diet untuk penderita kanker, diet intermittent fasting
diet intermittent fasting untuk penderita kanker

Diet Untuk Penderita Kanker, Terbukti Kurangi Pertumbuhan Sel Kanker

Kita sudah mengetahui banyak konsumsi sayuran, buah-buahan, atau makanan tinggi antioksidan bermanfaat untuk mencegah kanker. Itu benar. Tetapi bagaimana dengan mereka yang sedang dalam terapi kanker, diet macam apa yang diperlukan? 

Dr. dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM, merekomendasikan intermittent fasting dan diet yang membatasi karbohidrat, sebagai diet untuk penderita kanker. 

“Segala macam diet intermittent fasting, ada kalanya berpuasa dan berbuka, dan spektrum diet yang membatasi karbo, sementara ini menurut penelitian cukup efektif untuk melawan kanker,” ujar dr. Andhika, melalui akun Instagramnya. 

“Dasarnya adalah pada sel kanker (terjadi) ketidakmampuan melakukan berkembang dengan baik, apabila terjadi kelumpuhan atau stop-nya pasokan bahan makanan secara tiba-tiba. Inilah yang dipakai sebagai salah satu pengobatan menggunakan intermittent fasting tadi.” 

Diet intermittent fasting adalah pola makan seperti saat puasa. Metode ini tidak mengatur makanan apa yang perlu dikonsumsi atau dikurangi, tetapi kapan Anda harus makan dan berhenti makan.

Metode ini kerap menganjurkan puasa makan selama 16 jam, tetapi waktunya dapat Anda tentukan sendiri. Anda sendiri juga yang menentukan kapan waktu untuk berpuasa dalam seminggu. 

Baca: Pola Diet Intermittent Fasting Mudah Dilakukan, Badan Sehat Langsing Bebas Penyakit

Sangat penting untuk berhati-hati saat melakukan diet ini dalam waktu lama. Puasa terus menerus akan memicu tubuh memasuki ‘mode kelaparan’, di mana tubuh mulai melambat untuk memperpanjang hidup. 

Sains di balik diet untuk penderita kanker

Sebelumnya riset pada binatang menunjukkan bahwa diet intermittent fasting bisa mengurangi perkembangan sel kanker. Caranya dengan menurunkan produksi glukosa, memicu sel punca untuk meregenerasi sistem kekebalan dan meningkatkan produksi sel pembunuh tumor. 

Riset pada manusia menunjukkan diet puasa aman dilakukan oleh penderita kanker, bisa meningkatkan efektivitas pengobatan kanker, seperti kemoterapi, imunoterapi dan terapi hormonal.

Studi yang diterbitkan di jurnal Cancer Discovery ini melibatkan 101 orang (73 wanita dan 28 pria) yang didiagnosa berbagai jenis kanker termasuk payudara, kolon, prostat, pankreas hingga limfoma.  

Peserta diminta melakukan diet puasa dalam dua fase. Pertama, diet rendah karbohidrat, kalori dan protein selama 5 hari. Kedua, diet rendah kalori tetapi boleh mengonsumsi makanan sehat apa saja setelah hari ke 16 – 23 pasca fase pertama.

Panjang siklus setiap orang didasarkan pada saat melakukan pengobatan kanker; mereka tidak melakukan diet fase pertama saat dalam masa terapi. Peserta diharuskan menyelesaikan diet ini hingga delapan siklus.  

Hasilnya, hanya 12,9% penderita kanker melaporkan efek samping ringan hingga sedang. Kelelahan adalah yang paling umum. Lainnya seperti gula darah rendah, pusing, mual, dan kadar enzim hati tinggi. 

Dalam analisa darah terlihat penurunan kadar gula darah (18,6%), kadar insulin (50,7%) dan kadar insulin-like growth factor (IGF-1) hingga 30,3%. 

Penelitian terdahulu telah membuktikan bila kadar gula darah dan insulin yang tinggi merupakan faktor risiko beberapa jenis kanker. IGF-1 adalah hormon yang membantu pertumbuhan sel, termasuk sel kanker. 

Para peneliti juga melaporkan bila bagian pertama fase diet ini mempengaruhi sistem kekebalan dari 22 partisipan penderita kanker payudara. 

“Efek samping ringan hingga sedang, sehingga diet puasa ini aman, bisa ditoleransi dan bisa dikombinasikan dengan terapi kanker seperti kemoterapi, imunoterapi dan hormonal terapi,” tulis peneliti. 

Seperti penjelasan dr. Andhika, diet untuk penderita kanker ini terbukti efektif mengurangi pertumbuhan sel kanker. (jie)