Ciri Tertentu pada Wajah bisa Menunjukkan Risiko Serangan Jantung
wajah_penyakit_jantung

Ciri Tertentu pada Wajah bisa Menunjukkan Risiko Penyakit Jantung, Mungkinkah Swafoto Mendeteksinya?

Mata adalah jendela hati, dan wajah adalah jendela jantung. Cukup mengejutkan, ternyata ciri tertentu pada wajah bisa menunjukkan risiko penyakit jantung. Hal ini terungkap melalui studi di Denmark pada 2012, yang melibatkan >10.000 orang.

Studi ini dimulai pada 1976, sebagai bagian dari Studi Populasi Umum Kopenhagen. Saat itu, partisipan studi yakni mereka yang berusia 20 tahun ke atas, menjalani pemeriksaan fisik untuk menilai tanda-tanda penuaan. Antara lain uban, keriput, kebotakan (botak atau penipisan rambut), lipatan daun telinga, serta deposit kolesterol pada kelopak mata dan kornea. Tak hanya itu, mereka juga menjalani pemeriksaan untuk berat badan (BB), kadar kolesterol, tekanan darah, kebiasaan merokok, serta kemungkinan penyakit seperti diabetes.

 

Ciri tertentu pada wajah bisa menunjukkan risiko penyakit jantung

Sekitar 35 tahun kemudian, peneliti studi melihat kembali rekam medis para partisipan. Dari sekitar 10.500 orang, sebanyak 3.401 di antaranya memiliki penyakit jantung, dan 1.708 telah mengalami serangan jantung.

Lalu, bagaimana ciri tertentu pada wajah bisa menunjukkan risiko penyakit jantung? Tentu saja, risiko penyakit jantung meningkat seiring bertambahnya usia. Jadi tak heran bila tanda-tanda penuaan di wajah bisa menjadi prediksi untuk peningkatan risiko serangan jantung. Namun, tidak semua penampakan penuaan berkorelasi dengan penyakit jantung.

Melalui penyaringan berbagai kondisi seperti jenis kelamin, kadar kolesterol, dan gaya hidup, ditemukanlah 4 ciri khusus pada wajah yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Yakni: botak, penipisan rambut, deposit kolesterol pada kelopak mata, dan lipatan daun telinga. Mereka yang menunjukkan 3 dari 4 tanda tersebut 35 tahun lalu, 57% di antaranya mengalami penyakit jantung, dibandingkan partisipan yang tidak menunjukkan tanda apapun saat studi dimulai pada 1976.

Salah satu peneliti studi menyebut, keempat tanda tadi tidak hanya menunjukkan usia kronologis (usia sesuai KTP), melainkan juga mengungkapkan usia biologis, serta kondisi jantung seseorang. Selama studi berlangsung, dokter membuat catatan berkelanjutan apakah penampilan partisipan sesuai dengan usia mereka, sebagai pagian dari pemeriksaan fisik umum. Dan terbukti, catatan dokter bisa digunakan di dunia nyata.

 

Swafoto bisa mendeteksi?

Fakta bahwa ciri tertentu pada wajah bisa menunjukkan risiko penyakit jantung, mengilhami sebuah  studi di Tiongkok. Studi yang baru-baru ini dipublikasi di jurnal ilmiah European Heart Journal, menampilkan hal yang sangat menarik: mengirimkan swafoto ke dokter bisa menjadi cara murah dan sederhana sebagai skrining untuk mendeteksi penyakit jantung.

Studi ini melibatkan 5.796 pasien dari 8 RS di Tiongkok, sepanjang Juli 2017 - Maret 2019. Para pasien menjalani prosedur pencitraan seperti angiografi koroner ataupun CCTA (coronary computed tomography angiography), untuk menilai kondisi pembuluh darah mereka. Melalui angiogram, dinilai derajat penyakit jantung pasien, berdasarkan jumlah pembuluh darah yang mengalami penyempitan hinga >50%. Selanjutnya, para perawat yang sudah terlatih memotret wajah para pasien dengan 4 foto (frontal, 2 foto profil, dan kepala bagian atas), menggunakan kamera digital. Para pasien juga diwawancara mengenai status sosioekonomi, gaya hidup, serta rekam medis mereka.

Semua data tadi digunakan untuk menciptakan, melatih, dan memvalidasi algoritma dengan melibatkan kecerdasan artifisial. Algoritma ini kemudian digunakan pada 1.013 pasien dari 9 RS di Tiongkok, yang tercatat selama April – Juli 2019. Ternyata, ditemukan bahwa kemampuan algoritma dalam mendeteksi risiko penyakit jantung melampaui metode yang sudah ada sebelumnya. Sensitivitas algoritma mencapai 80%, dan spesifitasnya 54%.

Menurut salah satu peneliti studi, Prof. Xiang-Yang Ji, algoritma memiliki performa moderat, dan bisa dengan mudah digunakan untuk memprediksi potensi penyakit jantung berdasarkan foto wajah saja. “Pipi, dahi, dan hidung memberi lebih banyak informasi ke algoritma ketimbang area wajah lainnya,” ujarnya. Ia memberi catatan, spesifitas algoritma perlu diperbaiki.

Tentu, algoritma perlu dikembangkan lebih jauh lagi, dan diuji pada populasi yang lebih besar dan lebih luas, dari berbagai etnis. Namun dari studi ini, ada potensi bahwa swafoto bisa digunakan sebagai metode skrining yang sederhana sekaligus efisien untuk mendeteksi penyakit jantung, baik pada populasi umum maupun pada kelompok risiko tinggi. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: People photo created by wayhomestudio - www.freepik.com