kuala lumpur lockdown karena meningkatnya jumlah covid-19

Kuala Lumpur Bagai Kota Mati, Virus Mengikuti Orang

Kuala Lumpur, Ibukota Malaysia, bagai kota mati. Hampir tidak terlihat ada orang berlalu lalang. Jumlah kendaraan di jalan raya turun sampai 70-80 persen.  Di sejumlah ruas jalan, menurut keterangan Direktur Lalu Lintas Bukit Aman seperti dilaporkan Malay Mail, pergerakan lalu lintas bahkan turun sampai 90 persen. Situasi ini terjadi setelah pihak berwenang Malaysia memberlakuan lockdown selama dua minggu,  mulai 1 - 14 Juni 2021.  Kebijakan lockdown dikeluarkan pemerintah, setelah terjadi lonjakan kasus Covid-19 setelah Lebaran.

Dilaporkan, terjadi 103 kematian baru akibat Covid-19 pada hari Kamis, 3 Juni 2021. Ini hari kedua di mana korban meninggal akibat virus itu, berada di atas 100 orang. Banyaknya kematian baru, menjadikan jumlah kematian akibat Covid-19 total di negeri ini menjadi 3.096 kasus.

Penelitian yang dilakukan Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan Universitas Washington memprediksi, tingkat kematian di Malaysia dapat mencapai 200 kasus/hari menjelang akhir Agustus. Dan pada September nanti,  angka kematian dapat menyentuh angka 26.000. ‘Ini bukan sesuatu yang mustahil,” ungkap Menteri Kesehatan Malaysia Dr. Adham Baba di Rumah Sakit Canselor Tuanku Muhriz Universiti Kebangsaan Malaysia. Update saat ini, jumlah kasus Covid-19 di Malaysia 595.374 dan korban meninggal 3.096 orang.

Menurut Dr. Adham, lonjakan kasus 60 persen terkait pergerakan orang dan 40 persen berhubungan dengan klaster. “Virus itu mengikuti orang. Orang pindah, virusnya ikut pindah,” ujarnya. Aktivitas selama dan sesudah bulan Ramadhan, serta aktivitas lain di berbagai sector, menjadi penyebab munculnya klaster komunitas. 

Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menyatakan, selama lockdown, layanan penting tetap diizinkan. Sejumlah pabrik dibenarkan untuk terus beroperasi, namun dengan jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit. Selama lockdown, 1 – 14 Juni 2021, petugas  melakukan pemeriksaan di persimpangan jalan sekitar Kuala Lumpur. Ini dilakukan agar gelombang infeksi Covid-19 terkendali. Yang dikuatirkan, situasi bisa lebih parah karena varian Covid-19 sangat menular.

Worldometers Jumat 4 Juni 2021 melansir, Covid-19 telah menginfeksi 172.871.402 orang di seluruh dunia. Sebanyak 155.583.773 orang dinyatakan sembuh, 3.715.663 orang meninggal. Posisi pertama dari lima negara dengan kasus infeksi tertinggi diduduki Amerika Serikat (34.169.980 kasus, 28.021.841 sembuh, 611.543 meninggal). Posisi kedua India (28.572.359 kasus, 26.588.808 sembuh, 340.719 meninggal). Ketiga Brasil (16.803.472 kasus, 15.228.983 sembuh, 469.388 meninggal). Keempat Perancis (5.694.076 kasus, 5.378.370 sembuh, 109.857 meninggal). Krelima Turki (5.270.299 kasus, 5.139.993 sembuh, 47.882 meninggal).

Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia saat ini 1.837.126 orang, terhitung sejak pasien pertama 2 Maret 2020. Dari jumlah tersebut, pasien yang dinyatakan sembuh 1.691.593 orang dan 51.095 orang meninggal.

 Kasus Covid-19 diperkirakan akan naik sampai akhir Juni 2021 nanti. Sebagai antisipasi, Menteri Kesehatan Budi Sadikin telah mempersiapkan 72.000 tempat tidur di sejumlah rumah sakit rujukan pasien Covid-19, lengkap dengan obat-obatan dan perlengkapan lain yang diperlukan.

Menteri Keuangan Malaysia memperingatkan, akibat lockdown pertumbuhan ekonomi Malaysia tahun ini yang sebesar 6% -7,5% harus direvisi (turun). Hampir semua Negara, termasuk Indonesia, juga memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini turun. Kuartal pertama 2021, perumbuhasn ekonomi Indonesia minus 0,74%. Namun Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan ekonomi tahun 2021 tumbuh di kisaran 4,1% - 5,1%. “Kami perlu memantau, game changer Covid-19 merupakan penentu pemulihan ekonomi,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, akhir Mei lalu. (sur)

_________________________________________

Ilustrasi: NickyPe from Pixabay