Diabetes dan Manfaat Probiotik Menurut Penelitian | OTC Digest

Diabetes dan Manfaat Probiotik Menurut Penelitian

Ada 11 patogenesis untuk hiperglikemia (kelainan gula darah tinggi) yang sudah ditemukan. Tidak hanya berkaitan dengan gangguan sekresi insulin dan resistansi insulin, tapi ternyata juga berhubungan dengan perubahan komposisi mikrobiota pada kolon. Tak heran bila makin banyak yang meneliti soal diabetes dan manfaat probiotik.

Diabetes, khususnya tipe 2 (DM2) adalah momok bagi masyarakat modern. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) 2021, ada 19,4 juta penyandang diabetes di Indonesia. Sebagai penyakit metabolik, diabetes bisa menyerang banyak sekali organ. “Komplikasi akibat diabetes membutuhkan banyak biaya, meningkatkan kematian dini, dan menurunkan kualitas hidup,” papar dr. Cornelia Wahyu Danawati, Ph.D Sp.PD-KEMD dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Ditegaskan oleh dr. Dana, angka-angka diabetes hanya menunjukkan puncak gunung es dari permasalahan yang ada. “Masih banyak yang belum terdiagnosis, masih ada prediabetes, atau mereka yang berisiko terhadap diabetes,” ujarnya, dalam webinar Kedokteran Keluarga bersama Yakult, Sabtu (11/12/2021).

Skrining prediabetes bisa dilakukan di tingkat layanan primer menggunakan Indonesian Prediabetes Risk Score (INA-PRISC). Ini adalah skor risiko prediabetes yang valid dan sederhana, dengan jangkauan skor 0-24, dan berisi 8 variabel demografi dan klinis. Meliputi umur, jenis kelamin, level edukasi, riwayat diabetes keluarga, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, BMI, dan hipertensi.

Pengelolaan Diabetes di Layanan Primer

“Prediabetes masih bisa dikembalikan menjadi normal,” ungkap Dr. dr. Wahyudi Istiono, M.Kes, Sp.KKLP dari UGM. Ia menegaskan pentingnya peranan kedokteran keluarga di layanan primer untuk mengelola prediabetes agar tidak berkembang menjadi diabetes, maupun mengelola diabetes agar mencapai target sehingga tidak timbul komplikasi.

Anamnesis gejala diabetes perlu dilakukan dengan detil. Antara lain dengan menanyakan apakah ada rasa haus yang berlebihan, penurunan berat badan (BB) tanpa sebab, kesemutan, kelelahan (fatigue) dan penurunan nafsu makan, luka yang sulit sembuh, gatal di daerah kemaluan, kulit kering, hingga kebiasaan makan dan olahraga, dan riwayat diabetes di keluarga.

Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan klinis dan laboratorium. “Termasuk pemeriksaan kaki, gula darah, lingkar perut, profil kimia darah, fungsi ginjal dan hati, serta HbA1c,” imbuh dr. Wahyudi. Dokter dan pasien perlu berkolaborasi dalam pengelolaan diabetes, agar target HbA1c <7% bisa tercapai.

Terapi tak hanya berupa farmakologi dengan obat-obatan, tapi juga non farmakologi untuk mengelola problem sosial yang muncul akibat diabetes. “Misalnya hobi olahraga dan pekerjaan yang jadi terganggu, kepatuhan berobat, selera makan, maupun penyakit yang muncul akibat diabetes,” tutur dr. Wahyudi.

Untuk itu, penting bagi dokter untuk mengedukasi pasien mengenai obat, mendorong pasien untuk membuat catatan medis sendiri agar bisa dibandingkan dengan catatan dokter, dan mendorong pasien untuk berinisiatif menjalani hidup lebih sehat.

Diabetes dan Manfaat Probiotik

Seperti telah disebutkan, hiperglikemia berhubungan dengan komposisi mikrobiota usus. “Mikrobiota usus telah dianggap sebagai super-organ. Probiotik dan prebiotik ditengarai sebagai mediator untuk menangani hiperglikemia,” papar dr. Dana.

Hal serupa disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, MS, Guru Besar bidang Mikrobiologi Pangan UGM. Prof. Trisye, begitu ia biasa disapa, menjelaskan bahwa terdapat perbedaan profil mikrobioma usus antara penyandang diabetes dengan orang sehat. “Umumnya, terjadi disbiosis pada orang obes dan penyandang diabetes,” jelasnya.

Disbiosis di usus bisa meningkatkan risiko terjadinya diabetes dalam berbagai cara. “Antara lain, disbiosis menimbulkan inflamasi sistemik, serta menurunkan kadar short chain fatty acid (SCFA) di usus. Kedua hal ini bisa memicu penurunan sensitivitas insulin,” papar Prof. Trisye. Disbiosis bisa melonggarkan permeabilitas usus, sehingga toksin di usus bisa masuk ke aliran darah. Inilah yang menimbulkan peradangan derajat rendah secara sistemik, yang berpotensi memicu diabetes.

Di sinilah probiotik berperan. “Pada dasarnya, probiotik menormalkan mikrobiota usus. Dari sini, terjadilah berbagai efek lain yang menguntungkan,” ujar Prof. Trisye. Berdasarkan penelitian, probiotik mampu mengurangi stres oksidatif, menghambat sitokin proinflamasi, meningkatkan produksi SCFA, memodulasi permeabilitas saluran cerna, serta memperbaiki kontrol glikemik dan sensitivitas insulin.

Beberapa studi mengenai diabetes dan manfaat probiotik, misalnya studi meta-analisis yang dilakukan oleh Ticia Kocsis, dkk (2020). Studi tersebut menganalisis 32 penelitian kontrol-acak, terkait manfaat probiotik terhadap kontrol metabolik pasien DM2. Disimpulkan bahwa suplementasi probiotik bermanfaat pada DM2, dan dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien DM 2 untuk mengatasi dislipidemia dan meningkatkan kontrol metabolik.

Adapun studi oleh Junko Sato, skk (2017). Studi ini melibatkan 70 pasien DM2 di Jepang, dan berlangsung selama 16 minggu. Mereka secara acak dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok probiotik diminta untuk meminum susu fermentasi dengan kandungan L. casei Shirota strain, sedangkan kelompok kontrol tidak meminum probiotik.

Di akhir studi, ditemukan bahwa total Lactobacillus di feses kelompok probiotik, jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Menariknya lagi, jumlah bakteri dalam darah pada kelompok probiotik, jauh lebih rendah ketimbang kelompok kontrol. “Ini membuktikan bahwa L. casei Shirota strain mampu memperbaiki permeabilitas usus, sehingga mencegah terjadinya translokasi bakteri dari usus ke aliran darah,” tutur Prof. Trisye.

Kandungan gula dalam minuman probiotik hanya 10 g, atau 1/5 dari total rekomendasi gula harian. Maka bila dibandingkan, manfaat yang didapat dari konsumsi minuman probiotik dengan L. casei Shirota strain sesungguhnya jauh lebih besar ketimbang kandungan gulanya. Agar asupan gula tidak berlebihan, tentu asupan gula dari makanan/minuman lain perlu dikurangi.

Hubungan antara diabetes dan manfaat probotik telah terbukti secara ilmiah. Untuk mendapatkan manfaatnya, probiotik perlu dikonsumsi secara rutin dan menjadi bagian dari pola hidup sehat. (nid)

________________________________________________________

Ilustrasi: Background photo created by xb100 - www.freepik.com