Pemanis buatan berbahaya bagi bakteri usus | OTC Digest

Pemanis buatan berbahaya bagi bakteri usus

Penambahan pemanis buatan memiliki tujuan baik, yakni untuk mengurangi penggunaan gula tebu yang tinggi kalori. Namun penelitian terbaru membuktikan konsumsi pemanis buatan ternyata meracuni bakteri di usus.

Dalam riset yang dilakukan peneliti dari Ben-Gurion University of the Negev (BGU) di Israel dan Nanyang Technological University di Singapura diketahui bahwa pemanis buatan bisa bersifat racun bagi bakteri di usus. Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Molecules (2018) dan disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration), semacam BPOM di Amerika Serikat.

Studi kolaborasi ini menguji enam pemanis buatan (aspartame, sucralose, saccharine, neotame, advantame dan acesulfame potassium-K) dan 10 suplemen minuman olahraga yang mengandung pemanis buatan tersebut.  Bakteri yang berada dalam sistem pencernaan menjadi beracun ketika terkena konsentrasi hanya satu mg/ml dari pemanis buatan tersebut.

“Kami memodifikasi bakteri E.coli, yang dibuat akan memancarkan cahaya ketika mereka mendeteksi zat racun dan bertindak sebagai contoh model penginderaan sistem mikrobial yang kompleks,” ujar Prof. Ariel Kushmaro, salah satu peneliti yang juga anggota dari the Ilse Katz Institute for Nanoscale Science and Technology di Negev, Israel.

Dilansir dari sciencedaily.com, Prof. Kushmaro menambahkan, hal tersebut memberikan bukti lanjutan bahwa konsumsi pemanis buatan bisa memberi efek yang kebalikan bagi aktivitas mikroba yang bisa menyebabkan masalah kesehatan ke depannya.

Sebagaimana diketahui, di dalam usus hidup berjuta-juta bakteri dalam ekosistem yang seimbang (antara bakteri baik atau probiotik dengan bakteri patogen). 80% imunitas tubuh diproduksi di dalam usus, yang didukung oleh bakteri probiotik. Dalam kondisi tertentu, misalnya saat sakit atau mengonsumsi antibiotik yang tidak pada tempatnya, bisa mengganggu keseimbangan mikroba usus dan berdampak pada sistem imunitas tubuh.

Pemanis buatan didistribusikan dan dipakai secara global di seluruh dunia dalam berbagai produk makanan dan minuman untuk mengurangi penggunaan gula tebu. Banyak konsumen tidak sadar sudah mengonsumsi pemanis buatan. Di satu sisi, pemanis buatan juga telah dianggap sebagai bahan pencemar lingkungan, karena bisa ditemukan dalam air di permukaan dan air tanah.

“Hasil penelitian ini bisa membantu untuk memahami toksisitas dari pemanis buatan dan potensi efek negatifnya pada mikroba usus dan lingkungannya,” imbuh Prof. Kushmaro. (jie)