Hati-hati, Mahkota Dewa Herbal Penurun Kolesterol yang Juga Beracun | OTC Digest

Hati-hati, Mahkota Dewa Herbal Penurun Kolesterol yang Juga Beracun

Ibarat makan buah simalakama; dimakan ibu mati, tidak dimakan bapak mati. Buah simalakama selain dapat menyembuhkan, juga beracun. Simalakama adalah nama lain dari mahkota dewa (Phaleria macrocarpa).  

Salah satu manfaat tanaman mahkota dewa yang sudah diteliti adalah kemampuannya menurunkan kolesterol. Berdasar penelitian Tri Dewanti W, Siti Narsitoh Wulan dan Indira Nur C, mengenai aktivitas antioksidan dan antibakteri produk kering, instan dan effervescent mahkota dewa, buah ini signifikan mengandung antioksidan.

Penelitian menunjukkan, mahkota dewa tinggi kandungan flavonoidnya (zat antioksidan).  Flavonoid bekerja mengurangi ion metal, sehingga menurunkan kemampuannya dalam menghasilkan radikal bebas. Ada pun kandungan zat asam galiknya, mempengaruhi kerja reseptor LDL  (kolesterol jahat) yang akhirnya menurunkan jumlah plasma kolesterol dalam sel.

LDL kolesterol merupakan komponen kolesterol yang kurang stabil dan rentan teroksidasi. Saat LDL teroksidasi akan mencetuskan proses aterosklerosis (pengerasan /penumpukan plak) di pembuluh darah, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Flavonoid pada mahkota dewa mencegah oksidasi terjadi. Itu sebabnya, mahkota dewa dapat digunakan sebagai herbal penurun kolesretol.

Flavonoid juga dikenal sebagai zat anti radang dan mengurangi rasa sakit, saat terjadi pembengkakan atau perdarahan. Dari penelitian Middleton, dkk., tahun 2000 diketahui bahwa flavonoid pada mahkota dewa memiliki efek antipenuaan.

Mengandung racun

Yang membuat “ibu mati” pada buah mahkota dewa adalah bijinya. Perlu hati-hati saat daging buahnya diiris, jangan sampai bijinya ikut teriris.  Memanfaatkan mahkota dewa – seperti obat atau herbal pada umumnya – harus dengan dosis yan g tepat. 

Menurut Ning Harmanto, yang mengembangkan obat herbal berbasis mahkota dewa dan menulis buku “Menaklukkan Penyakit Bersama Mahkota Dewa”, reaksi orang per orang bisa berbeda saat memanfaatkan herbal ini.  

Awalnya cukup dengan dosis kecil dan ditingkatkan sampai dosis maksimal.  Jika timbul reaksi disarankan, pertama segera minum susu ditambah jahe dan gula merah (penambahan jahe tidak disarankan bagi penderita hipertensi). Kedua, minum teh jahe manis hangat. Ketiga, banyak minum air putih.

Di pasaran, herbal mahkota dewa tersedia dalam bentuk kapsul atau racikan. Pasien yang mengonsumsi obat dokter, perlu jeda 1-2 jam baru mengonsumsi mahkota dewa dan obat herbal pada umumnya. (jie)