Silence Disease | OTC Digest

Osteoporosis, si "Silent Disease"

Perempuan lebih berisiko kepadatan dan kekuatan tulangnya menurun. Laki-laki memiliki massa tulang yang lebih besar, sedangkan massa tulang perempuan lebih kecil. Hamil dan  menyusui menguras cadangan kalsium dalam tulang. Osteoporosis primer atau keropos tulang karena penurunan hormon, terjadi pada 1 dari 3 perempuan  dan 1 dari 5 pria >50 tahun. Risiko meningkat seiring pertambahan usia. Kasus osteoporosis sekunder karena penyakit seperti rematoid kronik, radang sendi dll, bisa menyerang usia yang lebih muda.

Menurut Kementrian Kesehatan (2005), 2 dari 5 penduduk Indonesia berisiko osteoporosis.  Risiko karena naiknya usia harapan hidup (67 tahun, 2005). Juga karena kurang asupan kalsium dan kurang gerak.  Kata dr. Nicolaas, osteoporosis adalah silence disease, penyakit diam-diam. Tanpa gejala tahu-tahu tulang patah, hancur, atau tubuh tambah pendek.  Patah tulang akibat osteoporosis kerap terjadi di tulang belakang dan panggul,  menyebabkan nyeri menahun dan kecacatan. Pergelangan tangan juga rawan patah. .

Penelitian pada laki-laki dan perempuan Indonesia usia 35-55 tahun (2012-2013), konsumsi susu tinggi kalsium 2x/hari dapat menurunkan pengambilan kalsium dari tulang dan membantu mempertahankan kalsium tulang. Konsumsi susu yang diperkaya kalsium dan vitamin D selama 2 minggu, dapat menurunkan plasma C-telepeptide of type 1 collagen (CTX), sebuah penanda pelepasan mineral (kalsium) tulang. Berarti risiko osteoporosis turun.

Aktif bergerak bisa jalan kaki, berenang, bersepeda atau naik turun tangga.  Dr. Ade Jeanne D. L. Tobing, Sp.KO (spesialis kedokteran olahraga) menyatakan, senam osteoporosis 14 minggu pada perempuan usia 25-35 tahun membuat kekuatan dan kepadatan tulang meningkat signifikan. (jie)

Baca juga: Kita Perlu “Nabung” Tulang

 


<a href="http://www.freepik.com">Designed by brgfx / Freepik</a>