Jangan Bingung, Ini Bedanya Hipoksia dengan Hipoksemia
bedanya_hipoksia_dengan_hipoksemia

Jangan Bingung, Ini Bedanya Hipoksia dengan Hipoksemia

Oksimeter dan oksigen dalam tabung jadi rebutan akhir-akhir ini, menyusul gelombang kedua COVID-19 di Tanah Air, yang demikian dahsyat. Hipoksia menjadi momok yang sangat menakutkan, yang ditandai dengan rendahnya saturasi oksigen. Selain hipoksia, ada pula yang disebut hipoksemia. Apa bedanya hipoksia dengan hipoksemia ya? Jangan bingung dulu, yuk simak penjelasannya.

Hipoksia maupun hipoksemia adalah kondisi serius, yang bisa berakibat fatal. Sekilas, keduanya terdengar dan tampak mirip, tapi sebenarnya tidak sama. Namun kadang, istilah hipoksia digunakan untuk menyebut kedua kondisi ini.

 

Bedanya Hipoksia dengan Hipoksemia

Perlu cermat untuk memahami bedanya hipoksia dengan hipoksemia. Hipoksemia adalah rendahnya kadar oksigen dalam darah. Ketika darah tidak membawa cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh, terjadilah hipoksia, atau rendahnya kadar oksigen dalam jaringan.

Dengan kata lain, hipoksemia bisa menyebabkan hipoksia. Hipoksia bisa disebabkan oleh hipoksemia, bisa pula disebabkan oleh rendahnya suplai darah ke jaringan. Sebaliknya, hipoksia juga bisa menyebabkan hipoksemia, bila oksigen di lingkungan sekitar rendah atau tidak ada, misalnya di ketinggian, atau saat tenggelam.

 

Diagnosis

Oksimeter adalah alat yang paling sederhana, mudah, dan murah untuk mendiagnosis hipoksia maupun hipoksemia. Nilai SpO2 antara 95% - 100% pada oksimeter menunjukkan kadar oksigen normal. Disebut rendah bila nilainya 92% ke bawah. Idealnya, oksigen mulai diberikan. Waspada bila nilainya makin rendah. Di angka 80% - 85%, otak mulai terdampak. Sianosis (kebiruan pada kulit) bisa terjadi ketika SpO2 menyentuh 65%.

Oksigen sangatlah krusial bagi tubuh. Organ dan jaringan tubuh tidak akan bisa berfungsi optimal bila kekurangan oksigen. Yang paling dikhawatirkan tentu saja otak; juga jantung, yang bertugas memompa darah. Itu sebabnya, oksigen harus segera diberikan bila oksimeter menunjukkan saturasi oksigen 92% atau kurang.

 

Kenali Gejalanya

Hipoksia dan hipoksemia bisa berlangung akut, bisa pula kronis. Pada kondisi akut, gejalanya antara lain napas pendek, napas cepat, dan denyut jantung cepat. Adapun mengi (napas berbunyi menciut-ciut), berkeringat, dan batuk, bisa menjadi gejala hipoksia dan hipoksemia akut maupun kronis. Gejala berat ketika hipoksia sudah mengenai otak yakni: kebingungan, tidak mampu berkomunikasi, koma, dan bisa berujung pada kematian.

Bagaimana gejalanya pada anak? Pada dasarnya mirip dengan di atas, dan bisa ada gejala-gejala lain. Misalnya lesu, rewel atau cranky, gelisah, perhatian berkurang, dan duduk dengan tubuh condong ke depan untuk meningkatkan pernapasan melalui diafragma. Anak yang memiliki epiglottitis (peradangan pada tulang rawan yang menutupi tenggorokan) dan penyempitan jalan udara, bisa meneteskan liur, dan bernapas melalui mulut. (nid)

___________________________________________

Ilustrasi: Bus photo created by rawpixel.com - www.freepik.com