Bagaimana Kelola Gangguan Kognitif Pascastroke

Bagaimana Kelola Gangguan Kognitif Pascastroke

Stroke tidak hanya menyebabkan cacat fisik tetapi juga gangguan kognitif. Setiap pasien stroke perlu memahami ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki dan mengelola gangguan kognitif pascastroke.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan 7 dari 1000 penduduk usia >15 tahun terserang stroke. Angkanya naik menjadi 10,9 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Sementara itu Perhimpunan RS Seluruh Indonesia (Persi) menulis tingkat kecacatan akibat strok hingga 65%.

Stroke dibedakan menjadi stroke sumbatan dan perdarahan akibat pecah pembuluh darah. Pada stroke sumbatan, penyumbatan 1 pembuluh darah bisa menyebabkan otak kekurangan darah dalam 5 menit. Di mana setiap detik ada 32.000 sel saraf (otak) yang mati. Dalam satu jam 120 juta sel otak mati. 

“Kecacatan tidak hanya lumpuh, tetapi juga gangguan kognitif (tidak mampu berpikir dengan baik),” terang Dr. Mursyid Bustami SpS(KIC), MARS, Direktur Utama RS Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono, Jakarta.

Semakin cepat serangan stroke ditangani, semakin baik kesembuhannya. Waktu ‘emas’ penanganan (tindakan medis) untuk serangan stroke adalah < 4,5 jam. Ini berarti pasien harus sudah dibawa ke rumah sakit jauh lebih cepat dari 4,5 jam.

Stroke bisa menyebabkan kelumpuhan anggota gerak (sementara/permanen), gangguan penglihatan ringan sampai kebutaan, gangguan komunikasi, demensia (pikun), epilepsi (kejang), depresi hingga kematian.

Dr. Mursyid menambahkan fungsi kognitif adalah fungsi luhur manusia yang meliputi fungsi atensi, memori, bahasa, visuospasial (membayangkan benda) dan fungsi eksekutif (memutuskan/bertindak terhadap suatu hal).

“Ini adalah fungsi dasar yang membangun intelektual tingkat tinggi,” imbuh dr. Mursyid. “Stroke bisa sebabkan gangguan memori jangka pendek. Pada fungsi bahasa menyebabkan tidak mengerti pembicaraan orang atau mungkin bicaranya gak nyambung.”

Data menunjukkan pascastroke 55% pasien menjadi pelupa hilang timbul hingga menetap, 40% dengan gangguan memutuskan, 23% alami gangguan bahasa, hingga kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.

Penurunan fungsi kognitif meningkat 3 kali lipat setelah stroke. Dan, sekitar 25% pasien stroke berkembang menjadi demensia vaskuler (pikun), dr. Mursyid menambahkan dalam seminar awam, Sabtu (23/10/2021).

Peran nutrisi pada gangguan kognisi

Terdapat vitamin dan mineral khusus yang berfungsi untuk menjaga kesehatan sistem saraf, dan mempertahankan fungsi kognitif. Vitamin B kompleks dikenal sebagai vitamin saraf. Selain itu perlu dilengkapi dengan vitamin C, E dan zinc.

Secara khusus, vitamin B1 (tiamin) selain penting dalam pembentukan energi, juga menjaga fungsi sistem saraf, jantung dan otot bekerja baik. Penelitian menjelaskan tiamin bermanfaat untuk memperbaiki fungsi kognitif otak, terutama pada penderita Alzheimer.

Vitamin B2 (riboflavin) terbukti mampu mengurangi keluhan sakit kepala migrain. Studi di Humboldt University of Berlin, Jerman, menemukan bahwa konsumsi riboflavin dosis tinggi dapat mengurangi gejala dan mempersingkat durasi migrain.

Asupan vitamin B6 (piridoksin) akan meningkatkan produksi hemoglobin yang membawa oksigen ke seluruh tubuh. Manfaat vitamin B6 yang utama adalah membantu menguatkan fungsi otak dan daya ingat. Menurut University of Maryland Medical Center, vitamin B6 diperlukan untuk membuat neurotransmitter atau bahan kimia pembawa sinyal dari satu sel saraf ke sel lainnya.

Vitamin B9 atau asam folat penting dalam pembentukan sel darah merah dan materi genetik (DNA dan RNA). Kekurangan asam folat pada janin bisa menyebabkan cacat tabung saraf (neural tube defect). Sementara pada dewasa, “Riset menunjukkan pemberian (asam folat) selama 3 tahun lebih baik fungsi kognitifnya,” terang dr. Mursyid.

Zinc yang selama ini dikenal untuk meningkatkan imunitas juga bermanfaat bagi penderita stroke, yakni mempercepat pemulihan. Perubahan kadar zinc berhubungan dengan kerusakan saraf (termasuk di otak), gangguan penuaan saraf seperti Alzheimer, gangguan mood hingga depresi. 

Tak kalah pentingnya, dr. Mursyid mengingatkan selalu kendalikan faktor risiko stroke, seperti hipertensi, diabetes, gangguan irama jantung, obesitas, hindari makanan tinggi lemak dan merokok.

Jangan sampai terserang stroke, caranya dengan “Kontrol teratur bila punya penyakit seperti hipertensi, diabetes, obesitas. Kelola stres, cukup istirahat 6-8 jam per hari, olahraga teratur 30-60 menit 3-5 kali seminggu, dan nutrisi yang cukup,” pungkas dr. Mursyid. (jie)