di mana pikiran, perasaan, kepercayaan dan perilaku kita bisa mempengaruhi seberapa sehat tubuh kita. Penderita depresi juga mengalami kenaikan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, stroke, nyeri dan Alzheimer.

Penyebabnya, pada orang depresi terjadi perubahan beberapa sistem dan fungsi tubuh yang berbeda, yang berdampak pada kesehatan fisik, menurut National Institute of Mental Health.

Itu termasuk peningkatan peradangan, perubahan kontrol sirkulasi darah dan detak jantung, serta kelainan hormon stres dan perubahan metabolisme.

Kesehatan mental yang tidak diobati dapat memperburuk penyakit kronis, seperti diabetes, dan masalah-masalah diabetes dapat memperburuk kesehatan mental. Jadi ini seperti “lingkaran setan”. Tetapi untungnya jika salah satu menjadi lebih baik, yang lain cenderung membaik pula.

Menurut Mayo Clinic, Salah satu rumah sakit terbaik di dunia, gejala stress dapat terlihat pada keluhan fisik pada tubuh seperti : sakit kepala, sakit otot, keluhan lambung (sakit perut). Kelelahan dan ganguan tidur. Gejala stress juga bisa dilihat pada mood, berupa keluhan kecemasan, kegelisahan, mudah marah, depresi, murung dan kurang motivasi atau gejala pada kebiasaan nafsu makan yang kurang atau berlebih, emosi yang meledak-ledak, kecanduan alkohol, kecanduan rokok, mengucilkan diri dan kurang olahraga9.

Benzodiazepine tingkatkan risiko bunuh diri

Dari sisi kesehatan jiwa, terapi yang dilakukan bersifat holistik. Melibatkan perbaikan kualitas hidup mencakup, cukup istirahat, aktivitas fisik/olahraga, makan sehat, relaksasi/meditasi, hingga terapi obat.

Benzodiazepine merupakan obat yang biasa diresepkan untuk masalah depresi, cemas, dll. Tetapi obat ini memiliki keterbatasan dan risiko yang sudah diketahui.

Wagner C, et al, menjelaskan ada risiko ketergantungan terjadi dalam beberapa minggu, 28% mengalami withdrawal symptoms dan 21% kambuh kembali menggunakan terapi obat.

Yang lebih mengejutkan adalah terapi benzodiazepine justru meningkatkan dua kali risiko perilaku bunuh diri.

Ashwagandha

Dalam ranah pengobatan alami, ashwagandha (Withania somnifera) bisa dikatakan sebagai tanaman paling penting dalam terapi Ayurveda (pengobatan tradisional India). Mereka memakai ashwagandha sebagai pereda stres, meningkatkan level energi dan konsentrasi.

Penelitian ilmiah modern menemukan setidaknya ada lima manfaat ashwaganda yang berhubungan dengan kesehatan mental dan penyakit kronis.

1. Mengurangi stres dan kecemasan

Tanaman ini dikategorikan sebagai adaptogen, senyawa yang membantu tubuh mengatasi stres.

Riset melibatkan 58 partisipan, mereka mendapatkan 250 atau 600 mg ekstrak ashwaganda, selama 8 minggu. Terlihat penurunan kadar hormon stres (kortisol) dan stres yang dirasakan, dibandingkan mereka yang menggunakan plasebo. Studi ini dipublikasikan di jurnal Cureus 2019.

2. Meningkatkan kualitas tidur

Langade, dkk, memberikan 300 mg ekstrak ashwagandha pada 60 penderita insomnia selama 10 minggu. Penelitian ini membuktikan bila ekstrak ashwaganda meningkatkan kualitas tidur dan kecepatan waktu tidur pada pasien insomnia.    

3. Menurunkan gula darah

Konsumsi ashwaganda ternyata juga bermanfaat untuk penderita diabetes. Sebuah reviu dari 24 penelitian, menyatakan bila ashwaganda signifikan menurunkan gula darah, HbA1c (kadar gula darah rata-rata dalam 3 bulan), insulin, lemak darah dan penanda stres oksidasi.

4. Mengurangi inflamasi

Peneliti menemukan bahwa senyawa withaferin A (WA) dalam ashwagandha menargetkan jalur inflamasi dalam tubuh, termasuk molekul sinyal yang disebut nuclear factor kappa B (NF-κB) dan nuclear factor erythroid 2 (Nrf2). Ini menyebabkan penurunan inflamasi di dalam tubuh.

5. Memperbaiki fungsi otak

Reviu terhadap 5 studi klinis yang dilakukan Qin Xian Ng, dkk, menunjukkan bila ashwagandha bisa memperbaiki fungsi kognitif pada lansia dan penderita skizofrenia.

Mereka mendapatkan perbaikan fungsi eksekutif (misalnya pengambilan keputusan), pemusatan perhatian, waktu reaksi dan peforma dalam tes kognisi. 

Sebagai catatan, ashwagandha dianggap relatif aman bagi kebanyakan orang. Namun, ini tidak sesuai untuk semua orang, misalnya ibu hamil, sakit autoimun, atau sedang dalam pengobatan benzodiazepine. (jie)

_______________________________________________

Ilustrasi: Gerd Altmann dari Pixabay