tidur membersihkan otak dan mengurangi risiko demensia

Bagaimana Tidur ‘Membersihkan Otak’ dan Membantu Kurangi Risiko Demensia

Sebagaimana diketahui tidur merupakan proses yang penting untuk menyimpan memori. Tetapi tidur ternyata memiliki manfaat lain, yakni membersihkan otak dari protein yang menumpuk selama satu hari. Proses tersebut ternyata membantu mengurangi risiko demensia alias kepikunan.

Peneliti dari Boston University, AS, menggambarkan bila otak manusia melakukan proses pembersihan  saat kita tidur yang berdampak positif untuk kesehatan kognitif, salah satunya mengurangi risiko demensia atau pikun.

Penelitian ini didasarkan temuan dalam jurnal Neurochemical Research (2015) yang telah menunjukkan bahwa otak kita tetap bekerja – bukan beristirahat – saat tidur. Proses yang sebenarnya terjadi melibatkan sistem glymphatic kita, ini adalah sistem pembersihan limbah untuk saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) manusia.

Saat kita bangun (beraktivitas), protein yang disebut beta amiloid melonjak dan menumpuk di otak. Sementara ketika tidur, otak membersihkan protein tersebut, mencegahnya membentuk plak dan merusak sel-sel otak (neuron).

Tanpa tidur yang cukup, otak kita tidak cukup efektif membersihkan protein beta amilod. Penumpukan beta amiloid sudah diketahui berhubungan dengan risiko demensia karena neuron yang rusak.

Apa pendapat ahli?

Dr. Alon Y. Avidan, MPH, direktur dari UCLA Sleep Disorder Center, mengatakan saat tidur, sistem glymphatic bekerja penuh untuk membersihkan protein, racun dan produk-produk sisa lainnya.

“Tidur yang buruk membuat kerja sistem glymphatic kurang efisien,” ujar Avidan dilansir dari Health Line. ”Protein ini beracun bagi sel, neuron. Penumpukannya dapat menyebabkan peradangan dan degenerasi sel otak yang seiring waktu bisa menyebabkan demensia Alzheimer.”

“Saat ini kami belum bisa mengatakan bila Anda hanya tidur 4 jam dalam semalam selama 20 tahun, Anda akan menderita demensia Alzheimer,” imbuhnya. “Belum ada yang menunjukkan itu. Tetapi yang ingin kami katakan adalah ada kecenderungan ke arah sana.”

Pendapat yang sama diungkapkan oleh Heather Snyder, PhD, wakil presiden operasi medis dan ilmiah dari the Alzheimer’s Association. “Bukti sedang dibangun bahwa gangguan tidur- seperti sleep apnea– dapat meningkatkan risiko demensia dan Alzheimer di kemudian hari, atau bahkan menjadi tanda awal penyakit ini,” katanya.

Tetapi lebih banyak riset dibutuhkan untuk memahami hubungan antara tidur dan demensia, tambahnya. “Misalnya, apakah perubahan otak disebabkan oleh penyakit yang mengakibatkan gangguan tidur, atau perubahan pola tidur meningkatkan risiko demensia? Atau keduanya?” kata Snyder.

Definisi tidur yang baik?

Dr. Avidan menjelaskan bahwa tidur yang cukup adalah soal kuantitas dan kualitas. Dia menekankan bahwa ada kesalahpahaman yang umum bahwa seiring bertambahnya usia, mereka membutuhkan lebih sedikit tidur.

"Itu sama sekali tidak benar, apakah Anda berusia 18 atau 80 tahun," katanya. “Untuk orang berusia di atas 18 tahun, jumlah tidur harus dan harus antara 7 - 8 jam secara teratur."

Dari segi kualitas, tidur yang cukup ditentukan oleh tahapan tidur. Tahapan tidur semuanya penting untuk meningkatkan kesehatan yang baik.

"Misalnya, jika seseorang tidur selama 7 atau 8 jam tetapi mereka pusing saat bangun, itu berarti ada masalah yang mengganggu tidur," kata dr. Avidan. “Misalnya karena nyeri, konsumsi obat sleep apnea, atau alkohol yang cenderung mengganggu kelangsungan tidur. ”

Mereka yang kualitas tidurnya baik adalah bila badan terasa segar saat bangun. Dan, merasa waspada atau terjaga sepanjang hari. (jie)