Koumponophobia phobia terhadap kancing baju
Koumponophobia phobia terhadap kancing baju

Koumpounophobia Ketakutan Melihat Kancing Baju, Ada Tiga Jenis Phobia dan Terapinya

Pendiri Apple Steve Jobs pantang memakai baju berkancing, di mana pun dan pada kesempatan apa pun. Jobs, menurut istiah medis, mengalami apa yang disebut koumpounophobia. Phobia seperti ini tidak hanya dialami oleh Jobs, yang kini sudah meninggal. Phobia serupa dialami Louisa Francis, ibu satu anak asal Newcastle, Inggris. Di usia 7 tahun, ketika melihat temannya memainkan kancing baju, Louisa berlari ketakutan.

Phobia atau ketakutan berlebihan terhadap sesuatu, bisa menyebabkan penderitanya merasa gelisah dan ketakutan. Louisa tidak bisa bersikap biasa saat berada di dekat orang yang memakai baju dengan banyak kancing. Ia akan mencoba menjauh atau menghindar. Sekali waktu, ia sampai berteriak histeris karena merasa sangat ketakutan melihat deretan kancing baju yang dikenakan

Luisa selalu menghindari baju berkancing. Ia memilih pakaian yang memakai ritsleting. Untuk anak perempuannya, ia pilihkan pakaian yang tidak ada kancingnya, meski sang anak tidak punya phobia kancing baju seperti dirinya. Ia hanya menghindari agar tidak bersentuhan dengan kancing baju, saat mencuci dan menyeterika.

"Saya sadar, ini tidak masuk akal. Kancing baju tidak bisa bergerak dan tidak akan melukai saya. Tapi bentuk dan teksturnya selalu menakutkan saya," kata Luoisa.

Bila karena tanpa sengaja bersentuhan dengan kancing baju, ia akan panik. Setelah itu, ia akan mencuci tangannya beberapa kali, untuk memastikan bekasnya hilang dari permukaan kulitnya.

Rasa takut berlebihan terhadap kancing baju, untungnya tidak berlaku pada kancing yang terbuat dari logam seperti pada celana jins atau denim. Luoisa hanya phobia pada kancing baju yang bertekstur licin dan mengkilap.

Tiga jenis phobia

  1. Phobia spesifik. Menurut Medical News Today, ini jenis ketakutan atau kecemasan berlebihan terhadap objek maupun situasi tertentu. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) menggolongkan phobia spesifik menjadi tipe objek: hewan (laba-laba, anjing, ular), lingkungan alami (badai, air, ketinggian), melihat darah atau jarum suntik. Tipe situasional, misalnya cemas saat naik transportasi udara dan merasa takut saat berada di ruang tertutup.
  2. Phobia sosial. Takut dan merasa cemas ketika berinteraksi dengan orang banyak. Situs web Mindmenyebutkan, orang dengan phobia sosial sulit memulai percakapan, berbicara di depan umum, bahkan saat bertelepon. Takut menghadapi mereka yang punya otoritas, seperti dokter atau polisi. Enggan untuk bepergian atau makan dan minum di depan orang lain.
  3. Agoraphobia. Mengutip web Mental Health, phobia ini berupa rasa takut atau cemas berada di keramaian atau tempat yang sulit untuk menyelamatkan diri. Misalnya cemas berada di tengah orang banyak, di lift, saat naik mobil, kereta api atau pesawat. Pada kasus ekstrim, merasa ketakutan saat meninggalkan rumah.

Terapi phobia

Penderita phobia dapat menjalani psikoterapi. Yaitu terapi yang berhubungan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. 

  1. Exposure therapyUntuk membantu mengubah sudut pandang penderita phobia. Penderita phobia dilatih untuk mengatasi rasa takut yang muncul secara bertahap. Secara perlahan penderita diharapkan dapat mengendalikan perasaan takutnya.
  2. Cognitive behavioral therapy (CBT). Menggabungkan exposure therapy dengan terapi lain. CBT dilakukan untuk membantu penderita phobia agar dapat mengatasi rasa takut terhadap objek atau situasi tertentu. Terapi ini fokus pada upaya pengendalian pikiran dan perasaan penderita, sehingga bisa lebih mengatasi rasa takutnya.
  3. Obat-obatan. Dokter dapat memberikan obat beta-blocker dan antidepresan. Beta-blocker bekerja menghalangi adrenalin, yang menstimulasi kerja tubuh saat menghadapi objek atau situasi yang ditakuti. Obat antidepresan untuk mengendalikan hormon serotonin dalam tubuh dan mencegah depresi. (sur)