Mana Yang Lebih Berbahaya, Lemak di Daging atau Cokelat? | OTC Digest

Mana Yang Lebih Berbahaya, Lemak di Daging atau Cokelat?

Secangkir cokelat manis di sore hari, atau sebatang cokelat saat mood sedang buruk mampu memperbaiki suasana hati. Diakui bahwa cokelat adalah makanan / minuman yang kaya nutrisi dan tinggi antioksidan. Tetapi di satu sisi, mengandung lemak jenuh seperti halnya daging.

Sebagaimana diketahui lemak jenuh jika dikonsumsi terlalu banyak berisiko menyebabkan arterosklerosis (penumpukan plak di pembuluh darah), yang adalah cikal bakal penyakit jantung serta stroke.

Ternyata menurut penelitian lemak jenuh di cokelat tidaklah seburuk pada daging. Menurut dr. Alice Lichtenstein, direktur dari Cardiovascular Nutrition Laboratory di Tufts University, Amerika Serikat, lemak tersebut berasal dari cocoa butter dan terdiri dari asam palmitat, stearat dan asam lenoleat (lemak tak jenuh tunggal yang juga ditemukan pada minyak zaitun).

Asam stearat dan palmitat merupakan jenis lemak jenuh, namun asam stearat tidak menaikkan kadar kolesterol. Dan, kadar asam palmitat hanya sepertiga dari total lemak dalam cokelat. Sebagai perbandingan, daging sapi mengandung lebih banyak lemak palmitat.

Diketahui pula bahwa biji kakao (cokelat) kaya flavonoid, ini adalah antioksidan yang mampu melawan radikal bebas dalam tubuh. Flavonoid pada biji kakao disebut flavanol. Beberapa manfaatnya  adalah menurunkan tekanan darah, meningkatkan sirkulasi darah di otak dan jantung. Serta membuat platelet (keping darah) tidak mudah menggumpal.

Sebuah penelitian – disponsori oleh produsen permen cokelat Mars – menyatakan, orang dewasa yang mengonsumsi minuman tinggi flavonol selama tiga bulan memiliki nilai memory test yang lebih baik, dibandingkan yang mendapatkan minuman dengan kadar flavanol rendah.

Tetapi di satu sisi, dilansir dari nytimes.com, dr. Alice menegaskan untuk tidak menganggap cokelat sebagai makanan / minuman sehat. Manfaat flavanoid juga bisa didapat dari tanaman lain, “Cokelat adalah makanan/minuman tinggi kalori,” katanya.

Dalam sebuah tes memory, dr Alice mencontohkan, partisipan harus yang mengonsumsi setara 300 gram cokelat hitam sehari, yang mengandung cukup kalori untuk satu hari. Satu porsi (3 batang cokelat, 30 gram) cokelat hitam dengan 70% kakao, mengandung 170 kalori, 12 gram lemak (7 gram lemak jenuh).

Artinya partisipan harus mengonsumsi sekitar 1700 kalori per hari. Sementara secara umum asupan rata-rata kalori harian adalah 2.500 kalori (pria dewasa) dan 2.000 kalori (wanita).

“Tidak mungkin seseorang dapat mengonsumsi cukup cokelat hitam secara teratur untuk mengambil manfaat biologisnya dan masih menerapkan diet yang memadai,” terang dr. Alice.

Ia menyayangkan jika seseorang memilih mengonsumsi cokelat hitam dibandingkan cokelat putih karena menganggap cokelat hitam lebih sehat. “Saya kira kita tidak memiliki bukti yang cukup tentang hal tersebut. Jika seseorang ingin menikmati cokelat (apapun jenisnya), sebaiknya konsumsi dalam jumlah sedikit hingga sedang,” tutup dr. Alice. (jie)