cara baru merawat luka dengan balutan modern

Cara Baru Merawat Luka: Mengaplikasikan Berbagai Teknik, Bahan Perawatan Luka hingga Balutan Modern

Luka yang tak kunjung sembuh bisa berujung amputasi.  Dengan perawatan yang tepat menggunakan plester yang benar, luka dapat sembuh kembali.

Luka di kaki akibat diabetes yang tak kunjung sembuh (luka kronik), menjadi siksaan tersendiri bagi Fadli. Apalagi, lukanya kadang menguar bau tak sedap. Dia malu bersosialisasi dan memilih tinggal di rumah saja; yang membuatnya  semakin stres.

Luka disebut kronik, jika lewat 2 minggu tidak sembuh. Bisa karena diabetes, luka bakar,  infeksi atau luka dekubitus yang terdapat di pantat atau punggung karena terlalu lama berbaring. Misalnya yang terjadi pada penderita stroke.

Luka ada dua jenis: luka basah dan kering. Luka basah biasanya dibersihkan lalu diberi antiseptik, tidak diperban agar cepat kering. Luka kering kehitaman pada penderita diabetes, biasanya dikompres  alkohol untuk merontokkan bagian yang hitam.

Menurut penelitian terbaru, metode tradisional tersebut ternyata tidak efektif menyembuhkan luka. Dr. Priscilla, SpBP-RE, dari Wound Care Unit Rumah Sakit Bunda, Jakarta, menyatakan luka secara umum dapat disembuhkan. Hanya sebagian kecil yang tidak bisa sembuh.

Ada cara baru untuk merawat luka, dengan mengaplikasikan berbagai teknik, bahan perawatan luka, hingga balutan modern yang dapat membantu proses penyembuhan.“Dengan perawatan luka cara baru, jenis luka yang dulu harus diamputasi bisa diselamatkan,” ujar dr. Priscilla.

Penyembuhan luka adalah proses yang kompleks dan tergantung pada banyak hal.  Pertama,  kebersihan luka. Benda asing, kotoran dan jaringan mati menghambat penyembuhan. Juga merupakan sumber infeksi. Maka, luka harus dibersihkan untuk menghilangkan kotoran dan jaringan mati. Kedua, mengontrol cairan yang keluar dari luka (eksudat). Dalam jumlah sedikit, eksudat dibutuhkan untuk menjaga kelembaban jaringan kulit. Juga memberi efek “menenangkan” pada ujung saraf yang terpajan luka, sehingga membantu mengurangi nyeri. Namun, terlalu banyak cairan bisa menjadi sumber infeksi bakteri dan memicu pelunakan kulit di sekitar luka.

Oksigenisasi pada jaringan luka dibutuhkan, untuk membawa nutrisi yang membantu proses penyembuhan. Luka kronis biasanya terjadi di bagian bawah tubuh, seperti kaki. Sedangkan sistem saraf di kaki adalah yang terpanjang di seluruh tubuh (pusat saraf di tulang belakang). Kaki adalah yang paling akhir menerima nutrisi, lewat peredaran darah yang membawa oksigen. Proses ini terganggu pada penderita penyakit kronis yang tidak terkontrol, seperti penyakit diabetes, tiroid dan anemia.

Sakit jantung atau paru-paru, juga perlu memengaruhi pasokan oksigen ke seluruh tubuh.“Oksigenisasi tidak bagus, penyembuhan luka jadi lama. Maka, penyakit penyerta perlu ditangani,” papar Dr. Vera Ikasari, SpBP., dari RS Bunda.

Tanda bahwa luka tidak mendapat cukup oksigen, menurut dr. Vera, adalah timbulnya rasa nyeri. Pembuluh darah mengecil sehingga oksigen sulit mengalir. Dokter biasanya memberi obat pereda nyeri, yang sekaligus dapat melebarkan pembuluh darah.

Asupan nutrisi penting. Terutama makanan kaya protein, vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk proses regenerasi sel dan jaringan; juga untuk memperkuat imun tubuh. Dianjurkan mengonsumsi protein 30gram/berat badan/hari. Atau setara 6 putih telur ayam/hari. Ini penting, untuk menaikkan albumin yang salah satu fungsinya membentuk jaringan sel baru.

Sebaiknya stop merokok, karena racun dalam rokok dapat merusak fibroblas (jaringan ikat) yang penting dalam penyembuhan luka. Stop obat-obatan steroid atau imunosupresan, yang dalam jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh, dan menghambat penyembuhan luka. (jie)


Ilustrasi: www.freepik.com-Designed by Freepik